Clau menundukkan wajah, tidak berani menatap wanita cantik di depannya. Tatapan bola mata hitam itu memindai Clau dengan penuh tanda tanya. Beralih kepada Arjuna menghunuskan permusuhan.“Aku bisa menjelaskan. Jangan di sini. Kita pulang.” Anehnya sudah tahu tertangkap basah, Arjuna tetap menggendong Clau sampai parkiran.“Dasar anak kurang ajar! Arjuna Caldwell kenapa kamu diam saja, hah?!” memukuli punggung Presdir Cwell Group menggunakan tas.Jujur saja Clau ingin membantu tetapi tidak kuasa melawan Nyonya Besar Caldwell. Hanya bisa meringis membayangkan betapa sakitnya punggung sang suami. Arjuna yang tampak gagah dan garang bertekuk lutut di bawah kaki ibunya. Clau bisa melihat sorot mata permintaan tolong, sayangnya ia menggeleng lemah sebagai jawaban.“Katakan dasar anak nakal! Apa dia kekasihmu? Kamu ini kan punya mulut, jawab Arjuna!” bentak Nyonya Besar Caldwell.“Sebaiknya bicarakan di mansion.” Arjuna mengusap bahu dan punggung, lalu menggandeng tangan Clau dan membawa mas
“Maaf.” Cicit Clau mengamati Arjuna.“Bukan salahmu! Tunggu di sini sebentar lagi kepala pelayan mengantar baju ganti.” Arjuna membantu Clau mengenakan jubah mandi, menahan diri agar tidak menyentuh kulit mulus bak pualam itu. Sebelum ke kamar mandi, Arjuna memerintah kepala pelayan membeli pakaian untuk sang istri. Memenuhi walk in closet dengan segala keperluan wanita dan khusus ibu hamil. Sedangkan dirinya memaki dinding kaca kamar mandi dan pantulan diri. Melakukan perbuatan yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang pria beristri.Pertama kalinya Arjuna mengerang dan memanggil mesra nama ‘Claudya’ usai mendapat pelepasan. Menyandarkan bahu dan tersenyum simpul mengingat betapa manisnya Clau belakangan ini. Sementara Clau telah rapi mengenakan pakaian baru. Ia sempat tercengang melihat beberapa orang masuk ke walk in closet. Merapikan banyak pakaian serta alas kaki dan tas wanita. Clau pikir hanya satu set, rupanya Arjuna benar-benar membeli satu toko baju. Pertama kalinya
Usai mendengar segala penuturan Givano berikut hasil rekam CCTV ruang kerja kantor. Arjuna memang menganalisis bahwa Clau menemukan sesuatu. Kentara sekali perbedaan raut wajahnya ketika masuk dan keluar.Pria itu yakin Clau mencurigai dirinya bercinta bersama Clara. Karena Clau tampak murung dan menangis sembari menutup pintu kamar pribadi. “Sial apalagi yang dilakukan Clara?!” Arjuna mengepalkan tangan. Wanita yang dicintainya sudah beberapa hari ini tidak menghubungi, biasanya Clara mengirim belasan pesan. Rupanya Clara berhasil menjalankan rencana liciknya. “Givano? Cari tahu apa saja yang dilakukan Clara sejak keluar dari Cwell Group. Bisa-bisanya dia membuat istriku menangis.” Arjuna melempar pena dari tangannya.Givano yang terkesiap langsung mengangguk patuh sembari bergumam dalam hati, “Akhirnya hati Tuan terbuka mengakui Nyonya sebagai istri.”Sementara di belahan benua lain, siang ini Clau dan ibu mertua menyambangi rumah sakit –membesuk Laras. Clau menitikan air mata se
“Clau, hari ini Juna pulang. Kamu mau check up diantar Arjuna atau sekarang sesuai jadwal?” suara ibu mertua mendadak melongok dari balik pintu.“Sekarang Mom. Kepala pusing dan Badanku pegal.” Memang benar semenjak berpisah dari Arjuna selama 10 hari Clau kesulitan tidur. Walaupun tidur tidak nyenyak, selalu meraba sisi kasur yang kosong. Tidak menyangka kalau dirinya serendah itu, merindukan dekapan pria berhati dingin.Usai mengganti pakaian dan melapisi dengan mantel cukup tebal karena musim dingin segera tiba. Clau benar-benar dilanda malarindu berlebihan, layaknya remaja baru saja mengenal cinta. Ia mengenakan kaos abu-abu lusuh milik Arjuna. Ya, tinggal di rumah mertua ternyata sisi gelap dan terang Arjuna terkuak ke permukaan. Termasuk selalu menggunakan kaos yang sama selama beberappa hari. Clau pikir memiliki jumlah yang banyak dengan warna sama. Tetapi hanya satu, bagian penatu tidak boleh terlambat mengambil pakaian kotor dan meletakkan baju bersih ke walk in closet.Unt
Sebelum masuk mansion, Clau merenung sejenak di ujung tangga bawah. Teringat percakapannya dengan Andreas, serta ibu mertua di mobil. Menjadi goyah sebab mendengar seluruh cerita kelam tentang suaminya. “Mom percaya kamu bisa mengganti Clara di hati Arjuna. Jangan menyerah Claudya! Maaf kalau sikap dia selama ini dingin dan kasar, semua karena sakit hatinya. Tolong juga jauhi Andreas, mom mohon Clau.”Memang benar Arjuna bukanlah pria arogan bertaring panjang. Penampilan hanya kamuflase sebagai bentuk pertahanan diri. Semula hidupnya terlalu banyak toleransi hingga segala kebaikan dimanfaatkan oleh orang lain.Clau juga baru tahu, jika mantan kekasih Clara –managernya. Kini dipecat dari beberapa agensi karena tempramennya buruk dan kesulitan mendapat uang. Tidak habis pikir bagaimana bisa Clara dibutakan mata serta hatinya, Clau memijat pelipis memikirkan semua hal itu. Hingga ia terkejut, tiba-tiba sepasangan tangan kekar merengkuh pinggulnya. Clau menoleh ke samping, mendapati san
Claudya dan Arjuna sama-sama terdiam untuk waktu cukup lama. Bagi Arjuna itu pertanyaan biasa terkait masa depan buah hati. Berbeda dengan Clau, karena jawaban suaminya menentukan arah pernikahan mereka.Tidak kunjung ada jawaban dari bibir suaminya. Clau memilih berdiri meninggalkan meja makan. Ia mengepalkan tangan menahan hati yang terlanjur remuk. “Tunggu! Apa yang Clara katakan?” desak Arjuna menyorot tajam raut wajah sang istri.“Apa aku harus menjawab di sini?” Clau mengedarkan pandangan.Sejatinya mansion ini memiliki banyak telinga dan mata. Sekecil apapun rahasia pasti terendus jika tidak disimpan rapat-rapat. Arjuna yang paham segera membawa Clau ke ruang kerja, mengunci pintu.Perubahan hormon ibu hamil jelas memengaruhi Clau, buktinya wanita ini tampak jauh berani. Arjuna tidak bisa sembarang bicara, takut janin dalam kandungan terguncang dengan emosi Clau. Dia telah mempelajari seluk beluk seputar kehamilan. Buah hati bisa merasakan dan mendengar suara serta suasana dar
“Hah bagaimana bisa” gumam Clara, mendadak tubuhnya kehilangan rangka, dan kesulitan berjalan.Seingatnya, tadi mengunci apartemen ini menggunakan sandi dan kunci manual. Dia juga tidak pergi terlalu lama, malahan kurang dari 1 jam. Memang benar Arjuna mengetahui kombinasi sandi tetapi untuk kunci manual rasanya mustahil.“Umm … sa-sayang kenapa kamu di sini? Kangen ya?”“Kamu belum jawab pertanyaanku Clara, dari mana?”Arjuna bisa menangkap kegelisahan pada kedua manik coklat Clara. Menelan air liur yang terasa kelat, tidak bisa dipungkiri wanita ini menyembunyikan sesuatu. Namun, Arjuna tidak mengincar dengan banyak pertanyaan atau tatapan tajam. Melainkan menepuk paha agar Clara duduk santai di atasnya. Menyapukan jari pada tulang pipi, bibir tipis menggoda, hingga ceruk leher putih mulus. Arjuna menarik kedua sudut bibir, semanis mungkin menebar pesona. Ia yakin Clara tergoda untuk berbagi peluh dengannya. Sangat disayangkan, kini Arjuna membayangkan wanita lain di hadapannya. B
Sorot mata coklat penuh harap terpancar, Clau menuntut suaminya menjawab pertanyaan. Degup jantung saja tidak beraturan, seluruh tubuhnya menegang. Kerongkongan Clau terasa kering untuk mengulang ucapannya.“Apa itu penting?” Arjuna benar-benar mejawab dengan pertanyaan. “Apa?” gumam Clau. Malu akibat bibir terlalu lancang dan hati berharap pada sesuatu yang tidak seharusnya.Mungkinkah keputusan tempo hari sebuah kesalahan? Niat memasrahkan hati dan mengabdikan hidup sebagai istri serta ibu yang baik. Clau tersenyum masam tidak lagi mendengar suara suaminya.Baginya menjalani rumah tangga dengan cinta sebuah keharusan. Bukankah semua pasangan disatukan pada ikatan suci pernikahan atas nama cinta? Lalu kenapa Clau tidak boleh memiliki Arjuna seutuhnya? Bukan hanya fisik tetapi di hati pria itu terukir nama Clau.“Lupakan saja Arjuna! Boleh aku tidur?” Clau memegangi dada. Khayalannya setinggi langit, tidak pernah jera walau dijatuhkan berulang kali. Lihatlah Arjuna bukan mengejar at
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“