“Andreas? Brigitta? Kalau kalian mau melakukan kegiatan pribadi, tutuplah pintu yang rapat. Kalau begitu aku menunggu di sini saja. Lanjutkan tugasmu Andreas! Bila perlu aku pulang lagi.”Pria itu menjauh dari pintu kamar, sembari tersenyum menuju ruang tamu. Walau jalan cukup pelan karena persendian dan tulangnya telah rapuh, urung mendengar lenguhan yang akan tercipta.Bahkan menyelidiki kepada pelayan di penthouse, mengenai kehidupan rumah tangga Andreas. Dia sangat yakin Brigitta bisa meluluhkan dinginnya Andreas. Bukankan semua pria menginginkan wanita cantik, cerdas dan bertubuh seksi serta menggoda.Semua ada pada Brigitta. Bahkan garis keturunannya pun jelas, walaupun sekarang perusahaan diambang kebangrutan. Brigitta bukanlah sembarang wanita dari kalangan rakyat biasa.“Apa mereka sering melakukannya? Maksudku, tidak pernah ada pertengkaran di sini?”“Melakukan apa Tuan?” gugup asisten rumah tangga. Lidahnya begitu kelu mengatakan kebenaran tentang fakta pernikahan Brigitta
“Apa?! Kamu masih waras sayang?”Arjuna langsung berdiri dari kursi kebesarannya di ruang kerja. Mendengar permintaan Clau ingin bertemu Andreas esok hari. Hal itu sangatlah dihindari oleh Arjuna, kejadian masa lalu menjadikannya lebih ketat menjaga Clau.Tidak ada jaminan pria beristri pasti mencintai wanitanya, terbukti Andreas berani merebut Clau. Apalagi usia pernikahan Andreas baru beberapa bulan. Arjuna yakin Brigitta belum bisa meluluhkan kerasnya gunung es itu.“Ya tentu aku sehat. Boleh?”“Tidak! Apapun yang terjadi tidak boleh! Jangan memercik kembali api yang telah padam. Dia bahkan tetap memiliki perasaan untuk kamu. Jangan sayang … ok, aku cemburu dan takut kamu dibawa pergi.” Meraih bahu Clau dan menghirup aroma yang menguar dari kulit melalui kain tipis baju tidur. Arjuna membelai sepanjang tulang punggung, sungguh tidak ingin kisah lama terulang. Kehidupan rumah tangganya memang sudah tenteram dan damai dengan kehadiran tiga anak. Tetapi masalah selalu datang dari lua
“Mom aku mau naik yang itu!” tunjuk Dewa, tetapi tidak dengan kedua adiknya yang menolak wahana. Mereka menarik tangan Clau ke arah lain dan menuntut diikuti.Clau merubah posisi tubuh sehingga sejajar dengan kepala anak kembarnya. “Bagaimana kalau kita coba satu per satu pasti lebih seru?”“Tidak mau Mom. Aku maunya yang di sana!”Akan tetapi Clara menyentuh bahu adiknya, sehingga Clau menoleh. Clara merasa tubuhnya telah sehat jadi tidak ada yang dikhawatirkan. Ia juga ingin melupakan segala asa dan menikmati hidup.“Dewa sama Tante aja, mau ‘kan?” Sedangkan Dewa tampak berpikir sembari memajukan bibir, dengan mata melotot tajam kepada Calantha dan Claira. Terkadang adiknya menyebalkan seperti Daddy mereka, selalu ingin menguasai Clau.Bocah berusia lima tahun ini mendongak, menatap lamat-lamat Ibu dan Tantenya. Akhirnya Dewa setuju setelah Clara tersenyum kepadanya.“Ok. Ayo Tante. Aku mau naik wahana yang seru.”Dewa berjalan di depan bersama pengasuh dan pengawal. Clara hendak m
“Hah apa? Kenapa dia ada di sana?” Brigitta segera meninggalkan area istirahat dan berlari keluar arena taman bermain. Napasnya terengah-engah sebab jarak pelataran parkir dan taman cukup jauh. Tentu saja Brigitta tidak bisa bersantai, khawatir Andreas mengetahui kesalahan fatal yang ditutupi.Tingkah mencurigakan itu tentunya diamati oleh Clau, melamun cukup lama memerhatikan Brigitta. Bahkan kedua anak kembarnya menarik ujung lengan baju untuk menyadarkan Clau.Berat bagi Brigitta meninggalkan Clara sendirian, takut terjadi sesuatu dengan calon anaknya. Namun, mempertahankan kebohongan jauh lebih penting, sebab tidak sanggup kehilangan Andreas dalam waktu dekat.Brigitta berusaha menenangkan Clara melalui telepon, rekan kerjanya itu mudah diserang kepanikan. Sehingga menular kepada Brigitta, menyebabkan mobilnya menubruk sisi jalan. Beruntung tidak terjadi luka serius, hanya kerusakan pada bagian depan mobil.“Argh … bagaimana ini? Aku tidak punya waktu lagi. Kalau begini caranya An
Ternyata Clau mengikuti Brigitta, ia menitipkan anak-anak kepada kakaknya dan pengasuh serta jajaran pengawal. Beruntungnya Clau telah mahir mengemudi, izinnya pun keluar dengan cepat tanpa bantuan dari Arjuna.Berkat pengalaman menguntit sang suami beberapa tahun silam, Clau lebih mudah menjaga jarak dengan Brigitta. Tidak menunjukkan bahwa kendaraan berplat nomor Keluarga Caldwell sedang membuntuti.“Mau ke mana dia? Kenapa keluar kota? Aku rasa bukan masalah pekerjaan. Arjuna bilang, proyeknya baru saja selesai dengan Brigitta.” Gumam Clau dengan manik coklat tetap mengamati ke mana arah mobil itu berhenti.Setelah melewati tol, Clau terperanjat karena mobil yang ditumpangi Brigitta menabrak tepi jalan. Bukannya menolong Brigitta, Nyonya Muda Caldwell ini malah berhenti di area istirahat. Tiba-tiba kelopak matanya mengecil karena Brigitta salah tingkah berhadapan dengan pria asing. “Siapa pria itu? Sepertinya mereka sudah kenal lama.”Clau kembali memacu laju kendaraan, hingga akh
Sebelum terjadi keributan yang lebih besar, Brigitta segera keluar rumah dan menghentikan adu kekuatan antara Andreas dan Arjuna. Keduanya segera melepas cengkeraman kerah baju, baik Andreas atau Arjuna mengibas pakaian, seolah terkena kotoran.“Sebaiknya kalian masuk. Jangan buat keributan, ini bukan saat yang tepat.”“Istrimu jauh lebih pintar Tuan Lehman!” Arjuna sengaja menabrak bahu Andreas dan masuk ke dalam rumah, menyusul Clau.Begitupun dengan Brigitta dan Andreas, mengekor di belakang Arjuna. Sepasang suami istri itu tidak saling berpegangan tangan, malah Andreas sengaja menjaga jarak. Menyebabkan dada Brigitta semakin sesak menghirup napas.Semuanya berkumpul di ruang keluarga yang tidak terlalu luas. Andreas dan Brigitta duduk bersisian di hadapan Laras dan Arjuna, untuk Clau dan Clara berada di sofa samping. Laras menoleh kepada menantunya sebab kedatangan yang mendadak, yakin telah terjadi sesuatu.Namun yang pasti semua bukan tentang rumah tangga Clau dan Arjuna. Laras
“Jika aku tahu akhirnya akan begini, pasti aku menghasut Clara mengugurkan anak itu. Andreas milikku! Aku ini istrinya, benar kami tidak boleh bercerai.”Semula Brigitta hendak pergi ke tempat hiburan malam, akan tetapi ia memiliki rencana lain. Brigitta mengunjungi mansion Lehman, sehingga setibanya di sana ayah mertuanya merasa heran.Brigitta tetap disambut hangat layaknya menantu idaman kendati hanya terikat kontrak. Tuan Besar Lehman menggiringnya ke ruang kerja, karena dari sorot matanya saja terlihat bahwa Brigitta ingin menyampaikan sesuatu.“Apa yang membuat menantu cantikku datang ke sini? Kalian ingin pindah lagi ke mansion?”Brigitta menggeleng cepat, pelupuk matanya telah dibanjiri kristal bening. Tangan dan bibirnya gemetaran menahan kepedihan hati. Mertuanya yang mengerti lantas memerintah pelayan mengantar secangkir minuman ke ruang kerja. Usai menyesap teh semanis madu, Brigitta mulai tenang dan bisa mengukir senyum setipis benang.“Tuan … bantu aku agar Andreas tida
“Brigitta?” Tidak dipungkiri Kevin adalah pria normal, mudah tersulut gairah bila dihadapkan pada kemolekan kulit mulus lawan jenis. Ditambah Brigitta adalah wanita yang diinginkannya menjadi pendamping hidup. Tanpa memikirkan lagi status yang membentang jauh diantara mereka, Kevin terbawa suasana hingga menyentuh lekuk tubuh Brigitta. Seketika keduanya bagai tersengat aliran listrik bertegangan kecil, Brigitta melenguh dan melentingkan punggung.“Aku … mencintaimu.” Suara Brigitta mendayu manja.“Aku harap ini kenyataan, kamu memang milikku.” Balas Kevin meraup apapun di depannya dengan bibir.Sensasi menyenangkan memacu adrenalin menjalar ke seluruh tubuh. Brigitta tak pernah mendapatkan hal ini setelah menikah, seorang istri yang haus akan belaian kasih sayang.Tangan mulus ini pun membuka pakaian dalam bagian atas, Brigitta tidak tahan untuk mendapatkan sentuhan lebih. Suasana kamar pun dipenuhi irama khas decapan dua orang dewasa.Brigitta mendorong Kevin sampai terjerembab ke
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“