Tanpa mendapat jawaban panjang lebar dari bibir Clara, kini Clau bisa melihat secara langsung perubahan yang terjadi. Kakak iparnya itu kembali seperti semula, sosok Andreas yang Clau kenal sangat baik. Dari tenda, Clau tersenyum karena Andreas memperlakukan Clara dengan baik. Meskipun Clara tidak tahu apa yang terjadi antara Andreas dan Brigitta selanjutnya. Lelaki itu menutup rapat dari Clara, Andreas tidak ingin sang istri terlalu banyak berpikir.“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri sayang?” Arjuna tiba-tiba muncul lalu meletakkan sepiring daging panggang.“Oh … itu, lihat kesana.” Tunjuk Clau pada sejoli yang tidak ragu lagi menunjukkan kemesraan. “Mereka romantis ya? Akhirnya aku tidak merasa bersalah lagi, sekarang kakak sudah menemukan kebahagiaannya. Semoga Andreas bisa menjaga kakak.” Arjuna mengulum bibir dan mengangguk pelan, turut serta memperhatikan sepasang pengantin baru. Hatinya juga lega, karena kini pria yang selalu mengincar Clau berhasil membuka pintu hati. Harusk
Persaingan antara dua menantu Laras tidak terhenti sebatas pergulatan ranjang belaka. Pria tampan pemilik perusahaan raksasa ini pun berlomba. Ketika mentari mulai menyapa, baik Andreas atau Arjuna segera bangun, meninggalkan wanitanya yang masih terlelap akibat kelelahan.Keduanya berpapasan tepat di depan pintu kamar, menarik sebelah sudut bibir serta lengan baju sehingga menampakkan otot bisep dan trisep. Antusias untuk menjadi menantu kesayangan, Arjuna yang lebih dulu merasakan kebaikan Laras, enggan disalip atau berbagi dengan Andreas. “Dasar adik tidak tahu sopan santun.” Ketus Andreas.“Kau adalah kakak paling menyebalkan di dunia.” Sengit Arjuna memperlihatkan mimik mencemooh.“Baik kita lihat saja pemenangnya. Aku tidak akan kalah darimu.” Ucap keduanya bersamaan.Tidak hanya di depan pintu kamar, Andreas dan Arjuna berlari menuju dapur karena mendengar denting peratalan masak. Mereka membantu ibu mertua, Arjuna merasa di atas angin sebab lebih dulu menjdi menantu. Tentu se
“Umm … Hi, Claudya. Pagi ini kamu cantik sekali.” Puji Andreas begitu jujur dengan pandangan menyiratkan kekaguman.Clau sendiri melirik ke samping karena tidak enak hati kepada Clara. Keduanya berdiri bersisian, tetapi yang mendapat pujian bukan kakaknya. Clau cukup menyunggingkan senyum tipis dan singkat, kemudian beranjak menuju dapur.Sedang ibu hamil yang menyandar pada dinding cemburu. Ya lagi-lagi Clara menyadarkan hati, bahwa ia harus tahu diri, karena sesungguhnya pemilik hati sang suami adalah Claudya. Clara tersenyum kecut karena Andreas mendekati seraya mengulum senyum. “Jangan marah Clara! Adikmu memang cantik ‘kan? Tapi mulai saat ini dan selamanya, bagiku kamulah yang paling istimewa dan tercantik di muka bumi.” Gombal Andreas, lalu mencubit dagu lancip Clara.Entahlah Clara dibuat tersipu malu mendengar kalimat itu. Seolah membawanya ke langit ketujuh, Andreas mampu membuat paginya terasa indah serta bermakna. Clara memalingkan wajah, tak ingin suami menyebalkan ini m
Bola mata Andreas bergerak mengamati Brigitta yang tertunduk lesu. Mantan istri cantiknya ini berkaca-kaca, berulang kali Brigitta menelan saliva, berusaha menutupi suasana hati tetapi gagal.“Kamu kenapa?” tanya Clara penasaran.“Sebenarnya aku dan Kevin tidak akan menikah. Kami hanya hidup sebagai orang tua Karen. Lagi pula yang dia butuhkan itu kehadiran kedua orang tua, bukan pernikahan kami.” Lirih Brigitta memulas senyum getir.Clara dan Andreas salin bertatap, seolah mengerti arti pandangan satu sama lain. Clara bisa merasakan apa yang tengah mengganggu mantan istri Andreas.Ia meletakkan popcorn dan minuman di atas meja. Lantas meraih bahu Brigitta dan memeluknya dengan erat, Clara menepuk perlahan memberi kekuatan sesame wanita.“Ayah tidak menyukai Kevin, dan menolaknya. Karena kehidupan Kevin masih dianggap tidak layak.” Suara Brigitta tercekat, bibirnya pun bergetar di bahu Clara. “Kamu jauh lebih beruntung Clara, maaf aku sempat membencimu.” “Benar begitu Vin?” selidik A
Clara mengerjapkan kedua kelopak, perlahan terbuka dan mendapati dirinya berada di kamar Andreas. Gelap serta sepi menemani, sebab di bagian sisi lain ranjang kosong, rasanya begitu dingin. Akibat ingin dimanja oleh suami, tungkai Clara turun dari kasur menuju kamar mandi. Ia pikir suami menyebalkannya sedang di dalam sana, lantas menempelkan telinga, mencoba menguping.“Tidak ada suara apapun, Andreas? Kamu di dalam? Aku … tidak bisa tidur lagi.” Lirih Clara di penghujung kalimat. Dirinya salah tingkah menjadi wanita murahan begini. “Andreas?” Nahasnya setelah 10 menit berdiri depan pintu, tidak ada respon. Clara menggeser pintu kamar mandi dan kosong, hatinya mencelos karena begitu berharap Andreas ada di sini.“Ke mana dia? Kenapa meninggalkan aku dalam keadaan tidur, suami macam apa itu? Dia bilang mau berusaha mencintaiku, tapi apa? Dasar pria!” Ibu hamil menggerutu sembari menggelung rambut dan mengikatnya asal. Clara tergerak mencari sang suami di luar kamar, ia membuka pintu
“Kak? Kenapa baru mengabari sekarang?”Ternyata Clara dibawa ke rumah sakit oleh Kepala Pelayan dan petugas keamanan di mansion Lehman. Setelah dua jam terbaring tidak sadarkan diri, saat ini Clara sedang mengamati wajah cemas adiknya.Bibir tipis berwarna pucat melukis senyuman, Clara geleng-geleng kepala. Clau terlalu berlebihan padahal ia telah siuman. Ya setelah membuka mata, Clara minta tolong suster untuk menghubungi Clau. Saat ini hanya ingin ditemani adiknya saja, bukan orang lain termasuk Andreas.“Di mana suami kakak? Kenapa tidak ada di sini?” pandangan Clau mengeliling seisi kamar rawat presidential suite. Tidak menemukan keberadaan kakak iparnya itu. “Apa Kakak tidak menghubungi Andreas?”Clara mengangguk pelan, kemudian mengusap perut buncit. Lalu meminta Clau untuk membantu merubah sandaran ranjang, sebab ia ingin duduk.Bohong kalau Clara tidak mengharapkan kehadiran ayah dari bayinya itu. Berulang kali dia melirik pintu, membuang napas karena Andreas tak kunjung tiba.
Benar saja hingga waktu berubah siang, bahkan dokter telah memeriksa Clara dan menanyakan keberadaan suami. Wanita berperut buncit ini mengatup rapat bibir, tidak tahu harus menjawab apa. Andai saja Clara tahu bahwa semua sia-sia, pasti hatinya tidak sesakit ini. Andreas melambungkannya ke langit ketujuh, seolah rumah tangga mereka akan berjalan mulus. Tetapi, mulut lelaki itu teramat manis dan menghipnotis.Ini adalah konsekuensi yang harus Clara jalani akibat mudah menggantungkan nasib kepada pria. Terutama Andreas, pria yang menikahinya bukan karena cinta melainkan tanggung jawab.“Benar kata Agon … hah mereka berdua sama-sama pria b*jat. Aku harap tidak pernah bertemu lagi dengan keduanya.” Pedihnya suara Clara sembari mengelus perut.Padahal ia sangat ini menjelaskan, bahwa hubungannya degan Agon tidak menggunakan perasaan. Itu semua terjadi karena Clara sangat membutuhkan uang. Terpaksa, menjual diri dan beruntungnya ia tidak pernah mengandung benih Agon.“Apa yang kau harapaka
BughAndreas tidak peduli lagi apa itu tata krama, nyatanya pria yang usianya lebih tua ini tidak memperhatikan itu. Kebencian dalam diri Andreas semakin besar dan meletup-letup, sungguh ingin rasanya melempar Pamannya ini keluar dari balkon lantai dua.Seandainya saja tidak mengingat calon buah hati, pasti Andreas berbuat nekat. Apa salahnya jika mendekam di balik jeruji besi lagi? Namun, memalukan sekali kalau hal itu terjadi karena wanita.“Menyingkirlah! Pergi kau!” bentak Andreas dikelilingi kobaran api.“Ah … keponakan tersayang pulang juga. Sepertinya istrimu kesepian, aku bisa saja menghangatkan ranjangnya, temani Daddy-mu di rumah sakit Andreas.” Agon menyeringai seraya menyeka tetesan darah dari hidung dan mulut.“Aku kasihan karena kau belum laku, merebut wanita keponakan sendiri. Urat malumu sudah putus, hah? Lagi pula … perempuan mana yang menginginkan berada di sisi pria kotor, benar ‘kan Pamanku tercinta?”Gelak tawa terdengar nyaring dari bibir Agon. Ia tak akan melepa
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“