Bab 34Clara sampai di kamar ketika Noah sedang membuka kemejanya. Di ambang pintu, saat Noah tidak tahu keberadaan Clara, diam-diam Clara mengamati sejenak bagaimana Noah kerepotan saat membuka kancing baju.Clara ingin tanya pada ibu mertuanya kenapa hal sepele seperti membuka kancing baju saja tidak bisa Noah lakukan. Sekalipun bisa, itu akan membutuhkan beberapa waktu."Butuh bantuan?" tawar Clara kemudian.Clara rasanya ingin tertawa saat mendengar Noah sempat berdesis, tapi kalau tawa itu sampai menyembur keluar, bisa-bisa Clara kena omel."Kalau mau bantu, cepatlah! Kenapa masih diam di situ?"Lihat! Baru saja Clara membatin, Noah sudah marah-marah. Apalagi kalau samlau Clara tertawa, pasti akan lebih ramai lagi keadaan kamar.Clara menepikan rasa kesalnya karena seharian ini sudah beberapa kali mendapat salakan dari Noah. Clara meletakkan lebih dulu segelas air hangat di atas meja lalu baru kemudian membantu
Bab 35Bangun dari tidurnya, Clara mendapati sang suami sudah tidur memeluknya. Semalam Clara ingat, sekitar pukul sebelas malam, Noah masih entah berada di mana udai kejadian di dalam kamar mandi. Clara pikir Noah tidur di kamar lain, tapi ternyata ada di sampingnya dan memeluk dengan erat.Noah sepertinya masih tidur begitu pulas. Dengkuran halus masih bisa Clara dengar cukup jelas karena posisi telinganya berada di depan wajah Noah.Clara masih berada dalam rangkulan Noah. Ia belum beranjak dan lebih dulu menoleh ke arah jam dinding. Di sana masih menunjukkan pukul enam kurang seperempat."Apa aku harus kesal dengan kejadian semalam?" batin Clara.Clara ingin bersikap biasa saja, tapi rasa melayang yang sempat dirasa lalu seolah diempaskan begitu cepat, membuat hatinya merasa sakit. Clara merasa Noah tidak tertarik dengan tubuhnya.Perlahan, Clara membalikkan badan miring menghadap ke arah Noah. Wajah keduanya begitu dekat hanya beberapa senti saja. Udara yang keluar dari hidung No
Bab 36Butik tutup sekitar pukul delapan malam, tapi Clara sudah pamit sejak pukul empat sore. Clara meminta ijin pada ibu mertuanya untuk pergi menemui Jack. Clara tidak enak hati jika mendadak berhenti kerja tanpa berpamitan lebih dulu. Selain karena teman lama, Jack orang sudah dengan senang hati memberinya pekerjaan.Sekitar pukul empat lebih sepuluh menit, Clara sampai di gedung perusahaan Jack. Clara datang dengan mengendarai taksi online.Setelah mendapat ijin dari resepsionis, Clara segera menuju ruangan kerja Jack. Saat Clara mengetuk pintu, terlihat di dalam Jack tengah berbenah merapikan mejanya sebelum pergi pulang."Ya, masuk!" sahut Jack dari dalam.Perlahan pintu terbuka, Clara menarik napaspanjang lalu berjalan masuk bersamaan dengan embusan napas."Hai, Jack," sapa Clara dengab senyum tipis."Clara?" pekik Jack yang tidak menyangka kalau itu adalah Clara. "Kau ke sini? Ayo duduk!"Jack nampak antusias dan menyambut kedatangan Clara. Dari sikap Jack yang ramah, tentuny
Bab 37Lima tahun sudah berlalu, hubungan antara Noah dan Clara masih sama. Lebih sering ada perdebatan hal-hal kecil dan sifat acuh tak acuh. Lima tahun tentunya bukan waktu yang singkat untuk Clara lalui. Menjadi istri tanpa cinta, sentuhan apalagi berhubungan layaknya suami istri, ah! Itu tidak mungkin.Sesekali Noah sempat memergoki Clara tidak memakai apapun di ruang ganti. Bukan lelaki normal jika Noah tidak tergiur. Lagi-lagi ego dan gengsi menahannya sampai detik ini."Bajumu sudah kusiapkan," kata Clara begitu Noah keluar dari kamar mandi.Hanya begitulah yang Clara lakukan setiap hari. Membangunkan suami, menyiapkan segala kebutuhan suami, memasak, dan lain-kain. Tentunya tidak termasuk dengan pujian sayang dan kata mesra."Aku tunggu di ruang makan," sambung Clara lagi.Noah hanya berdehem tanpa berkata.Pagi ini, Clara sudah rapi lebih dulu dari Noah. Ia mandi sekitar pukul lima, karena hari ini berencana untuk mengantar Jou ke sekolah seperti biasanya. Tampilannya yang se
Bab 38Sekitar pukul sepuluh, Clara kembali ke gedung sekolah untuk menjemput Jou. Dalam perjalanan tadi, Clara tidak henti-henti mengingat tentang Chloe yang sudah kembali. Menyangkut Noah, mungkin Clara bisa membiakannya. Namun, jika menyangkut Jou, Clara tentu tidak mau.Dulu, sewaktu Chloe telpon, ia memang sempat berkata kalau akan kembali. Mungkin inilah jawabannya."Mommy!" teriak Jou sambil melambaiakan tangan.Melihat wajah sumringah itu, Clara hanya bisa terasenyum kecut lalu turun dan berjongkok menyambut Jou yang terus berlari.Bugh!Jou pun jatuh dipelukan Clara. Bocah kecil itu meneluk Clara dengan begitu hangat."Mommy, aku lapar," kata Jou ketika pelukan terlepas."Kita mampir saja ke KFC. Bagaimana?"Jou mengangguk antusias. Ketika Clara sudah berdiri, Jou tampak memiringkan kepala melihat seseorang yang berdiri di belakang Clara. Miringan kepala dan wajah aneh Jou, membuat Clara jadi penasaran."Ada apa, Sayang?" tanya Clara sembari memutar badan.Betapa terkejurnya
Benar yang ada dalam benak Clara, tamu yang datang adalah saudara kembarnya. Wajah angkuh wanita itu begitu santai ketika melenggak masuk, seolah-olah ini adalah rumahnya."Aku bahkan belum mempersilahkan kau masuk," cibir Clara.Mela tadi memang membiarkan Chloe berdiri menunggu di luar. Ia tidak berani membuka pintu karena takut kesalahan. Mela hanya melihat dari kamera yang ada di sana."Bersikaplah yang sopan!" hardik Clara ketika Chloe semakin melangkah maju sambil menyapu pandangan."Ini rumah kekasihku, jadi aku berhak di sini," kata Chloe.Clara berdecak kemudian berjalan hingga menghentikan langkah Chloe yang sudah sampai di depan anak tangga pertama."Aku istri Noah di sini. Aku yang akan mengizinkan atau tidaknya tamu boleh masuk!" kata Clara tegas.Bukannya menyingkir, Chloe malah tertawa mengejek sembari sesekali mendongak. Setelah tawa berhenti, Chloe maju langkah hingga begitu dekat dengan Clara."Kau memang istrinya, tapi bukan cintanya."Degh! Seketika kaki Clara mela
Bab 40"Untuk apa tiba-tiba dia kembali."Di dalam kamar, Noah masih menggerutu. Ia bangun sekitar pukul enam pagi dan langsung tertegak saat mendapati sang istri tidak tidur di sampingnya.Semalam, setelah obrolan dengan Chloe, Noah memutuskan untuk tidur sampai lupa kalau belum bertemu dengan Clara sejak siang."Di mana Clara?" gumam Noah.Di ruang ganti, Noah tengah memilih pakaian kerjanya sendiri. Biasanya memang selalu Clara yang menyiapkan segalanya.Beres dari siap-siap untuk pergi ke kantor, Noah segera turun ke lantai satu untuk sarapan sekaligus menemui Clara. Namun, sampai di ruang makan, Noah tidak menemuman siapapun kecuali dua pelayan yang sedang membersihkan meja makan."Di mana Clara dan Jou?" tanya Noah.Dua pelayang yang tidak menyadari ada Noah di situ, segera membungkuk sopan. Salah satu dari mereks kemudian mendongak dan menjawab."Nona Clara dan Tuan Jou sudah berangkat, Tuan." Begitu kata pelayan.Kening Noah lantas berkerut heran. Ia segeta memeriksa jam yang
Bab 41Mereka tidak langsung pulang, melainkan mampir dulu ke restoran untuk makan siang. Jou yang sudah ke laparan begitu antusias saat masuk ke dalan Restoran kesukaannya itu, Mc Donal's."Ayo, Mom! Kita masuk!" Jou sudah tidak sabar lagi. Dia menari-narik lengan ibunya dengan kuat."Iya, Sayang. Ayo masuk!" Clara tersenyum lalu menuntun Jou masuk ke dalam.Noah yang berjalan di belakang mereka diam-diam tersenyum. Ingin rasanya Noah ikut bergabung dengan mereka layaknya keluarga kecil pada umumnya. Namun, ada yang membuat Noah berhenti saat ingin melakukannya.Mereka duduk di bangku nomor lima. Itu Jou yang memilih karena katanya biar sesuai dengan tanggak lahirnya. Tidak lama setelah mereka duduk, pesanan pun datang. Dengan begitu antusias, Jou segera meraih ayam goreng tepung tersebut lalu memakannya dengan lahap."Pelan-pelan, Sayang," kata Clara mengingatkan.Clara meraih selembar tisu lalu mengusapkan pelan di bibir Jou yang berantakan."Jou bukan anakmu, tapi kenapa kau begit
Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika
Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j
Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M
"Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara
Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m
Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk
Sebelum pergi ke butik, Lily lebih dulu datang ke kantor Noah. Dia sudah dirundung rasa penasaran karena semalam Noah menlpon. Begitu masuk ke dalam, para karyawan yang berpapasan dengannya maupun yang sedang di meja kerjanya menunduk sopan saat melihat Lily. Tidak perlu bertanya-tanya, Lily langsung menuju ruangan Noah. Dan ternyata, Noah baru saja sampai. Terlihat dari tingkahnya yang sedang melepas jas hitam lalu meletakkan tas kerjanya. Grep! Pintu tertutup. Noah yang menghadap meja kerja, berbalik karena terkejut. Dia tidak mendengar pintu terbuka, tapi mendengar saat pintu tertutup. "Ibu," celetuk Noah heran. "Ada apa ibu datang sepagi ini?" tanyanya kemudian. Lily berdecak lalu memukul lengan Noah menggunakan tas jinjingnya. "Bukankah kau yang meminta ibu datang?" Noah gantian berdecak lalu menggaruk-garuk kening hingga kepalanya sedikit menunduk. Setelah itu, Noah mendongak lagi menatap ibunya. "Memang begitu, tapi tidak sepagi ini juga, Bu. Ini masih jam kantor, ibu bis
Clara dibawa pulang sore harinya. Penyebab utama pingsan, kata dokter tentunya karena Clara kelelahan, dan juga karena berada di awal awal kehamilan. Itu sering terjadi pada para wanita yang sedang hamil muda."Pelan-pelan," kata Noah saat membantu Clara turun dari mobil.Clara berdecak kecil saat Noah coba meraih lengan bagian atas. "Kau tidak perlu memegangiku, aku bisa jalan sendiri."Noah balas berdecak. "Kalau kau tersandung bagaimana, Ha? Sudah, nurut saja."Clara mencebik lalu nurut saja saat Noah menuntun dirinya dengan kuat. Padahal Clara sudah yakin kalau dirinya bisa. Toh, tidak ada yang sakit dan sudah tidak pusing lagi."Bibi Tere!" seru Noah begitu sampai di dalam rumah. Saking kerasnya panggilan itu, Clara sampai mengatupkan kedua matanya."Buatkan minum untuk Clara! Bawa saja ke atas!" Tidak perlu menunggu Bibi Tere muncul, Noah kembali berteriak.Pak Rey yang sudah paham, bergegas ke belakang untuk memastikan apakan Bibi Tere mendengar perintah dari Noah atau tidak. S
Noah sudah masuk ke dalam. Dilihatnya ada Bibi Tere yang masih mondar-mandir dan Mela yang tengah duduk mencondongkan badan sambil bersangga tangan."Tuan," celetuk Bibi Tere sembari menundukkan kepala. Mela segera berdiri dan ikut menunduk."Di mana Clara?" tanya Noah dengan panik. "Apa yang terjadi?""Nona Clara sedang diperiksa, Tuan," kata Bibi Tere.Noah mengintip dari balik kaca, akan tetapi tidak terlihat. Kedua tangan mendadak dingin, badan pun terasa gemetaran hebat."Sebenarnya ada apa?" tanya Noah lagi.Bibi Tere dan Mela saling pandang sesaat karena bingung harus menjawab apa. Mereka sendiri tidak tahu Clara pingsan penyebabnya apa."Kami tidak tahu, Tuan. Saat saat mau mengantar minuman, Nona Clara sudah jatuh pingsan di lantai."Astaga! Saat itu juga Noah terasa lepas. Satu tangan menepuk kening dan sedikit menekannya. Belum sempat Noah ambruk terduduk, Dokter yang memeriksa Clara keluar. Noah sontak terkesiap dan berdiri tegak."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya