"Kau merindukanku, Amore?" tanya Marvin sembari membaringkan Zelda ke atas ranjang. Setelah itu dia membuka kemejanya yang memang tak di kancing. Jadi Marvin dengan mudah melepas kemeja tersebut dari tubuhnya. 'Paman-- maksudku Mas Marvin ke--kenapa melepas kemejanya? Ini masih siang, Cuk!' batin Zelda, menoleh ke sana kemari karena panik dengan apa yang akan Marvin lakukan padanya. Marvin menaikkan sebelah alis, naik ke atas ranjang– mengambil tempat di atas tubuh istrinya. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Amore," serak Damon, suaranya berat dan rendah. Begitu seksi di pendengaran. "Kenapa aku harus merindukan Mas Marvin? Kita berjumpa setiap hari," jawab Zelda, terkesan judes– memalingkan wajah ketika Marvin berniat menciumnya. "Cih." Marvin berdecis geli, menangkup pipi Zelda kemudian memaksa perempuan itu untuk menoleh ke arahnya, "tetapi aku merindukanmu, Amore. Sangat merindukanmu," bisiknya tepat di dekat daun telinga perempuan tersebut. Suaranya begitu berat dan seksi, m
"Tidak," jawab Zelda sedikit gugup, terpaksa pura-pura mengamati cangkang kerang yang dia temukan untuk mengalihkan rasa canggung dan gugupnya, "aku suka Mas Marvin," ucapnya tiba-tiba. "Humm?" Marvin mengerutkan kening. Sedangkan Zelda, spontan mendongak dengan raut muka pucat pias dan panik. Oh Tuhan! Apa yang dia katakan tadi?! "Maksudku, aku memotonya untuk kepentingan desain," ucap Zelda, buru-buru meralat perkataanya tadi. Ah, semoga saja Damon tidak mendengarkan ucapannya tadi. 'Cik, kenapa aku bisa bilang begitu sih? Su--suka Mas Marvin?! Hah, yang benar saja.' batin Zelda. "Cih." Marvin berdecis geli, mengacak surai di pucuk kepala istrinya secara gemas. "Aku mendengar apa yang kau katakan tadi," ucap Marvin selanjutnya. Zelda membulatkan mata, air mukanya panik dan menegang. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya seketika membeku. Setelah menguasai diri, Zelda buru-buru bangkit dari pangkuan Marvin dan segera berlari ke pinggir ombak kecil pantai. "Aku mencari cangk
"Hei … berhenti!" pekik Zelda dengan berteriak sembari berlari untuk mengejar seseorang yang mencuri HP-nya. Pria yang memakai Hoodie hitam tersebut berlari ke arah tangga darurat hotel, otomatis Zelda juga berlari ke arah sana. Namun, saat Zelda akan masuk ke area tangga darurat tiba-tiba saja seseorang menarik dan menyentak kuat tangan Zelda. Hal tersebut membuat Zelda sontak berhenti berlari, berakhir dengan menabrak dada bidang seseorang yang terasa keras dan kokoh. Bug'"Ahck!" Zelda meringis, wajahnya menabrak dada kokoh dan bidang yang terasa seperti tembok. Kening dan hidungnya terasa cukup sakit. "Kau mau kemana?!" Suara geraman dingin terdengar, Zelda mendongak untuk melihat pemilik suara mengerikan tersebut. "Mas Marvin," cicitnya pelan. Zelda kembali menoleh ke arah pintu menuju tangga darurat. Handphonenya dibawa kabur ke sana. "Ponselku dicuri seseorang. Aku …-""Ikut denganku," potong Marvin dengan cepat, menarik Zelda untuk beranjak dari sana. "Bagaimana dengan po
Sesuai saran dari Neon, Marvin mencoba membuka riwayat pencarian istrinya di browser. Dan mengejutkannya …-'Ciri-Ciri seseorang cemburu.' Marvin menaikkan sebelah alis ketika membaca salah satu riwayat pencarian di ponsel Zelda. Shit! Untuk apa Zelda mencari hal-hal seperti ini? 'Jantung sering berdebar kencang, dada bergemuruh dan sering gugup saat didekat seseorang, itu gejala dari penyakit apa?' Marvin membaca lagi, kali ini dia berdecis geli karena merasa lucu dengan kerandoman istrinya. Hal seperti ini ditanya pada google?! Sangat lucu! But--Siapa yang membuat istrinya jatuh cinta?! Shit! Jika bukan Marvin maka orang itu akan Marvin lenyapkan! Tidak ada yang boleh menarik perhatian Amore-nya, siapapun itu!'Apa hukum menyukai paman sendiri?' What the fuck! Zelda juga mencari hal seperti ini. Namun, meskipun sikap istrinya sangat konyol dan random, tetapi kekonyolan Zelda ini mampu membuat senyuman manis terukir di bibir Marvin. Ah, dengan adanya riwayat pencarian ini, Mar
Zelda menatap ke arah lututnya, keningnya mengerut karena panik– napasnya semakin menipis dan dadanya sudah mulai terasa panas. Zelda memijak batu karang, kemudian menekuk lutut– menahan sakit dan kebas secara bersamaan di kaki kanan, lututnya yang cedera. Setelah itu, Zelda meluncur ke atas permukaan. Namun, baru setengah jalan, tubuhnya sudah berhenti melesat. Zelda panik! Dia butuh oksigen, dadanya semakin sesak. Dia berusaha mencapai permukaan, tetapi karena kakinya tak bisa digerakkan dan malah menguras tenaganya, Zelda pada akhirnya pasrah. Dia terdiam, membiarkan tubuhnya kembali tenggelam– bersama dengan kesadarannya yang mulai menghilang. Dadanya sangat sakit! Byur'Samar-samar Zelda melihat seseorang berenang ke arahnya– melesat dengan cepat dan menghampiri Zelda yang hampir kehilangan kesadaran sepenuhnya. Cup'Zelda bisa merasakan benda kenyal yang terasa hangat menyentuh bibirnya– memasukkan oksigen melalui sana. Seolah seperti diberi daya, mata Zelda kembali terang
"Kau mencintaiku?"Zelda seketika terlihat gelisah dan kebingungan. Kenapa Marvin harus menanyakan hal seperti ini padanya? Cik, Zelda tidak tahu harus menjawab apa? Kata orang definisi cinta itu sangat mudah, tetapi bagi Zelda– dia bahkan tidak tahu apa yang dikatakan dengan cinta. Zelda tidak tahu wujud dari cinta itu sendiri dan bagaimana cara mengetahui keberadaannya, Zelda juga tidak paham. Jadi-- dia ragu dan dia bingung pada cinta!"Humm." Marvin tiba-tiba berdehem, tiba-tiba mengulurkan tangan ke atas kepala Zelda– membelainya dengan penuh kasih sayang, menatap Zelda lembut dan hangat, "aku tidak memaksamu untuk mencintaiku sekarang juga. Tetapi … jangan mencoba untuk mencintai pria selain aku, Zelda. Kupastikan kau menerima akibatnya jika itu terjadi," ucap dan peringat Marvin, berbanding dengan tatapannya yang hangat dan lembut. "I--iya, Mas Marvin," cicit Zelda pelan. "Humm." Lagi-lagi Marvin berdehem pelan, melepas kaitan tangannya di pinggang Zelda kemudian berniat ber
Sekalipun para temannya tahu Zelda ke kantor tanpa pamit, tetap saja mereka memaksa Zelda untuk ikut ke sana. Namun, Zelda menolak untuk ikut perlombaan band di festival tersebut. "Cik, Paman menelpon gue," bisik Zelda pada Reca, kemudian tanpa menunggu tanggapan dari Reca dia langsung menjauh dari keramaian.Setelah menemukan tempat yang cukup sepi, barulah Zelda mengangkat telpon dari Marvin tersebut. "Ha--halo …," cicit Zelda, menempelkan ponsel di telinga. Dia terlihat gugup dan tegang, takut pada Marvin. Suaminya tersebut tidak di sini, tetapi Zelda bisa merasakan aura mengerikan dari sosok tersebut. 'Kau di mana, humm?' tanya Marvin dari seberang sana. Suaranya dingin, tegas dan … menakutkan bagi Zelda. Pasti Mas Marvin sudah tahu jika aku tidak di rumah. Cik, aku dalam masalah.' batin Zelda, meneguk saliva dengan kasar susah payah. "Aku … di--di festival musik taman kota, Mas," cicit Zelda pelan dan takut. 'Kau membantahku.' "Tapi aku sudah baik-baik saja, Mas. Dan … band
Dalam perjalanan pulang, Marvin hanya diam dan bahkan ketika telah sampai di rumah Marvin masih tetap diam. Sedangkan Zelda, dia tentunya tak berani berbicara pada Marvin, memilih untuk diam namun terus melirik-lirik Marvin. Ceklek'Zelda masuk dalam kamar, disusul oleh Marvin; di mana perempuan itu langsung menutup pintu dan tiba-tiba saja menarik Zelda, mencekal pergelangan tangan Zelda dengan kuat kemudian menyeretnya secara paksa ke dalam kamar mandi. Syur'Marvin menyalakan shower, langsung membasahi tubuhnya dan Zelda yang berada di bawah. "Haruskah kau memakai baju dari laki-laki lain, Zelda Amira Abelard?" rendah Marvin, nadanya serak dan sangat pelan– namun sangat dingin serta menusuk hingga ke tulang-tulang. Bahkan, air yang mengguyur tubuh Zelda saat ini kalah dingin dengan suara Marvin. "Kau membantah perkataanku," ucap Marvin lagi, satu tangannya memeluk pinggang Zelda dan satu lagi membelai dengan ringan dan halus pinggiran wajah Zelda. Perlakuannya sangat lembut da