"Kenapa baru pulang?" tanya Noah saat Clara sudah sampai di kamar.Clara meletakkan tasnya dan paper bag berisi belanjaan di atas meja sofa. Setelah itu, Clara menghampiri Noah yang cemberut."Maaf, hari ini Megan libur. Dia memintaku menemaninya seharian ini."Noah melingkarkan satu tangan pada pinggang Clara. Tubuh keduanya langsung saling menempel."Lepaskan dulu, aku belum mandi." Clara coba melepaskan diri."Mandi saja besok. Temani aku tidur sekarang.""Tapi…""Nurut saja."Noah mendorong punggung Clara menuju ranjang. Mau tidak mau, Clara pun merangkak naik."Aku ganti baju saja dulu."Noah melompat naik ke atas ranjang, membuat Clara urung turun."Tidak usah. Ayo, tidur!" Noah merobohkan tubuh Clara hingga terjatuh berbaring bersamaan.Malam semakin larut, sepasang suami istri saling memeluk dan mulai memejamkan mata.Hingga pagi menjelang, pelukan itu masih begitu erat. Clara masih menyandarkan kepala di atas lengan Noah dan tangannya mendarat di atas dada Noah.Noah lebih du
"Berhenti berkata kalau seolah aku yang jahat di sini," kata Clara setelah terdiam beberapa detik."Ibu tidak mengatakan kau jahat. Ibu hanya ingin kau tidak egois.""Siapa yang kau maksud egois?"Suara dari arah pintu membuat Clara dan Tania menoleh bersama. Di sana--di ambang pintu--terlihat Lily tengah berdiri sambil menggenggam gagang pintu dengan erat. Tatapan Lily membuat Tania buang muka."Ibu, kau datang." Wajah Clara seketika berbinar. Jauh berbeda saat Tania yang datang.Lily masuk dan langsung berdiri di samping Clara. Tania saat ini juga sudah berdiri sejak kedatangan Lily."Sedang apa kau di sini?" tanya Lily bernada sinis."Nenek!" Teriak Jou dari dalam saat tahu kalau neneknya datang."Halo, Sayang!" Lily berbalik badan menyambut Jou yang menghambur memeluknya.Jou sudah tahu kalau Tania datang, hanya saja Mela dan Bibi Tere yang meminta Jou tetap tenang supaya tidak ikut campur. Akan tetapi saat Lily yang datang, Jou tidak bisa dicegah lagi."Bukankah kalian egois," ka
Malam sudah datang, tapi Noah masih belum juga pulang. Sementara di dalam kamar, Clara sudah bersiap-siap untuk acara malam ini. Clara sudah merias wajah, menata rambut dan juga memakai baju yang ia beli bersama Megan waktu itu."Sudah jam segini, tapi Noah belum pulang," gumam Clara sambil memandang jam dinding beberapa saat. "Dia berjanji akan mengantarku."Saat baru melengos pandangan dari jam, ponsel di samping tas berdering. Clara sudah tersenyum antusias, berpikir kalau yang menelpon adalah Noah.Saat sudah menggenggam ponselnya dan menatap layarnya, yang menelpon bukanlah Noah, melainkan Megan. Clara menghela napas lalu mengangkat panggilan tersebut."Kau sudah berangkat?" tanya Megan."Sudah," sahut Clara. "… tapi suamiku belum pulang.""Lalu?""Aku tidak tahu. Dia sudah berjanji akan mengantarku.""Kau coba telpon saja dulu.""Oke."Panggilan dengan Megan terputus. Clara beralih mencari nomor sang suami dan segera menekan icon dial warna hijau.Satu detik, dua detik, hingga s
"Kenapa kau lama sekali?" tanya Clara kesal.Megan kembali duduk. "Maaf, perutku sedikit bermasalah."Saat Megan datang, terlihat semua kembali seperti biasanya. Mereka-mereka yang berbisik sudah diam hanya terlihat sesekali melirik.Dalam suasana tenang, tiba-tiba riuh tepuk tangan terdengar. Clara segera menoleh untuk memastikan."Jack?" celetuk Clara. "Mungkinkan dia yang menyelenggarakan acara ini?" lanjutnya dalam hati.Jack melangkah dengan gagah menuju tengah-tengah. Ia muncul dan langsung bicara untuk memberi sambutan. Mulai dari mengucapkan maaf karena terlambat, lalu berterima kasih karena hampir seratus persen semua temannya datang.Diam-diam Clara mengamati saat Jack sedang berpidato. Clara merasa heran karena semua bisa datang atas undangan Jack. Semasa SMA, Clara tahu kalau Jack tidak terlalu dekat juga dengan mereka-mereka. Tepatnya, Jack lebih sering menyendiri dengan kameranya."Apa dia yang membuat acara reuni ini?" tanya Clara pada Megan sambil menyikut.Megan menga
Sampai di rumah, wajah Clara tetap merengut. Noah tidak bertanya apapun, selama menaiki anak tangga. Barulah saat sampai di kamar, Noah segera mengajak Clara duduk."Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Noah.Clara mengangguk. Jika semuanya baik-baik saja, lalu kenapa wajah Clara masih tetap cemberut?Noah yang merasa tidak nyaman, meraih mendongakkan dagu Clara. "Katakan, apa semuanya baik-baik saja? Jujur saja padaku."Clara menatap wajah Noah, menyusuri bentuk sempurna yang Tuhan ciptakan. Dari bentuk wajah, hidung, kedua mata dan alis, lalu bentuk bibir, bola mata tajam, tidak ada yang luput."Apa aku salah karena sudah memilikimu?" tanya Clara. Bola mata sendu itu membuat Noah mengecup kening."Kenapa kau bertanya begitu?" tanya Noah.Clara menunduk lagi, tapi dengan cepat Noah meraih dagu Clara dengan siku jari lagi. "Jangan menyembunyikan apapun dariku.""Mereka bilang aku wanita berebut," kata Clara."Siapa yang bilang begitu?""Semua yang ada di sana."Noah lantas berdecak, ke
Chloe tahu keluarganya begitu mendamba harta. Jika ibu masih bisa dimaklumi, tapi ayah tidak. Beliau terlalu mengutamakan pekerjaan, jabatan dan uang. Ibarat hasil menurun satu persen pen, ia akan langsung merasa panik. Apalagi, saat tahu keluarga Noah akan lepas tangan jika Chloe terus mengganggu. Saat itulah Bill tidak mau semua itu terjadi.Sebelum berangkat ke pabrik, Bill menunggu Chloe lebih dulu di ambang pintu. Sekali lagi ia ingin memberi peringatan untuk putrinya itu.Menunggu sekitar hampir sepuluh menit, Chloe pun muncul. Dari arah samping, Tania juga muncul sambil menjinjing tasnya. Chloe yang sudah merasa hawa tidak enak, rencananya ingin acuh dan langsung pergi, sayangnya Bill lebih dulu menghalangi jalan."Apa kau mengerti dengan perkataan ayah?" tanya Bill tanpa basa-basi.Chloe berdecak, diikuti helaan napas. "Apa yang harus aku mengerti, ayah! Tidak ada.""Hei kau!" kalimat menyalak itu tertuju pada Tania yang berdiri santai di belakang Chloe. "Katakan pada putrimu.
Baru saja Clara sampai di rumah dan belum sempat turun, ponselnya yang ada di dalam tas bergetar. Tangan Clara yang semula sudah hendak membuka pintu kembali turun untuk mengambil ponselnya."Chloe?" celetuk Clara. "Mau apa lagi dia?" Clara berpikir sejenak apakah akan menjawab panggilan tersebut atau tidak.Karena terlalu lama membiarkan panggilan tersebut, akhirnya ponsel pun berhenti bergetar. Clara membuang napas dan hendak memasukkan ponsel itu ke dalam tas lagi. Mengacuhkan Chloe untuk saat ini mungkin lebih baik, tapi baru saja ponsel hampir terlepas dari tangan, satu notifikasi pesan masuk.Clara menggeser layar ponselnya. Sudah merasa lega, tapi kini Clara kembali mendesah berat.Meski enggan, Clara mulai membaca pesan tersebut.(Sekarang terserah padamu, aku hanya sekedar memberi tahu karena aku lebih dulu mengenal Noah. Jangan terlalu percaya dengannya, buktinya sampai lima tahun ini bahkan kau tidak pernah dijamah. Jangan berbangga meski Noah menjadi milikmu sekarang. Yang
Jujur saja, kalimat dari isi pesan Chloe masih terngiang-ngiang dikepala Clara. Kalimat menohok yang entah dari mana Chloe bisa mengetahuinya. Selama ini Clara tidak pernah menceritakan bagaimana isi kehidupan rumah tangganya. Lalu jika Chloe tahu, dari mana?"Hai, Sayang. Kau sudah bangun?" Noah menggeliat lalu bergeser meraih pinggang Clara yang duduk.Clara menoleh turun, kemudian meraih rambut Noah dan mengusap. Clara diam saja sambil terus mengusap rambut yang mulai gondrong itu. Noah mengangkat kepalanya, lalu kini mendaratkannya di atas paha sang istri."Ada apa?" tanya Noah. Sepertinya Noah merasa curiga karena wajah Clara terlihat murung.Clara tersenyum tipis. "Tidak apa."Noah tidak percaya akan hal itu. Noah lantas berdecak lalu bangun dan duduk melipat kedua kaki menghadap ke arah Clara."Bukankah sudah ada perjanjian, kalau ada apa-apa jangan disimpan sendiri," kata Noah seraya menggenggam tangan Clara. "Katakan apa yang terjadi. Kau istriku, aku tidak mau kenapa-kenapa.
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya