maafkan kemarin menghilang lagi drop 🙏 terima kasih kakak tetap setia ^^
“Kak? Kenapa baru mengabari sekarang?”Ternyata Clara dibawa ke rumah sakit oleh Kepala Pelayan dan petugas keamanan di mansion Lehman. Setelah dua jam terbaring tidak sadarkan diri, saat ini Clara sedang mengamati wajah cemas adiknya.Bibir tipis berwarna pucat melukis senyuman, Clara geleng-geleng kepala. Clau terlalu berlebihan padahal ia telah siuman. Ya setelah membuka mata, Clara minta tolong suster untuk menghubungi Clau. Saat ini hanya ingin ditemani adiknya saja, bukan orang lain termasuk Andreas.“Di mana suami kakak? Kenapa tidak ada di sini?” pandangan Clau mengeliling seisi kamar rawat presidential suite. Tidak menemukan keberadaan kakak iparnya itu. “Apa Kakak tidak menghubungi Andreas?”Clara mengangguk pelan, kemudian mengusap perut buncit. Lalu meminta Clau untuk membantu merubah sandaran ranjang, sebab ia ingin duduk.Bohong kalau Clara tidak mengharapkan kehadiran ayah dari bayinya itu. Berulang kali dia melirik pintu, membuang napas karena Andreas tak kunjung tiba.
Benar saja hingga waktu berubah siang, bahkan dokter telah memeriksa Clara dan menanyakan keberadaan suami. Wanita berperut buncit ini mengatup rapat bibir, tidak tahu harus menjawab apa. Andai saja Clara tahu bahwa semua sia-sia, pasti hatinya tidak sesakit ini. Andreas melambungkannya ke langit ketujuh, seolah rumah tangga mereka akan berjalan mulus. Tetapi, mulut lelaki itu teramat manis dan menghipnotis.Ini adalah konsekuensi yang harus Clara jalani akibat mudah menggantungkan nasib kepada pria. Terutama Andreas, pria yang menikahinya bukan karena cinta melainkan tanggung jawab.“Benar kata Agon … hah mereka berdua sama-sama pria b*jat. Aku harap tidak pernah bertemu lagi dengan keduanya.” Pedihnya suara Clara sembari mengelus perut.Padahal ia sangat ini menjelaskan, bahwa hubungannya degan Agon tidak menggunakan perasaan. Itu semua terjadi karena Clara sangat membutuhkan uang. Terpaksa, menjual diri dan beruntungnya ia tidak pernah mengandung benih Agon.“Apa yang kau harapaka
BughAndreas tidak peduli lagi apa itu tata krama, nyatanya pria yang usianya lebih tua ini tidak memperhatikan itu. Kebencian dalam diri Andreas semakin besar dan meletup-letup, sungguh ingin rasanya melempar Pamannya ini keluar dari balkon lantai dua.Seandainya saja tidak mengingat calon buah hati, pasti Andreas berbuat nekat. Apa salahnya jika mendekam di balik jeruji besi lagi? Namun, memalukan sekali kalau hal itu terjadi karena wanita.“Menyingkirlah! Pergi kau!” bentak Andreas dikelilingi kobaran api.“Ah … keponakan tersayang pulang juga. Sepertinya istrimu kesepian, aku bisa saja menghangatkan ranjangnya, temani Daddy-mu di rumah sakit Andreas.” Agon menyeringai seraya menyeka tetesan darah dari hidung dan mulut.“Aku kasihan karena kau belum laku, merebut wanita keponakan sendiri. Urat malumu sudah putus, hah? Lagi pula … perempuan mana yang menginginkan berada di sisi pria kotor, benar ‘kan Pamanku tercinta?”Gelak tawa terdengar nyaring dari bibir Agon. Ia tak akan melepa
“Apa kau itu jagoan?” Arjuna yang sedang menikmati fasilitas VVIP cafe itu bersama beberapa rekan pengusaha segera menolong Andreas. Suami Clau ini tersentak mendapati kakak iparnya tidak sadarkan diri. Beruntung meeting telah selesai, sehingga ia melenggang pergi membawa Andreas ke rumah sakit.“Apa masalahmu dengan pria di dalam sana? Dia menggoda Clara?” tebak Arjuna dengan mudah, bagaimanapun seorang pria tidak ingin wanitanya direndahkan lelaki lain.“Untuk apa kau di sana, hah? Apa istrimu tidak memberi servis terbaik?” sarkas Andreas masih dirundung kekesalan.“Dengar Tuan Lehman.” Arjuna menghela napas, kemudian duduk menyandar dan melipat tangan depan dada. “Apa mengunjungi cafe itu seseorang selalu memesan wanita? Aku datang untuk kesepakatan bisnis.”Andreas terkekeh pelan, memegang kepala bagian belakang yang berdenyut nyeri. Ia menggeleng lemah karena rencananya gagal untuk membuat perhitungan kepada Agon. Ternyata lelaki itu telah mempersiapkan segalanya.“Apa hubungamu
Sungguh Andreas benar-benar keterlaluan karena membuat Clara malu telah berpikiran erotis. Kini, wanita berbadan dua itu menunduk malu ditatap penuh arti suaminya. Clara kehilangan muka, bahkan tidak sanggup menjawab pertanyaan Andreas.“Kenapa, hum?” Andreas tidak mungkin polos, jelas-jelas sengaja menggoda. Lelaki ini menghapus jarak, meraih dagu Clara, sedikit menariknya hingga dua pasang mata saling terkunci satu sama lain. Kerlingan kelopak berbulu lentik menggoyahkan Andreas. Susah payah menahan hasrat, tidak ingin menyakiti calon buah hati.“Kenapa diam Clara? kamu membutuhkan sesuatu? Katakan saja sebelum aku keluar kamar!”“Tidak ada, aku bisa sendiri.” Tegas Clara tetapi kabut gairah pada matanya tidak bisa berbohong.Lantas Andreas menunduk, memposisikan kepala tepat di samping telinga Clara. Mengembuskan napas hangat menyapukan helaian rambut kecil yang tidak terikat. Andreas tersenyum nakal walau tidak terlihat.“Aku juga sama, tapi ingat pesan dokter. Maafkan aku Clara,
“Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya menemani istrimu tapi duduk sendirian di bar.” Cibir Arjuna dengan mata setajam tatapan elang.“Lalu adik ipar tersayang kenapa di sini? Bisa-bisanya kau berbohong mengatakan di Basel, ternyata di Zurich.” Balas Andreas mencebik dan mengintip isi piring Arjuna. Baru kali ini pengunjung bar bukan menikmati minuman tetapi lahap mengisi perut.“Kau tidak lihat aku sedang apa? Mau? Aku itu kelaparan, jam segini tidak ada restoran yang masih buka. Daripada malam ini gagal mencumbu Clau karena kelaparan, lebih baik mengganjal dengan sedikit cemilan.”Kelopak mata Andreas terbuka lebar, berputar menatap sengit kepada Arjuna. Tidak lain karena cemburu, bukan karena menginginkan Clau, tetapi tidak bisa menyentuh Clara. “Ck, sombong sekali. Bagaimana kalau gagal? Mungkin Clau kelelahan dan tidur?”“Tidak mungkin Andreas, kau pikir aku baru menikah satu atau dua tahun? Selama tujuh tahun setiap kebiasaan Clau sudah ku hapal di luar kepala.”“Dasar pria tid
“Mau ke mana cantik? Di mana suamimu yang berlagak pahlawan itu?”Clara tersentak ketika mengayunkan kaki keluar mansion. Ia pikir Agon telah berangkat ke kantor, karena sejak pagi tidak terlihat batang hidungnya. Ternyata pria ini bersantai di teras depan sembari menghisap nikotin.Ibu hamil ini menyesali keputusan pulang lebih awal dari hotel. Sekarang Clara kebingungan, sebab Andreas tidak ada di mansion, bahkan pelayan yang biasanya hilir mudik mendadak sepi.Merasa kondisinya tidak aman, Clara perlahan berjalan mundur, berharap Agon membebaskan untuk kali ini. Tetapi doa itu tidak terkabul, lantaran pria berusia matang itu malah menghapus jarak. Seringai licik tergambar jelas pada garis wajah Agon.“Jangan mendekat! Aku bisa berteriak!” “Oh silakan saja, bukan urusanku juga. Jangan terlalu percaya diri Clara!”Agon sengaja menyentuh perut buncit Clara, lalu mendorong hingga terantuk pada tepi pintu. Membuat Clara meringis ngilu, lantas menepis tangan Agon dari atas perutnya.“Me
“Kita tinggal di sini?” Clara menunjuk sembari menatap wajah suaminya. Ia menelan ludah karena tempat sederhana yang dibicarakan tidak seperti bayangan Clara.“Hu’um ya, kenapa? Sempit? Untuk sementara kita tinggal di sini, sampai … anak kita lahir.” Andreas mengeelus perut buncit Clara.Ya, Andreas dan Arjuna memiliki rencana terselubung. Tetapi untuk memuluskan itu semua, Arjuna memberikan ide agar Andreas membawa pergi Clara. Jauh dari jangkauan Agon, sehingga tidak perlu cemas akan keselamatan Clara.Mendengar kalimat kekecewaan keluar dari bibir Andreas, menyebabkan Clara menelan ludah. Padahal ia hanya bertanya tidak ada maksud lain. Hanya saja untuk tinggal di tempat yang cukup jauh dari pusat kota ia khawatir dengan letak rumah sakit. Bukan karena rumah tinggal di pedesaan ini. Semua masih tampak alami, ketika membuka pintu dan jendela, pemandangan menyegarkan memanjakan mata. “Ini memang lebih sempit dibanding mansion. Tapi jauh lebih baik, aku pikir sederhana bagaimana, te
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“