“Kita pulang sekarang!” Arjuna gegas membersihkan keringat pada tubuh, lalu mengenakan pakaian dan menunggu Clau merapikan diri.“Apa ada masalah Cwell Group? Jangan buat aku cemas Arjuna!” pinta Clau.“Nanti ku jelaskan!” Arjuna membantu Clau menyisir rambut.Hatinya kembali tidak tenang karena terakhir kali menerima kabar buruk mengenai Laras. Clau berusaha menebak isi percakapan, sayangnya sulit. Sebab Arjuna langsung menutup tanpa banyak bicara.Clau duduk diam di sisi kemudi, memerhatikan wajah serius sang suami mengendarai helikopter. Ia juga tidak berani banyak bertanya, hidup berbulan-bulan bersama membuatnya sedikit hapal watak Arjuna. Namun Clau memincingkan mata ketika kendaraan baling-baling ini tiba di atas gedung Cwell Group. Givano siap menyambut dan melakukan tugas berikutnya. Selain itu beberapa pengawal pribadi Clau berdiri tegak.“Pulanglah bersama sopir dan pengawal. Aku janji segera ke mansion setelah masalahnya selesai.” Tukas Arjuna turun lebih dulu dan meningg
BrakArjuna membuka pintu kamar, setibanya di mansion ia berlari menuju lantai 2. Dia panik, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi peringatan dokter mengenai kandungan Clau, semakin gelisah lah seorang Arjuna.Tak lama Clau keluar dari kamar mandi, menepuk dan mengusap perutnya. Lalu meregangkan otot yang terasa kaku, karena terlalu banyak duduk menunggu sang suami. Clau tercekat melihat suaminya di tengah kamar, dengan mata berembun dan wajah panik.Clau hendak bertanya kepada Arjuna, tetapi suaminya tanpa basa-basi menggendong tubuh Clau. Arjuna tahu Clau tidak nyaman usai keluar dari kamar mandi. Lantas membawanya ke rumah sakit adalah langkah tepat.Tentunya Clau kebingungan, ia tidak mengerti kenapa suaminya bersikap impulsif. “Untuk apa ke rumah sakit? Siapa yang sakit?” tanya Clau memandangi wajah Arjuna.“Kamu!” tegas Arjuna terus melangkah dan memasuki ruang obgyn.“Aku?” tunjuk Clau di hidungnya, “Aku sehat dan baik-baik saja. Tadi cuma sakit perut kebanyakan m
Clau urung menurunkan kaki dari mobil, ia melirik Givano di balik setir. Bibirnya gatal mengorek informasi mengenai suaminya. Ini bukan kali pertama Arjuna meninggalkannya sendirian. “Umm … Pak Givano, Arjuna pergi ke mana?”“Kalau menurut jadwal sampai dengan minggu depan Tuan tidak ada kunjungan atau rapat. Saya akan mencarinya dan mengabari Nyonya. Jangan cemas Nyonya. Saya pasti menemukan Tuan Muda.” Givano gegas turun untuk membukakan pintu, memastikan sang Nyonya selamat menaiki beberapa anak tangga.Kedatangan Clau disambut hangat oleh ibu mertua, sudut mata keriput itu mencari keberadaan Arjuna. Melihat raut wajah murung Clau, wanita senja ini tahu bahwa putranya bertengkar. Lantas merangkul bahu Clau, membimbing masuk dan menyiapkan makan malam.Sepanjang makan malam berdua, tak pernah ibu mertua menyinggung menganai Arjuna. Menghibur Clau dengan cerita lucu atau sekedar basa-basi semata. Nyonya Besar Caldwell tidak bisa ikut campur dalam rumah tangga putranya. Turut prihati
Clau tercenung merasakan peluk Arjuna terasa berbeda, kata-kata yang keluar dari mulutnya pun terdengar tulus. Ia menumpuk tangannya di atas punggung tangan Arjuna, memejamkan mata meresapi perasaan pria ini. Tak lama kemudian Clau menyadari bahwa dekapan suaminya semakin erat. Lantas menoleh tepat menatap wajah Arjuna, disambut manis oleh kecupan ringan pada bibir tipis merah muda.“Tinggal lah di sisiku selamanya.” Arjuna melepas pelukan dan merotasi tubuh sang istri.Menggenggam kedua tangan Clau, meletakkannya di atas dada yang tengah berdetak kencang. Lalu satu tangan Arjuna meraih dagu Clau, mencium penuh penghayatan. Arjuna bisa melihat wajah kebingungan Clau, salahnya memang terlalu lama menggantung. Dia pun yakin inilah saat yang tepat menyampaikan semua. Selain itu dari sikap dan pancaran netra indah sang istri, membuat Arjuna mantap akan perasaannya.“Arjuna … kamu—“ kata Clau tertahan.“Karena aku mencintaimu.” Lugas Arjuna tak ragu sedikipun.“Hah apa kamu bilang?” buka
“Terima kasih.” Lirih Clau tepat membuka mata.Ia selalu tersenyum dan mengucap syukur, ketika mentari terbit ternyata semuanya bukan mimpi. Wajahnya berbinar dengan tangan menyentuh rambut halus pada rahang tegas Arjuna. Clau menikmati pemandangan menyenangkan di depannya.Apa bisa dibilang kalau sekarang Arjuna adalah miliknya, seutuhnya, hanya mencintainya? Ya Clau pasti bangga menceritakan semua kisah membahagiakan. Tetapi sayangnya ia hanya bisa menahan dalam hati, lantaran Arjuna tak pernah mengizinkan Clau keluar dan melangkah melewati pagar tinggi mansion. Pria itu teramat posesif mengurung miliknya yang berharga. Tidak memikirkan bagaimana perasaan Clau dilarang sekedar menghibur diri sebagai wanita. Termasuk ketika pergi bersama ibu mertua, Arjuna pasti menempatkan banyak pengawal sebagai mata dan telinga. Bukan tidak percaya kepada Nyonya Besar Caldwell, tetapi ia tahu bahwa Andreas masih mengincar istrinya. Sekali lagi Arjuna tidak mau sampai kehilangan Clau dan buah ci
Pukul 12 siang Arjuna dan Clau kembali ke mansion. Arjuna mengantar dan memastikan Clau selamat sampai kamar. Lantas dia bergegas ke kantor pusat Cwell Group, lantaran berita perselingkuhan dirinya marak di media sosial.Tak disangka kabar buruk sangat cepat menyebar, di samping itu mereka semua mengetahui kondisi Clara. Berempati tanpa tahu alasan sebenarnya, dan menuduh Arjuna hanya memanfaatkan wanita.“Bagaimana bisa kecolongan, Givano?!” bentak Arjuna menggebrak meja kerja membuat tim IT perusahaan terkejut.“K-kami baru mengetahuinya Tuan.” Givano tidak menyangka ada media yang berani memuat kabar. Padahal sebelum pulang ia memberi peringatan kepada seluruh wartawan yang hadir.Foto-foto masa lalu Arjuna dan Clara tersebar luas menjadi konsumsi publik. Termasuk hasil pemeriksaan rumah sakit mengenai penyakit Arjuna dan kehamilan Clara. Tentunya Clau ikut terseret sebagai pihak yang disalahkan.Beberapa foto Clau mengenakan gaun sederhana di gedung kependudukan terungkap. Parahny
Setelah mendengar penjelasan dokter terkait kondisi Laras, Clau bisa mengembangkan senyum lebar dan bernapas lega. Pasalnya, kini Laras telah pulih walau memerlukan serangkaian terapi, agar persendian dapat digunakan secara normal. Serangkaian jadwal telah ditentukan oleh dokter, jadi Laras diminta tidak meninggalkan rumah sakit apabila belum berjalan sendiri.Selepas tim medis keluar, kecanggungan terasa antara Bu Laras dan Clau, ia menyadari arti tatapan ibunya. Tak berani melangkah lebih dekat karena ketidaksukaan tampak jelas. Clau hanya meremas kesepuluh jari tangan, mengalihkan pandangan ke luar kaca.Air liurnya begitu kental, sulit untuk menelannya. Clau hanya bisa melambungkan doa agar Laras menerima keadaannya. Bagaimanapun ini telah terjadi, bukan hal mudah Clau menjalani hingga titik puncak.“Ibu tidak ingat apa yang terjadi sebelum koma. Percakapan kamu dan Clara tempo hari ibu tidak mendengar jelas.” Laras memecah keheningan, lalu merubah posisi dari duduk menjadi berbar
Bukan tanpa alasan baik Arjuna atau Laras terdiam selama 10 menit, melainkan Clau menguping di balik pintu. Arjuna memberi isyarat kepada ibu mertuanya untuk menahan bicara. Setelah aman, dan memastikan Clau benar-benar pergi ke kantin, Bu Laras mulai buka suara. Mengajukan pertanyaan yang sama kepada Clau, ingin mendengar secara langsung dari bibir Arjuna. Laras juga tahu Arjuna pria baik-baik tetapi keadaan merubahnya menjadi dingin dan kejam.“Karena aku mencintai Claudya.” Jawaban singkat Arjuna membuat Laras menegakkan punggung.“Ini bukan dusta? Ibu tahu, Clau pasti menukarnya dengan uang untuk membayar biaya pengobatan.” Perasaan Laras campur aduk, antara kesal, sedih, bingung menjadi satu.“Apa Nak Arjuna serius? Ibu tidak mau Clau sakit hati, ibu juga tahu kamu susah melupakan Clara. Kalau Arjuna tidak bisa memberi kebahagiaan, sebaiknya lepaskan Clau. Masalah anak, ibu tidak akan melarang Arjuna datang ke rumah. Maaf atas segala perbuatan Clara.” Tukas Laras begitu malu akan
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“