Andreas berada di titik terendah dalam hidup. Istri belum sadarkan diri, kesehatan buah hati menurun, dimusuhi ibu mertua dan kecewa terhadap ayah kandung. Benar-benar paket lengkap dalam sebuah kisah, tidak pernah terbayang akan menghadapi kenyataan segetir ini. Kemarin Andreas tidak menjawab jawaban dari Laras, menambah pilu perjalanan cintanya bersama Clara. Ibu mentua hanya bungkam seribu bahasa, bahkan Laras enggan menatapnya.Pagi tadi, Andreas baru mengantar putranya ke rumah sakit. Menurut dokter kekurangan cairan, ya Andreas salah memilih pengasuh. Beginilah jadinya terlalu mempercayakan kepada orang lain, apalagi pengasuh bayi memiliki ketertarikan khusus terhadap dirinya. Sekarang Andreas duduk, sembari menyandarkan kepala pada dinding. Ia memejamkan mata, lalu memijat pelipis yang terasa berat dan berdenyut. Bukan tanpa alasan Andreas berdiam diri di lorong panjang rumah sakit. “Andreas?” panggil Arjuna diikuti Givano yang selalu setia lebih dari 10 tahun. “Sudah siap?
“Dengarkan ini baik-baik Pamanku sekaligus penghancur kebahagiaan orang lain.”Andreas mengeluarkan gawai dari saku jaket kulit. Sengaja menaikkan volume agar Agon bisa mendengar rekaman suara dan CCTV yang diperoleh oleh Andreas. Susah payah ia mencari bukti, tentu dengan pertolongan Arjuna semua lebih cepat.“Bagaimana bisa?” nada suara Agon berubah ketakutan.Rekaman itu berisi percakapan antara Agon dan pengacara, ia sengaja menggunakan posisinya untuk mengambl alih aset keluarga Lehman yang lain. Termasuk saham-saham Mann, Agon mengatakan hanya membutuhkan dukungan, mengharuskan mereka berpihak kepadanya.Namun, Agon diam-diam membalik nama seluruh saham. Kerja sama antara pengacara berjalan lancar selama beberapa bulan, tidak ada yang menyadari kelicikan Agon. Hingga Andreas mendapati saham serta aset tetap sepupunya berpindah tangan. “Tentu saja segala kejahatan apapun akan terungkap Paman. Jangan lupa kau itu bukan siapa-siapa. Hanya anak nenek sambungku yang dirawat oleh kak
Setelah memastikan Agon tinggal di tempat seharusnya, Andreas bertolak ke rumah sakit. Ia melihat tidak ada ibu mertua menunggu, dengan bebas. Menatap wajah pucat Clara dan tubuh yang kurus. “Aku menunggumu Clara. Bukankah aku pria yang baik tetap setia?” Andreas menaikan kedua alis seolah menggoda wanita yang tengah terbaring. Walau pikiran dan hatinya sakit, Andreas tidak mungkin menyampaikan keluhan. Sangat ingin Clara bangun, lalu menjalani kehidupan indah bersama keluarga kecil. Lelaki ini juga menyampaikan bahwa Agon telah menerima pembayaran setimpal. Andreas menyatakan bahwa dia melakukan hal itu karena mencintai Clara.Tanpa menyadari kehadiran seseorang, berdiri tegak di belakang punggung. Andreas tetap bertutur kata sebaik mungkin dari balik partisi kaca. Tiba-tiba tepukan pada pundak menjadikannya menoleh dan menatap bingung.“Untuk apa ke sini?”“Tentu saja menjenguk Clara, aku turut prihatin mendengar kondisinya. Semoga dia baik-baik saja.”“Hem terima kasih.”Rupany
Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, Andreas gelisah –tidak bisa diam. Sehingga Arjuna menawarkan diri untuk menyetir, bukan tanpa alasan karena suami Clara melebihi ambang batas kecepatan maksimal.Membuat dua wanita yang duduk di jok belakang berteriak ketakutan. Arjuna juga selalu jadi sasaran kemarahan Andreas, ketika berhenti mematuhi rambu lalu lintas. Bahu kekarnya menjadi korban tinju kecil Andreas.Memasuki pelataran parkir rumah sakit, mobil mulai berjalan pelan. Andreas hendak membuka pintu, memaksa Arjuna melepas kunci otomatis.“Kau itu jangan gila Andreas! Bukannya selamat tapi menambah masalah!” bentak Arjuna.“Apa kau tahu Arjuna, istriku dalam bahaya. Kau tidak pernah mengalaminya! Sekarang biarkan aku pergi.”“Kakak ipar tenang, aku yakin Kak Clara baik-baik saja. Jangan begini.” Clau membantu suaminya untuk menenangkan Andreas.“Bagaimana bisa Claudya? Aku tidak tahu apa yang terjadi, kenapa kalian menghambat?!”Clau dan pengasuh baru hanya bisa menyayangkan
“Sayang, Clara aku pergi dulu sebentar. Aku janji kembali ke sini setelah semua selesai.” Andreas begitu berat melangkahkan kaki keluar ruang perawatan.Tetapi harus dilakukan, sebab pengumuman di hadapan publik bahwa Andreas kembali menjabat sebagai Presdir Mann. Selain itu ia akan memberitahu dunia bahwa Clara Stewart adalah istrinya, tidak ingin bersembunyi lagi. Sekarang memiliki anak yang juga harus diakui garis keturunan, Andreas sangat senang setelah mendapat gelar ayah. Di usia nyaris menyentuh 40 tahun, hari-harinya ditemani bayi mungil yang selalu menangis ketika lapar.“Hu’um, aku menunggumu di sini. Tapi siang nanti aku mau belajar berjalan, aneh sekali dokter tidak menawarkan pilihan itu.”Ungkap Clara, karena koma lebih dari dua minggu menyebabkan ototnya lemas. Wanita cantik ini juga tidak banyak bertanya kenapa kedua kaki tidak bisa bergerak.“Sayang, jangan berpikir macam-macam!”“Tidak, ini wajar ‘kan? Sudahlah berangkat sebelum terlambat.”Diliputi kegundahan hati,
Arjuna melirik Clau yang terbaring di atas ranjang, suaranya sangat pelan, mudah tersapu angin. Dengan seksama mendengar penjelasan Andreas. Dari balik telepon Arjuna dapat mendengar kondisi tidak baik-baik saja.[Apa kalian akan ke rumah sakit? Clara sangat membutuhkan dukungan.]“Hem, mungkin nanti setelah Clau bangun. Dia masih syok, menangis terus menerus.”[Ibu mertua juga sedang memeluk Clara. Dia marah kepadaku, apa yang harus ku lakukan, Arjuna?]Hening tak ada jawaban, Arjuna hanya menghela napas karena lambat laun hal ini pasti terjadi. Ia juga turut prihatin pada kondisi Clara. Wanita yang pernah disayangi sepenuh hati, harus menghabiskan waktu dengan bantuan orang lain.“Bagaiamana dengan terapi? Mungkin bisa berguna, sudah tanya dokter?”[Kau pikir aku suami macam apa? Tentu saja sudah, mereka bilang tipis kemungkinan. Tapi Clara juga tetap memaksa.]Arjuna mengangguk walau Andreas tidak melihatnya. Ia menahan suara sebab melihat pergerakan Clau, istrinya itu mengerjapkan
Sendirian di dalam ruangan rawat, menjadikan Clara mudah bosan. Mau turun dari kasur saja tidak sanggup, ia tertawa miris sebab dirinya tidak berguna. Clara memandangi setip sudut ruangan, terasanya nyeri dalam dada. “Apa ini hukuman dari perbuatan masa lalu? Apa aku tidak pantas bahagia?” lirihnya berkaca-kaca.Clara sungguh membutuhkan sandaran, meskipun masih kesal dengan Andreas. Tetap membutuhkannya untuk tempat berlindung. Kemarin ketika suaminya menyampaikan kabar mencengangkan, Clara mengamuk, mungkin saja melukai fisik dan hati Andreas.Melekat dalam ingatan, Clara menolak makan dan mengusir suaminya keluar dari ruangan. Mungkinkah Andreas sakit hati lalu menjauh darinya? Sebenarnya bukan maksud bersikap begitu, Clara secara impulsif mengeluarkan keterkejutan. Sekarang ia menyesal, dan ingin suaminya segera datang. Ya paling tidak memberi kabar tentang keberadaannya malam ini.Satu tangan Clara berpegangan pada sisi ranjang, berusaha menurunkan kedua kaki. Bergeser secara p
Clara tersenyum lebar, sebelumnya ia tidak pernah membahas nama anak bersama sang suami. Dipikir Andreas telah mempersiapkan semua, sebab keluarga Lehman sangat menginginkan keturunan. Rupanya belum sama sekali, hal ini menjadi kebanggaan karena Clara dinggap berarti.“Altherr Lehman, bagaimana menurutmu?” Clara mengigit bibir bawah, khawatir suaminya tidak menyukai nama itu.“Setuju artinya juga bagus, anak laki-laki yang memiliki kedudukan tinggi berasal dari keluarga Lehman.” Andreas membelai pipi halus putranya. “Kalau begitu aku akan mengurus masalah akta dan pemberian saham untuk Altherr.”“Hah?”Clara menganga, mengedipkan kelopak mata berulang kali sebab bingung. Usia Altherr masih kecil tetapi Andreas akan memindahkan kepemilikan atas nama Altherr. Ia membasahi bibir, karena tidak ingin putra tunggalnya diberikan beban sejak dini.“Iya usiaku ini hampir menginjak 40 tahun, dan Altherr satu-satu penerus keluarga Lehman di masa depan.”“Ta-tapi Andreas, boleh aku bilang sesuat
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“