Elrick panik saat melihat Aliana sudah tidak ada lagi di sofa yang tadi ia duduki, Elrick hanya lengah sebentar dan wanita itu sudah menghilang.
"Kau mau kemana, Rick?" tanya Cintya saat Elrick melangkah pergi meninggalkannya.
"Nona Aliana, dia tidak ada!" jawab Elrick sambil terus melangkah.
Elrick berdiri dari samping tablenya dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru klub itu, mencari sosok Aliana tapi nihil. Lalu ia turun lagi ke dance floor, siapa tahu Aliana berubah pikiran dan memutuskan untuk joget, walau terlihat mustahil, seorang introvert seperti Aliana tidak akan mau membaur dan membuang waktunya untuk hal yang tidak bermanfaat.
Lumayan lama Elrick mencarinya diantara kerumunan manusia itu, tapi tidak jua menemukan Aliana. Sambil mengumpat
Setelah mengunci pintu kamar Aliana, Elrick tidak langsung melihat tempat tidur, tapi ruangan dengan cat dinding warna putih, hingga ruangan itu terlihat semakin lapang, yang berisi satu set sofa warna hitam dengan pelapis kulit, dengan sarung bantal berwarna abu-abu, yang menghadap ke meja TV.Di tengah ruangan terdapat rak pajangan berwarna putih, dengan latar belakang hitam, hingga menciptakan ilusi mata seakan-akan panjangannya melayang. Ruangan ini bernuansa sederhana namun tetap terlihat estetik.Elrick terus melangkah melewati rak pajang itu yang menjadi pembatas antara ruangan ini dengan tempat tidur Aliana. Sama halnya dengan ruangan pertama, kamar tidur Aliana juga bernuansa monochrome.Desain kamar dengan kombinasi warna hitam dan putih pada dindingnya itu, serta furniture kayu dengan warna putih yang dominan memberikan kesan sederhana tapi modern.Fokus utama di kamar ini adalah pola unik yang menghias dinding di belakang tempat tidur Aliana, membuat kamar itu terlihat sem
"Tapi saat kita melakukannya tiga tahun lalu. Aku bisa langsung membuatmu hamil, Sayang," ujar Elrick dengan menekan kata sayang. Sudah saatnya Aliana mengetahui siapa Elrick sebenarnya.Lagipula Elrick sudah memberitahu Ekram dan Damar, dan Elrick yakin saat ini kedua bodyguard itu pasti sudah memberitahu Hardhan dan Alex, dan sudah pasti kedua pria yang sangat berkuasa di Asia itu, saat ini sedang dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Jadi, daripada Aliana mengetahuinya dari orang lain, lebih baik Elrick sendiri lah yang memberitahunya. Apapun resikonya itu urusan nanti.Aliana langsung duduk dan menatap tajam Elrick, matanya mencari-cari kebenaran di dalam mata biru kehijauan Elrick, yang mengingatkan pada mata anaknya, Leon."Ya, saya ayahnya Leon, pria yang sudah anda manfaatkan untuk menghasilkan anak tanpa harus menikah," ungkap Elrick santai sambil menautkan tangannya di belakang kepalanya."Kamu! Kenapa baru memberitahuku sekarang? Dan aku tidak memanfaatkanmu!" geram Aliana l
Elrick bersiap menghadapi appa Alex dan papi Hardhan, tapi ternyata bukan dua pria yang ia hadapi, melainkan empat pria dengan wajah yang sama garangnya, yang berdiri tegak di depannya itu. Bahkan dua pria muda kembar identik itu, justru yang terlihat lebih siap untuk menghajar Elrick habis-habisan. Dan Elrick sudah bisa menebak, mereka adalah putranya papi Hardhan, Kenzou dan Kenzie."Apa tidak bisa kita bicarakan baik-baik?" tanya Elrick sambil mengelap darah dari kulitnya yang sobek di tulang pipinya, tempat tinju keras appa Alex tadi mendarat, kemudian melirik Aliana yang masih tertidur pulas, lalu kembali ke empat pria itu yang menatap Elrick dengan tatapan identik, tatapan membunuh."Beraninya kau menggagahi keponakan saya! Kau mau mati ya?" raung papi Hardhan, "Zou, Zie, tahan dia!" perintahnya, dan tanpa disuruh
Aliana terbangun karena mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya, sambil menguap lebar ia merenggangkan badannya, dan langsung terduduk saat teringat dengan kejadian semalam.Aliana mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya, lalu melihat tempat kosong di sebelahnya, Elrick sudah tidak ada di sana, atau mungkin suara ribut-ribut di luar itu adalah Elrick dengan para bodyguardnya."Leon, bagaimana kalau pria itu berniat mengambil Leonku?" Dengan panik Aliana turun dari tempat tidurnya, dan meringis karena merasakan nyeri di area pribadinya, akibat dari percintaan maratonnya dengan Elrick semalam. Wajahnya seketika merona merah, saat teringat berapa kali semalam Aliana memelas pada Elrick untuk memuaskannya, "Ya Tuhan, rasanya aku ingin membenamkan wajahku ke dalam lumpur," erangnya pelan.Mengabaikan rasa nyeri itu, Aliana melangkah pelan, matanya melihat jas dan kemeja Elrick yang masih berceceran di lantai, itu berarti Elrick masih berada di sini. Aliana menunduk untuk mem
"Kata siapa dia boleh pulang? Urusan kami belum selesai dengannya. Masuklah kau ke kamarmu, Ana. Kami akan melakukan pembicaraan antara sesama pria dewasa!" tegas appa Alex.Aliana menarik tangan Elrik dan meletakkan ice bag yang ia pegang ke telapak tangan Elrick, "Kompres terus!" serunya sebelum berdiri dan menghampiri appa Alex."Jangan terlalu keras padanya, Appa. Bagaimanapun juga hadirnya Leon bukan murni kesalahan Elrick, aku juga yang melesak masuk ke Penthousenya," pinta Aliana, kemudian beranjak pergi meninggalkan para pria dengan segala urusannya itu."Beri kami alasan yang tepat, kenapa kami tidak harus menyingkirkanmu?" tanya appa Alex dengan suara dinginnya."Izinkan saya menikahi putri anda, Aliana. Memang
Elrick melangkah kesal keluar dari lobby Apartment menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari lobby itu, Elrick melempar kunci mobil ke arah Jack, yang dengan sigap langsung ditangkap Jack tanpa kesulitan, lalu membawa keluar mobil itu dari Apartment Aliana ke Penthousenya."Bodoh, kenapa kau bisa tertangkap?" tanya Elrick pada Jack, ia tidak dapat menyembunyikan nada kesal di dalam suaranya."Mereka sudah mengetahui Penthouse kita, Tuan. Dan langsung meringkusku saat aku membukakan pintu," jawab Elrick."Kenapa kau langsung membuka pintu? Kenapa tidak kau lihat terlebih dahulu siapa yang menekan bel?" cecar Elrick."Saya sudah melihatnya di layar tab, Tuan. Mereka memakai pakaian tekhnisi gedung, dan saya memang mem
Keesokan paginya dari jendela kamar Leon, Aliana melihat mobil Elrick yang baru saja sampai di depan rumahnya, yang langsung dibuka pengawal dan membiarkan mobilnya masuk ke dalam."Ayo Leon kita turun, Sayang. Om Ricko sudah sampai!" Aliana mengulurkan tangannya pada Leon yang masih asik memainkan Thomasnya."Yeeeyy!" teriak Leon senang sambil berdiri dan meraih tangan Aliana,"Tas Leon jangan lupa, Sus," ujar Aliana pada baby sitter Leon."Sudah, Bu."Sesampainya di lantai bawah, Leon langsung lari menghampiri Elrick yang baru saja menutup pintu mobilnya, dan langsung balik badan ketika mendengar teriakan Leon, yang sedang menghambur ke arahnya, dengan baby sitter yang mengejar di belakangnya."Om ... Om Ico!" teriak Leon.Elrick langsung jongkok dan melebarkan tangannya, bersiap menyambut putranya itu, kemudian mendekapnya erat saat putranya itu sudah berada di dalam pelukannya.Ini pertama kalinya Aliana melihat Elrick berangkat kerja dengan menjadi dirinya sendiri, tanpa kacamata
"Terkadang timbul rasa bosan dengan suasana sekolah yang itu-itu saja. Tapi pada akhirnya Aku bisa juga menghilangkan rasa jenuh itu berkat ... "Kata-kata Aliana tadi kembali terngiang-ngiang di telinganya, 'Berkat siapa? Jangan bilang itu berkat pria yang diceritakan Jack kemarin, pria yang membuat Alina merasa nyaman!' batin Elrick kesal.Elrick melirik Aliana dari spion mobilnya, wanita itu sedang mengarahkan pandangannya ke jalan raya, "Katamu kita akan menandatangani kontrak Minggu depan di Amsterdam, Rick. Benarkah?" tanya Aliana tanpa mau repot-repot melihat Elrick.Baru kali ini Elrick merasa di abaikan, benar-benar diabaikan oleh wanita, terlebih lagi oleh wanita yang sudah berbagi malam penuh gairah dengannya, harga dirinya sudah tidak bisa tertolong lagi "Iya, Sayang," jawab Elrick."Bagaimana kalau tanda tangan kontraknya di sini saja, Rick? Toh kamu juga sedang berada di sini juga. Aku tidak mau meninggalkan Leon terlalu lama," usul Aliana."Tidak bisa, Sayang. Tanda t
Saat Aliana selesai berpakaian, Elrick masih berada di posisi yang sama, mengarahkan pandangannya ke luar jendela, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini, Aliana memilih untuk tidak mencari tahu.Bahkan suaminya itu tetap tidak bergerak saat Aliana membuka pintu, dan keluar dari kamar mereka. Aliana tersenyum pada bodyguard yang berjaga di depan kamar mereka, sebelum melanjutkan langkahnya menuju halaman belakang, tempat Leon sedang bermain.‘Tuhan … Apakah ini yang dinamakan cemburu?" tanya Aliana dalam hati."Selamat sore, Granny," sapa Aliana sesampainya ia di samping Granny."Hmmmm."Merasa Granny enggan berbicara dengannya, Aliana berniat mengh
Sesuai dengan usul Elrick, mereka makan keppenwaterzoi, Sop yang terbuat dari rebusan ayam, yang dipadukan dengan berbagai macam jenis sayuran. seperti wortel, daun bawang, kentang, herba, telur, krim dan juga mentega itu sepiring berdua, yang kini hanya tinggal setengahnya saja. Mereka duduk bersisian , dan saling berhadapan, dengan kedua lutut yang nyaris bersentuhan.Elrick mengambil sepotong baguette, semacam roti tawar khas Belanda, kemudian mencelupkannya ke kuah Keppenwaterzoi sebelum menyuapi Aliana, tapi Aliana menggelengkan kepalanya sambil menutup rapat-rapat mulutnya."Buka!" seru Elrick sambil tersenyum usil."Aku sudah kenyang, rick. Kamu saja yang habiskan!" tolak Aliana."Satu kali lagi, ayo My Luv, Menurutlah."
"Mau bersepeda mengelilingi desa ini?" tanya Elrick ketika Aliana selesai menghabiskan makan siangnya."Panas-panas begini? Oh tidak, Rick. Terima kasih. Mungkin kalau sore hari aku mau,” jawab Aliana."Ah, sore kalau begitu, Leon tidur.""Leon?"Elrick menunjuk ke arah Leon yang tertidur di gendongan suster cici, "Sebaiknya kita pulang sekarang.""Ok."Elrick memanggil salah satu bodyguardnya untuk menyelesaikan masalah pembayaran, lalu merangkul Aliana saat menyusuri jalan yang tadi mereka lewati, untuk sampai ke rumah Granny.“Dimana Jack?" tanya Aliana, s
"Kamu terlalu berburuk sangka pada Gwen, My Luv. Gwen bukan wanita seperti itu!" sanggah Elrick.'Yah, silahkan saja bela terus mantan tunanganmu itu, Rick. Aku memang tidak mudah bergaul, tapi aku bisa menilai karakter seseorang dari pertama kali aku melihatnya. Dan jelas sekali mantan tunangan dan Grannymu itu berniat tidak baik pada kita,' desah Aliana dalam hatinya.Aliana tidak akan mengutarakan pikirannya itu pada Elrick. Karena bagaimanapun ia mengatakannya, pria itu pasti akan tetap menyanggahnya, tetap membela mantan tunangannya itu, terlebih lagi membela Grannynya, jadi lebih baik Aliana menelannya saja sendiri."Ya, nanti aku akan meminta maaf pada Granny, karena tidak menghargai jerih payah mereka yang sudah menyiapkan makan siang untuk kita," ujar Aliana sambil mencoba tersenyum.&nbs
"Apa kabar, Rick? Senang bertemu denganmu lagi?" sapa Gwen sambil mencium pipi kanan dan kirinya.Elrick ingin mendorong tunangannya itu, tapi dari sudut matanya ia melihat Granny yang sedang melangkah ke arah mereka, langkah pelan dengan bantuan tongkatnya itu membuat Gwen langsung menghampiri Granny, dan menuntunnya ke arah Elrick."Kenapa diam saja? Ayo lekas makan nanti keburu dingin! Sudah susah payah Gwen menyiapkannya untukmu!" seru Granny sambil menghentak-hentakkan tongkatnya ke lantai."Kami baru akan ke ruang makan Granny, ayo My ... " kata-kata Alex tergantung saat ia menoleh dan mendapati Aliana sudah tidak berada lagi di sisinya.Dengan panik Elrick mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumah itu, hingga matanya tertuju pada pemandangan diluar jendel
Rasanya ada sesuatu yang menyayat-nyayat hati Aliana, dan rasanya sakit sekali. Seketika Aliana balik badan dan melangkahkan kakinya ke arah Leon. Tentu saja Elrick tidak mengetahui kalau Aliana sudah tidak berada disampingnya lagi, karena wanita itu sedang memonopoli perhatian suaminya."Anda baik-baik saja, Nona?" tanya Damar sesampainya Aliana ke tempat mereka berdiri, Ekram langsung berdiri di samping Aliana.Para bodyguardnya itu pasti melihat semuanya dari jendela. Ya, apa pun isi dalam rumah itu terlihat jelas dari luar jendela, yang mungkin Granny sengaja tidak memasang tirai, supaya siapa pun yang lewat, bisa melihat ke dalam rumahnya yang serba modern itu.Aliana sangat bersyukur, karena Appa Alex bersikeras untuk membiarkan Damar dan Ekram untuk ikut dengannya. Bodyguard yang ditugaskan mengawal Eomma Sonya,
Keesokan harinya Elrick mengajak Aliana dan Leon ke rumah Grannynya. Mereka menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Giethoorn, desa air dengan ribuan kanal, atau disebut juga dengan Venesianya Belanda, yang menjadi salah satu destinasi wisatawan mancanegara.Tidak ada jalan beraspal yang bisa dilalui mobil di desa Giethoorn, hanya ada jalur pejalan kaki, sepeda dan yang utama adalah kanal untuk jalur perahu, kano dan boat yang menjadi transportasi utama desa itu.Jadi sesampainya mereka di desa dengan jumlah penduduk sekitar duaribu enamratus jiwa itu, sebuah Electric Boat sudah disiapkan untuk mereka.Aliana, Elrick, Leon, suster Cici dan Jack berada dalam satu boat, dengan Jack yang mengemudikan boat mereka. Sementara Damar dan Ekram berada satu boat dengan par
"Kenapa kamu dipanggil Mr. Rick alih-alih Mr. Euginius? Biasanya nama keluargalah yang menjadi nama panggilan," tanya Aliana sambil meniup Erwtensoep sebelum memakannya.Erwtensoep atau snert ini adalah salah satu menu favorit Aliana selain ikan Haring saat sedang di Belanda, sup bertekstur kental yang terbuat dari kacang polong, seledri, daun bawang, wortel, dan daging ini sebenarnya lebih nikmat di nikmati saat musim dingin dengan rookworstsosis asap, atau roti gandum dankatenspek bacon khas Belanda.Tapi saat ini Aliana sedang ingin makan makanan berkuah, karena ia sedang merasa tidak enak badan, terutama di area perutnya. Makanan hangat ini lumayan meringankan rasa tidak nyaman di perutnya."Entah siapa yang memulainya, tanpa aku sadari panggilan Mr. Rick lebih melekat padaku daripada Mr. Euginius, hing
Keesokan paginya, Elrick dan Aliana sudah berada di kantor Elrick. Aliana duduk di samping Elrick, mereka sedang menandatangani kontrak kerjasama perusahaan mereka, di depan direksi dan para pemegang saham perusahaan Elrick.Lembar demi lembar mereka baca dan tandatangani, setelah selesai mereka bertukar dokumen kontrak dan kembali menandatanganinya lagi. Sebelum akhirnya berjabat tangan setelah selesai proses penandatanganannya."Sukses untuk proyeknya, Mrs. Aliana Adipramana!" seru Elrick sambil mengulurkan tangannya.Aliana menyambut uluran tangan Elrick, "Terima kasih, Mr. Elrick Willem Euginius!" balasnya sambil tersenyum manis, di susul dengan tepukan tangan dari yang lainnya.Elrick mencondongkan dirinya ke Aliana