Arjuna melirik Clau yang terbaring di atas ranjang, suaranya sangat pelan, mudah tersapu angin. Dengan seksama mendengar penjelasan Andreas. Dari balik telepon Arjuna dapat mendengar kondisi tidak baik-baik saja.[Apa kalian akan ke rumah sakit? Clara sangat membutuhkan dukungan.]“Hem, mungkin nanti setelah Clau bangun. Dia masih syok, menangis terus menerus.”[Ibu mertua juga sedang memeluk Clara. Dia marah kepadaku, apa yang harus ku lakukan, Arjuna?]Hening tak ada jawaban, Arjuna hanya menghela napas karena lambat laun hal ini pasti terjadi. Ia juga turut prihatin pada kondisi Clara. Wanita yang pernah disayangi sepenuh hati, harus menghabiskan waktu dengan bantuan orang lain.“Bagaiamana dengan terapi? Mungkin bisa berguna, sudah tanya dokter?”[Kau pikir aku suami macam apa? Tentu saja sudah, mereka bilang tipis kemungkinan. Tapi Clara juga tetap memaksa.]Arjuna mengangguk walau Andreas tidak melihatnya. Ia menahan suara sebab melihat pergerakan Clau, istrinya itu mengerjapkan
Sendirian di dalam ruangan rawat, menjadikan Clara mudah bosan. Mau turun dari kasur saja tidak sanggup, ia tertawa miris sebab dirinya tidak berguna. Clara memandangi setip sudut ruangan, terasanya nyeri dalam dada. “Apa ini hukuman dari perbuatan masa lalu? Apa aku tidak pantas bahagia?” lirihnya berkaca-kaca.Clara sungguh membutuhkan sandaran, meskipun masih kesal dengan Andreas. Tetap membutuhkannya untuk tempat berlindung. Kemarin ketika suaminya menyampaikan kabar mencengangkan, Clara mengamuk, mungkin saja melukai fisik dan hati Andreas.Melekat dalam ingatan, Clara menolak makan dan mengusir suaminya keluar dari ruangan. Mungkinkah Andreas sakit hati lalu menjauh darinya? Sebenarnya bukan maksud bersikap begitu, Clara secara impulsif mengeluarkan keterkejutan. Sekarang ia menyesal, dan ingin suaminya segera datang. Ya paling tidak memberi kabar tentang keberadaannya malam ini.Satu tangan Clara berpegangan pada sisi ranjang, berusaha menurunkan kedua kaki. Bergeser secara p
Clara tersenyum lebar, sebelumnya ia tidak pernah membahas nama anak bersama sang suami. Dipikir Andreas telah mempersiapkan semua, sebab keluarga Lehman sangat menginginkan keturunan. Rupanya belum sama sekali, hal ini menjadi kebanggaan karena Clara dinggap berarti.“Altherr Lehman, bagaimana menurutmu?” Clara mengigit bibir bawah, khawatir suaminya tidak menyukai nama itu.“Setuju artinya juga bagus, anak laki-laki yang memiliki kedudukan tinggi berasal dari keluarga Lehman.” Andreas membelai pipi halus putranya. “Kalau begitu aku akan mengurus masalah akta dan pemberian saham untuk Altherr.”“Hah?”Clara menganga, mengedipkan kelopak mata berulang kali sebab bingung. Usia Altherr masih kecil tetapi Andreas akan memindahkan kepemilikan atas nama Altherr. Ia membasahi bibir, karena tidak ingin putra tunggalnya diberikan beban sejak dini.“Iya usiaku ini hampir menginjak 40 tahun, dan Altherr satu-satu penerus keluarga Lehman di masa depan.”“Ta-tapi Andreas, boleh aku bilang sesuat
Beberapa bulan kemudian.“Mommy?”“Mom, di mana?”Panggil ketiga anak kecil mencari keberadaaan ibunya. Sudah belasan menit berlalu tak kunjung menemukan Clau atau Arjuna. Dewa, Calantha dan Claira kesal sebab ibunya menghilang. Padahal janji mau membantu mandi, tetapi tiba-tiba menghilang.Ternyata di balik pintu ruang kerja, baik Clau atau Arjuna mendengar keributan itu. Namun, pria berjuta pesona ini enggan melepaskan, memilih terus memacu dan menghentak tubuh.“Arjuna, mereka mencariku. Mereka pasti marah.” Pinta Clau di sela lenguhan dan peluh yang mengucur.“Biarkan saja, sejak semalam kamu terus bersama bocah pengganggu itu. Menghabiskan waktu denganku kapan, hem? Aku in suamimu Claudya, lebih berhak.”“Tapi …ah a-ku sudah janji untuk, uh membantu mereka mandi.” Clau tetap bersuara manakala tengah melambung ke angkasa.Bukannya menghentikan kegiatan panas pagi hari, Arjuna malah menahan can mencekeram tangan Clau. Arjuna menurunkan kepala untuk mengecup rahang, bergerak perlaha
Keluarga besar ini tiba di stasuin, udara sejuk langsung menyapa. Mereka tidak menggunakan roda empat biasa, sebab untuk menuju kaki gunung diperlukan mobil khusus. Arjuna, Andreas, Kevin serta Givano telah siap di balik kemudi.Ya Arjuna turut mengajak Kevin, mereka bertemu di stasiun, karena satu hari sebelumnya lelaki itu menginap di sekitar stasiun. Semua telah siap melaju ke tempat indah dan menyenangkan. Claira dan Calantha berseru bahagia bersama Karen. Sedangkan Dewa tetap berada bersama Clau, menjadi pembatas antara ayah dan ibunya. Padahal Nyonya Besar Caldwell bersedia menjaga cucu, tetapi Dewa menolak, membuat Arjuna tidak bisa mencuri kesempatan mencumbu sang istri.Berbeda dengan Andreas tampak senang, karena Clara duduk di sampingnya. Altherr digendong oleh Laras yang duduk di belakang keduanya. Telapak tangan Andreas pun sesekali meraih dan mengecup punggung tangan Clara.“Mom, nanti malam tidur denganku ya.” celetuk Dewa.Seketika ekor mata Arjuna melirik tajam, Pres
“Wow sabar sayang. Kamu benar-benar menginginkannya?”Arjuna tidak terkejut sama sekali, bahkan menyukai tindakan inisiatif menyenangkan dari sang istri. Kursi dari kayu yang memiliki dudukan empuk, menjadi saksi dua insan saling mencinta. Clau duduk tepat di depan Arjuna, saling berhadapan, mengalungkan tangan pada leher. Bertatap penuh cinta, kagun satu sama lain, sejuknya udara dingin dari luar merambat masuk melalui celah. Ditemani perapian hangat menambah suasana semakin mendukung.“Bukankah kamu juga menginginkannya?” suara manja Clau sembari memainkan jemari lentik pada tengkuk, lalu bahu Arjuna.Menyebabkan lelaki ini tersengat aliran listrik, baru saja disentuh pada area atas, organ lain sudah menagih bagiannya. Menjadikan Clau terkekeh pelan, wanita cantik yang sukses menduduki tahta di hati Arjuna.“Kalau begitu lakukan yang kamu mau!” seringai Arjuna, lantas mengikis jarak, merengkuh pinggul yang tertutup kain tipis, kemudian berbisik, “aku menunggumu, Claudya.”Seketika
Seolah sengaja membakar api, Arjuna selalu menunjukkan sikap mesra. Menyampirkan lengan ke bahu Clau dan membawanya mendekat, lantas mengecup pipi. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh Andreas, entah mengapa Altherr sangat posesif memiliki Clara. Akhirnya Andreas hanya bisa mendorong kursi roda ke sisi pagar. Menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Andreas sedikit bahagia, sebab Laras bisa menerimanya kembali, hal ini dijadikan ajang pembuktian. Bahwa cinta terhadap Clara tulus, bukan karena kehadiran anak.“Paman.” Teriak Dewa sembari berlaari menghampiri.“Ada apa lagi?” Andreas mencebik lantaran bocah ini ingin selalu dekat dengan Altherr, sehingga rasanya memiliki dua anak.“Aku mau coklat yang kemarin. Rasanya enak, Paman belikan aku juga ya. Nanti aku bayar.”Andreas melebarkan kelopak mata, seenaknya saja keturunan Arjuna ini memberi perintah. Padahal coklat itu sengaja dibeli untuk Clara.“Ayah dan anak sama-sama menyusahkan.” Keluh Andreas.Seketika Clara menyeng
Selama dua hari berturut-turut di kaki gunung, banyak tempat yang dikunjungi oleh keluarga Arjuna dan Andreas. Melihat kambing atau hewan ternak lain, menghibur anak-anak, bermain bersama hewan di atas perbukitan hijau.Bersama kedua adiknya, Dewa menikmati liburan bermakna. Pasalnya tidak ada pengwal yang mendekat, walau Arjuna telah mempersiapkan keamanan dari jarak jauh. Sebagai ayah yang bertanggung jawab, selalu menjaga putra dan putri tercinta.“Daddy lihat! Hewannya makan.” Tunjuk Claira ke sekelompok kambing jantan. “Ayo Kak, ke sana. Aku mau lebih dekat.” Claira menarik tangan Dewa.“Kenapa tidak lihat dari sini? Aku tidak mau, terlalu jauh. Itu berbahaya Clair.” Tegas Dewa menolak keinginan sang adik. Nalurinya jauh lebih tajam dibanding dua adik kembar. Dewa selalu dilatih untuk menjaga keluarga sejak dini. Terkadang Clau merasa kasihan kepada anaknya, tetapi sebagai pewaris Cwell sudah menjagi tugas Dewa.Akhirnya Claira merengut, mengadu ke ayah dan ibu, wajah polosnya be
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“