"Mi, aku minta keadilan!" --"Kamu mau meminta keadilan yang bagaimana? Kalau Ummi perhatikan, kamu lebih dominan, deh!" ungkap Nyonya Najah sembari tersenyum. Ruqoyah mengerucutkan bibirnya."Ummi, ternyata berbagi itu nggak enak," ucap istri pertama Rashid membuat wanita yang memiliki badan gemuk itu tersenyum lalu mengelus punggung menantunya itu."Bukankah kamu yang meminta?" sahut Abi Rashid, ayahanda Abdullah Rashid Athoillah. "Hmm, Tuan Ahmed Athoilah, please jangan ikut campur urusan perempuan, ya!" sahut Najah ketus. Ahmed--ayahanda Rashid menggelengkan kepala kemudian mengerutkan alisnya. "Dasar perempuan, maunya menang sendiri!" gumam Tuan Ahmed kemudian menyeruput teh manis. Rashid hanya memperhatikan mereka yang sedang mengobrol tanpa ikut terlibat sama sekali."Iya, Bi, tapi aku nggak kuat!" sahut Ruqoyah dengan wajah memelas mengeluhkan keadaannya yang sekarang. "Jangan menyalahkan orang lain, itu karena permintaanmu," sahut Ahmed, pria jenggotnya telah putih semua,
"Nada, ke kamar!" perintah Rashid kemudian berdiri dan meraih tangan sang istri. ---Abdul membawa Nada masuk ke dalam kamar membuat kedua orang tuanya, serta Arga menjadi bingung. Di dalam kamar, Abdul langsung mendudukkan istrinya di sofa, dan sang suami duduk di hadapannya. Gadis itu tidak dapat berkata apa pun sebab dia sendiri tidak menyangka jika Arga akan datang. Menurutnya, pemuda itu sangat nekat. Kemarin hanya menunjukkan tempat tinggalnya, ternyata dia datang beneran. Oh My God, pikir Nada. "Nada, apakah kamu mengundang anak itu?" tanya Abdul, rahangnya mengeras dan urat lehernya terlihat. Ada emosi yang tertahan.Gadis yang hanya menggunakan kaos lengan pendek dan celana se lutut itu menggeleng. "Enggak sama sekali, bahkan aku pun kaget.""Lalu kenapa dia datang ke sini?" cecar sang suami. Nada mengangkat kedua bahunya. "Sudah kubilang aku tidak tahu, Tuan.""Astaga Nada!" pekik Abdul sembari memegang pelipisnya, "bukankah sudah aku jelaskan bahwa kamu itu sudah bersuam
"Karena aku tidak ingin dianggap istri durhaka!" balas Ainur, "kulihat Mbak Ruqoyah juga setuju, makanya aku ikutan!" "Lho!" sahut Ruqoyah. -----"Ainur, seharusnya kamu jangan begitu!" lanjut istri pertama Rashid. "Kamu harus punya prinsip.""Owh, jadi kalian ini hanya berpura-pura setuju?"tanya Rashid menegaskan. Ruqoyah mengangguk diikuti oleh Ainur. Keduanya sangat kompak."Tunggu!" ucap Nyonya Najah. Wanita yang itu memandang ke arah Nada yang sedari tadi hanya menyimak tanpa menyela. Gadis itu terlihat sangat santai tanpa beban. "Nada, apa yang kamu inginkan?" "Saya ingin bebas. Sejak awal, saya tidak setuju menikah dengan Tuan," sahut Nada membuat sang mertua terbelalak. Wanita itu tidak menyangka dengan jawaban menantu yang satu itu. Yang dua orang menantu menginginkan kedekatan dengan Rashid, sementara Nada malah ingin berpisah. "Maksudnya apa?" tanya sang mertua, wanita itu menatap tajam menantunya meminta penjelasan."Nyonya, apakah Nyonya tidak tahu? Sedari awal saya i
Saat mereka sedang mengobrol asik, tiba-tiba Ruqoyah dan Ainur masuk ke dalam kamar tanpa mengucap salam dan mengetuk pintu, membuat Tuan Abdul dan Nada kaget. ------Rupanya Ruqoyah memanggil adik madunya untuk ke kamar Nada. Ketika ketiganya berada di kamar Nada, Tuan Abdul diam dan tidak tahu harus berbuat apa. Wajahnya terlihat bingung. "Ke-kenapa kalian ke sini?" tanya Abdul. Nada mengambil ponsel dan memainkannya, pura-pura tidak tahu. Memang, gadis itu tidak menginginkan Abdul datang ke kamarnya dan tidak ingin ada keributan. Namun, dua istri Abdul malah datang. "Mas, em, aku juga ingin didatangi," sahut Ruqoyah memelas. "Aku juga!" Ruqoyah pun membalas. Abdul hanya memegang pelipis dan menggelengkan kepalanya. "Aku sangat pusing dengan tingkah kalian, bukankah sudah dijelaskan oleh umiku tadi siang bahwa setiap Sabtu dan Minggu aku bebas?" balas Abdul kecewa. Lelaki itu akhirnya mengajak Nada untuk keluar. Dia meraih tangan gadis itu yang sedang memainkan ponselnya. Kedua
"Jika nggak pulang, aku datangi kamu di rumah Nada."____"Iya, aku di rumah Nada untuk menjelaskan ke Bu Hamidah kenapa Nada aku pulangkan. Aku juga merasa sangat capek sebab seharian ini membantu kalian pindahan!" balas lelaki itu. Nada hanya melirik kemudian tersenyum tipis. Dalam hati dia berkata bahwa, lelaki tegap dan gagah, tetapi takut istri."Tuan! benar, kan? Tuh sudah ditelpon sama Mbak Ruqoyah," ucap Nada."Nada! Jangan coba-coba mempengaruhi Abdul dan merebut jatahku, ya!" seru Ruqoyah diseberang sana. Rupanya wanita itu mendengar ucapan Nada dan gadis itu pun menutup mulutnya. "Aku pulang, sudah, ya!" balas Tuan Abdul kemudian mengakhiri panggilan teleponnya setelah itu duduk di sisi ranjang untuk sejenak. Terlihat kelelahan di wajahnya. "Pulanglah Tuan, aku juga ingin tidur bebas, kalau ada Tuan, sempit," ucap Nada kemudian mengajaknya keluar. "Maaf ya Tuan, bukan maksudku mengusir, tapi demi keberlangsungan keluarga Tuan," sambungnya. Rupanya azan berkumandang pertan
Akhirnya keduanya pun melakukan ibadah malam. skip ( ◜‿◝ )♡---"Mas, ternyata nggak enak, ya, memiliki adik madu, jadinya terbagi. Sebenarnya aku masih kangen sama kamu," gerutu Ruqoyah ketika pagi hari setelah Subuh. Rashid yang telah rapi, duduk di sofa sembari mengecek kembali pekerjaannya. "Aku tidak ingin berkomentar sebab itu pun dulu keinginanmu," jelas pria yang kini berpakaian hem kotak-kotak coklat berpadu krem dengan celana panjang berwarna coklat tua. Ruqoyah merengut dan tak dapat menimpali karena memang dulu dia yang menyetujui.Saat sedang berbincang, ponsel milik Abdul berbunyi. Ruqoyah melirik dan ingin mengetahui, telepon dari siapa itu. "Ainur," ucap Abdul, membuat Ruqoyah kemudian bermuka masam. "Mengganggu suasana saja, ngapain sih pagi-pagi sudah telepon, bukankah jatahnya masih nanti malam?" gerutu Ruqoyah kemudian wanita itu pun berjalan menuju ke lemari untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan ke toko. "Assalamualaikum, ada apa Ainur?" sapa Abdul pad
Tanpa bicara, Rayhan langsung meninggalkan mereka berdua membuat raut wajah Nada menjadi sedikit kecewa dan sedih. ----Abdul menatap ke istrinya yang masih tertunduk kemudian menangkap ekspresi wajah sang istri. Tatapannya begitu tajam membuat Nada tak mampu berkata apa-apa. Gadis itu seperti anak SD yang ketahuan mencontek ketika ulangan. Tuan Abdul, lelaki matang dengan pembawaannya yang berwibawa kemudian menggandeng Nada menuju ke mobil. "Kita ke kampus, "ajak lelaki itu, dan Nada hanya menurut saja. Gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk di samping sopir tanpa berkata sepatah kata pun. Abdul menjalankan mobilnya perlahan menuju ke kampus yang dituju. Selama dalam perjalanan, sesekali Abdul melirik ke istrinya, sementara pandangan Nada ke depan."Nada, apakah kamu serius dengan anak muda tadi?" tanya Abdul membuka pembicaraan. Nada menunduk kemudian menarik napas dan menghempasnya kasar. Setelah itu menoleh ke suaminya. "Nggak penting juga aku jawab," balas gadis itu ketu
"Tapi benar, kesinilah!" pinta Abdul, "jika kamu tidak percaya!"----"Oke," jawab Ainur. Nada, Ruqoyah dan Abdul berada di ruang tengah. Kemudian Nada pamit kepada sang suami, tetapi Abdul tidak mengizinkan. Bahkan Abdul menarik tangan istri ketiganya untuk tetap tinggal. Berbeda dengan Ruqoyah, wanita itu malah menginginkan agar Nada segera pergi. "Nada, kamu bisa temani Ruqoyah, kan?" tanya Abdul memohon. Nada menggeleng dan tetep kekeh ingin pulang. "Sebentar lagi Ainur datang," sambungnya membuat Ruqoyah terbelalak dan kaget."Mas, kamu mengundangnya? Kenapa, sih!" taya istri pertamanya itu."Ruqoyah, hari ini jatahnya Ainur dan aku tidak bisa seperti ini.""Tapi, kan, aku sedang sakit," sahut Ruqoyah kecewa. "Iya, tapi aku juga tidak bisa meninggalkan kewajibanku padanya." Wajah Ruqoyah ditekuk kemudian meremas-remas tangannya. Masih dengan wajah kesal, Ruqoyah bangkit dan menuju ke kamarnya dengan tertatih. Ketika Abdul hendak membantu, Ruqoyah menolak. Ya, Abdul sangat p