Ponsel Maya berdering berkali-kali, notif pesan dari grup pada aplikasi chat masuk saling bersahutan.Maya hanya memiliki satu grup pada ponsel canggih yang dibelikan menantunya.Sebuah grup yang berisikan para nyonya istri sultan, hanya dirinya yang bukan istri sultan tapi entah kenapa mereka tetap memasukannya ke dalam grup tersebut.Azuri : Ada yang mau ke pelaminan sebentar lagi.Satu kalimat itu tentu saja memicu reaksi anggota grup yang lain.Aura : Siapa? Azalea?Azalea adalah adik dari King.Quenbee : Menyimak dengan keimutan tiada tara.Rahma : Wuih, liburan lagi kita.Rahma menganggap bila benar Zeline yang akan menikah maka pesta itu pasti akan dilaksanakan di luar Negri dan pastinya mereka akan tinggal beberapa hari di sana.Alisha : Asyik, kita ngumpul lagi.Alisha mensyukuri terbentuknya squad ini karena ia merasa merekalah sahabat terbaiknya.Maya : Waaa, selamat ya. Apa yang bisa aku bantu?Dengan polosnya Maya berkata demikian.Azuri : Bukaaaaaan! Bukan Zeline.Maya :
Pemulihan Arkana berjalan cukup baik dan cepat.Setiap malam Edward menghabiskan waktunya membaca jurnal terbaru tentang kasus medis yang di alami Arkana agar dapat mencari tau obat atau teknik dan metode yang bisa mempercepat penyembuhan Arkana.Hasilnya, pagi ini Arkana sudah terlepas dari segala macam selang di tubuhnya.Pria itu sudah tampan dan rapih juga wangi. Zara membersihkan tubuhnya dan mencukur bulu halus di sekitar rahang tegas Arkana.Dan sekarang, meski harus mendapat bantuan Zara tapi Arkana akhirnya bisa sampai di ruang makan.Monica terkesiap melihat sosok cucunya di ruang makan, wanita itu berhamburan memeluk Arkana dan menangis di dadanya.Padahal Monica setiap hari bahkan setiap jam mengunjungi kamar Arkana tapi tetap saja saat melihat cucunya sudah bisa bangun dan berjalan sendiri keluar kamar membuat hatinya bergetar akan rasa syukur yang tidak terhingga.Monica mencurahkan rasa syukurnya itu dengan memeluk Arkana.“Jangan macem-macem lagi kamu kalau pengen nge
Setelah berlama-lama duduk di dalam mobil, menimbang banyak hal akhirnya Raditya turun dari mobil sport kesayangannya.Langkahnya gontai, bahkan kaki Raditya terasa lemas menyebrangi pekarangan rumah Gita.Raditya seringkali mengantar Gita pulang tapi belum pernah menginjakan kakinya di sini.Jantungnya menaikan tempo debaran seiring langkahnya mendekati pintu utama.Tangan Raditya bergetar saat terangkat untuk menekan bel.Dada Raditya sesak seakan banyak batu menghimpit paru-parunya.Raditya berusaha menenangkan diri, tekadnya sudah bulat dan ia harus menjalankan keputusan yang sudah ia ambil melalui pertimbangan matang.Apalagi ia telah mendengar dari Darius bila Angga akan mengajak Bunga untuk bertemu ibunya dan itu berarti mereka akan segera menikah.Raditya harus selangkah di depan, bila Angga baru mengajak Bunga menemui ibunya maka hari ini ia harus sudah bertemu Abi untuk meminang Gita.Raditya yang berjiwa kompetitif tidak ingin kalah meski dalam urusan membangun rumah tangga
“Kamu jangan terlalu memaksakan, Kana! Kamu harus pulih dulu baru pergi ke kantor.” “Kana udah sehat kok Grandpa, banyak yang harus Kana kerjain ... orang-orang juga pasti curiga kalau Kana pergi terlalu lama.” “Oke, tapi kamu enggak boleh kunjungan lapangan sampai seminggu ke depan ... jadwalkan bertemu klien di kantor kamu, pokoknya kamu enggak boleh terlalu capek, Kana! Obat penahan sakit yang Grandpa berikan itu morfin dan kakek enggak bisa terus-terusan kasih sama kamu.” “Iya, Grandpa ... obat penahan sakit yang Grandpa kasih cukup kok.” Edward mengembuskan napas. “Berjanjilah untuk menyayangi tubuh kamu! Jangan memaksakan diri, istirahatlah bila kamu merasa sudah tidak mampu ... tolong anggap serius keadaan kamu itu, Kana!” “Iya, Grandpa ... makasih ya!” Baru kali ini Edward keras pada Arkana, Edward tidak ingin terjadi sesuatu dengan cucunya.Arkana adalah satu-satunya cucu paling badung, semasa kecil—Arkana sering kali terluka, mulai dari kakinya tergerus jari-jari seped
“Malam, Bu!” sapa security kantor Arkana saat Zara baru saja turun dari mobil yang dikemudikan Pak Doddy driver. “Malam, Pak! Udah ngopi?” tanya Zara pada security tersebut.“Belum, Bu!” balas security bingung, kenapa istrinya bertanya tentang itu?“Nanti saya pesen kopi ya buat security di sini.” “Makasih, Bu! Makasih ... jangan repot-repot.” Zara mengibaskan tangan sambil melangkah menuju lift, semua karyawan Arkana tentu sudah mengenali Zara.Wanita cantik dan humble itu selalu ramah pada karyawan pria jauh berbeda perlakuannya kepada karyawan wanita apalagi yang menggunakan pakaian seksi.Tatapan mata Zara selalu mampu membuat mereka bergidig ngeri dan lari terbirit-birit menghindari berpapasan dengannya.Zara melangkah ringan keluar dari lift di lantai di mana ruangan suaminya berada.Lantai itu telah sepi karena memang jam kantor sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Menurut informasi yang Zara dapat dari Gita, Arkana masih berkutat dengan pekerjaannya jadi sepulang dari ka
“Hallo sayang-sayangnya Aunty!” seru Zara saat mendapati ketiga keponakannya berada di ruang tamu rumah sang bunda.“Tadi Nak Kama sama Caca ke sini, katanya mau nungguin kamu sama Nak Kana tapi Bunda bilang pergi aja ... Bunda khawatir mereka ketinggalan pesawat,” ujar sang bunda memberitau.“Enggak mungkin lah mereka ketinggalan pesawat, yang ada ada pesawat yang nungguin mereka, Bun ... abang Kama ‘kan punya privat jet sendiri,” balas Zara seraya menggendong Kaluna-si bungsu.“Oh iya, Bunda lupa kalau besanan sama Sultan.” Maya menepuk jidatnya dan diikuti oleh Davanka.Mereka semua lantas tergelak melihat tingkah lucu Davanka.“Bun ... kemarin bunda Aura telepon Zara lama banget.” “Oh ya?” Maya melepaskan Davanka yang kini sibuk memainkan lego berukuran besar sementara dirinya menggendong Kayana yang sedari tadi duduk di bouncer.Kayana dan Kaluna adalah anak kembar Arshavina dengan Kama, sekarang umurnya sudah menginjak sebelas bulan.Kelahiran bayi kembar itu nyaris berbarengan
Para Nanny belum pulang juga padahal Arkana sudah meminta driver untuk menjemput.Arkana tidak enak hati jika harus menghubungi Zara dan memintanya pulang karena akan menunda kegiatan belanjanya bersama Maya.Dan dua bangsul pun belum datang juga, Arka bingung harus bagaimana.Pria itu panik menepuk-nepuk pelan bokong bayi-bayi itu.Davanka merangkak ke pangkuannya minta digendong, wajahnya telah basah dengan air mata tanpa sedikitpun bayi itu berniat menghentikan tangis.Arkana mencari tissue kemudian ia lap wajah Davanka tapi air matanya terus saja mengalir.Beralih pada Kayana dan Kaluna yang menendang-nendangkan kakinya ke udara.“Duh, berenti nangisnya donk sayang ... yuk, kita beli ice cream yuk? Davanka mau apa? Mobil sport? Motor sport? Apa cewek cantik? Uncle cariin deh ... jangan nangis ya sayang ... cup cup cup,” bujuk Arkana.“Kayana ... Kaluna ... cup cup cup ... berenti nangis sayang, mau apa? Sebut aja ... tas mahal? Liburan mewah? Kartu kredit unlimited? Nanti Uncle ka
Arkana dan Zara saat ini sedang berada di sebuah resort yang berada tidak jauh dari kota Jakarta. Setiap kali ada kesempatan, Arkana selalu membawa Zara liburan.Setiap tempat indah dan unik mereka sambangi, menginap satu atau dua malam dan bercinta tidak kenal lelah dan waktu.Karena akhir-akhir ini kesibukan Arkana begitu padat begitu juga dengan Zara yang tengah fokus menuntut ilmu.Di hari kerja mereka jarang mengobrol bahkan membuat bayi pun mereka lakukan dengan terburu-buru, terkadang tidak menikmatinya karena ngantuk, lelah atau stress.Maka dari itu akhir minggu adalah waktu yang tepat untuk mengganti waktu yang hilang selama hari kerja.Tapi kali ini liburan mereka tidak hanya berdua saja. Arkana mengajak Darius, Raditya, Bunga, Angga dan Gita.Arkana dan Zara yang tiba lebih dulu di resort tersebut di susul Darius lalu kemudian Angga dan Bunga, Raditya dan Gita masih dalam perjalanan.Sekarang mereka sedang menikmati senja di pinggir pantai sambil memeluk pasangan masing-
Mata Zara menatap tajam pada seorang wanita dengan rok span pendek dan jas dokter yang membalut tubuh bagian atasnya.Dalaman blouse dengan tali panjang di leher memberi aksen manis pada tampilannya.Wanita dengan rambut panjang yang tengah berjalan berlawanan arah dengan Zara itu tersenyum tipis sorot matanya terlihat melecehkan Zara dibalik kacamata berbingkai besar.Demi apapun Zara ingin merobek mulut bergincu merah yang sedang tersenyum itu.Wanita itu bernama Saskia, merupakan anak dari pabrik obat merk ternama yang menjadi dokter di rumah sakit milik Edward-sang kakek mertua.Mereka berpapasan di depan pintu darurat, dengan kecepatan tangan karena latihan beladiri yang tidak pernah Zara tinggalkan meski telah memiliki banyak anak—ia bisa menarik Saskia sambil membuka pintu darurat dalam satu kali gerakan.Zara mendorong Saskia ke tembok seraya menodongkan pistol yang ia sembunyikan di balik punggungnya.“A ... apa-apa ... an kamu, Zara?” Senyum sinis Saskia luntur berganti raut
“Mommyyy ... juuu ... juuu.” Reyzio mengerucutkan bibir ketika mengatakannya.Ghaza, Nawa dan Reyzio begitu antusias bermain salju meski harus memakai mantel berlapis tiga ditambah syal, hoodie dan penutup telinga tidak lupa celana berlapis-lapis, kaos kaki khusus musim dingin dan sepatu water proof beserta sarung tangan membuat mereka seperti pinguin ketika berjalan tapi tidak menghentikan ketiganya bergerak aktif.“Iya sayang, itu salju ... jangan dimakan ya,” kata Ayara memperingati.Namun, apa yang dilakukan Reyzio selanjutnya?Batita itu malah memasukan salju ke mulut lalu tersenyum menatap sang mama.“Zioooo!!!” jerit Zara, berhamburan memburu Reyzio disusul Arkana dan bocah kecil itu semakin banyak memakan salju.“Adik, No!” Ghaza berseru melarang Reyzio, tangannya menahan tangan Reyzio yang hendak memasukan salju ke mulut.Tapi Reyzio terlalu keras kepala untuk menurut.Arkana menggendong Reyzio lantas tergelak sambil membersihkan mulut bocah nakal itu.“Ay, ini mah kamu bange
Zara merasakan sesuatu merangkak naik dari perut ke kerongkongan, bergegas lari—pergi dari ruang makan sebelum seluruh keluarga besar Arkana menyadari apa yang tengah ia rasakan dan tidak bernapsu lagi untuk makan malam.Seluruh Gunadhya sedang berkumpul tanpa terkecuali di rumah Kallandra Arion Gunadhya sang kepala suku Gunadhya untuk merayakan hari ulang tahun Shareena Azmi Zaina-istrinya.“Zara kenapa Bang?” tanya Aura cemas.“Biasa, hamil lagi.” Arkana membalas santai.Mengulum senyum antara bahagia dan malu karena istrinya sudah berbadan dua lagi, menyalip sang Kakak Kalila yang baru memiliki tiga anak.“Seriusan?” Dan semua kompak bertanya demikian.Arkana mengangguk dengan senyum lebar. “Hebat gue ya, tokcer ...,” ujar pria itu pongah.Para adik dan kakak beserta iparnya segera merotasi mata malas.“Lo nyalip gue.” Mata Kalila memicing tidak suka.“Nanti kita buat, honey.” King, suami Kalila mengusap pundak istrinya sensual dengan sorot mata penuh napsu.“No! Bukan itu maksudku
“Kamu kangen anak-anak?” bisik Arkana di telinga istrinya.“Banget.” Zara tidak perlu berpikir untuk menjawabnya.“Kalau punya anak keempat gimana?” cetus Arkana bukan meminta pendapat tapi meminta persetujuan.“Siapa takut?” Zara menantang lalu membalikan badan duduk di atas pangkuan Arkana dengan posisi berhadapan.Zara menaikan bokongnya sedikit untuk memudahkan milik Arkana yang sedari tadi telah menegang itu masuk ke dalamnya.“Tunggu, Yang ... aku enggak mau di sini, biar kamu nyaman kita pindah ke ranjang.”Arkana mengangkat tubuhnya keluar dari jacuzy membawa Zara ikut serta.Mulai melangkah pelan masuk ke dalam kamar sambil memagut bibir ranum istrinya.Kedua tangan dan kaki Zara melingkar posesif di tubuh Arkana.Sangat perlahan—penuh kehati-hatian—tanpa mengurai pagutan—Arkana merebahkan Zara di atas ranjang.Menggulirkan kecupannya ke sepanjang rahang dan berakhir di leher.Kedua tangannya sibuk meremat dan memainkan puncak di dada Zara.Zara melenguh merasakan sentuhan ta
Malam harinya pihak resort menyediakan barbeque atas permintaan Darius.Di masa lalu, acara barbeque pasti akan dilakukan di rumah Angga dan Bunga di Bandung setiap sebulan sekali.Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kesibukan mereka dalam mengurus anak, kegiatan tersebut hanya bisa setahun sekali atau paling sering setahun dua kali mereka bisa berkumpul seperti ini.“Jadi, kapan nambah anak lagi? Biasanya lo setahun sekali produksi.” Raditya bertanya setengah menyindir.“Sorry ya ... produksi mah setiap hari.” Arkana menjawab pongah.Mereka melingkari sebuah api unggun di pinggir pantai sambil menunggu koki menyajikan barbeque.Setidaknya acara barbeque sekarang mengalami suatu peningkatan karena Darius, Arkana, Angga dan Raditya tidak perlu repot memanggang hingga membuat pakaian mereka bau asap.Malah ketiga pria yang telah beristri itu, kini bisa duduk santai sambil memeluk istri mereka di atas day bed.Malang bagi Darius yang akan menjadi Jones alias Jomblo Nge
“Demi apa gue kangen sama kalian, sumpah!!” seru Darius yang tampak bahagia karena akhirnya bisa berlibur bersama para sahabat.Tapi antusias pria itu tidak ditanggapin oleh satu pun sahabatnya.“Elo mah kaya yang enggak happy liburan sama gue.” Darius menendang kaki Arkana yang tampak malas-malasan melihatnya.“Elo yang bikin acara liburan ini tapi elo juga yang dateng telat, padahal gue udah bela-belain ninggalin tiga anak gue buat dateng ke sini.” Arkana bersungut-sungut.“Sekarang Arkana jadi family man, geli gue.” Bunga mencibir.Yang bersangkutan mengerutkan kening sambil menurunkan kaca mata hitamnya agar bisa memperlihatkan tatapan tajam kepada Bunga.“Pake lagi kacamata kamu Arkana, kamu dilarang memandang sembarangan istri saya.” Angga mengatakannya dengan nada dingin penuh ancaman sebagai bentuk keposesifan.Darius tergelak hingga pundaknya berguncang lalu duduk di daybed di samping Arkana.“Kalian enggak pernah berubah,” kata Darius geleng-geleng kepala.“Kalau ketemu kaya
“Mommy,” bisik Ghaza membuat Zara buru-buru menghapus air matanya.“Jangan menangis, Mommy ... maafkan Ghaza ya.” Ghaza menegakan tubuhnya lantas mengangkat tangan mengusap air mata di pipi Zara.Bayi tiga tahun yang sudah pandai bicara sejak usia dua tahun itu kemudian memberikan pelukan untuk sang Mommy.Matanya tampak sayu mengantuk tapi Ghaza masih memaksakan diri terjaga dari tidurnya hanya untuk meminta maaf kepada Zara.“Ghaza maafin Mommy juga, kan?” Zara bertanya dengan suara parau.“Tentu saja Mommy, Ghaza sayang Mommy.”“Mommy juga sayang Ghaza.” Zara memeluk erat si sulung, memberikan banyak kecupan di wajah mungil anak tampannya.“Ghaza tidur lagi ya, udah malem ... besok Mommy anter Ghaza ke sekolah dulu sebelum ke kampus.”Ghaza mengangguk, menarik pipi Zara untuk memberikan kecupan di sana.Zara balas dengan memberikan kecupan di kening Ghaza lalu menyelimuti hingga dada dan membenarkan selimut Nawa yang tidak terusik dari mimpinya.Zara menyalakan lampu tidur dan mema
“Kenapa anak-anak nangis?” Arkana bertanya kepada dua Nanny yang bertugas menjaga Ghaza dan Nawa.“Enggak tau, Pak ... enggak biasanya, mungkin lagi mau tumbuh gigi.” Nannynya Ghaza yang lebih senior memberi alasan tapi Arkana bisa melihat kilat kebohongan dari pendar matanya.Arkana lantas meraih Ghaza dan Nawa, menggendong keduanya sekaligus di kiri dan kanan.Ghaza yang berumur tiga tahun dan Nawa berumur dua tahun lantas melingkarkan kedua tangan dan kakinya di tubuh sang daddy.“Abang sama Mas kenapa nangis?” Akhirnya Arkana bertanya langsung kepada kedua anaknya sambil membawa mereka ke kamar Ghaza.“Mommy ... tadi marah trus teriak ... Abang takut, Dad.”Ghaza yang sudah pintar bicara di usianya yang baru menginjak tiga tahun mengadu kepada Arkana.“Mommy nanis ... Sayang Mommynya cama Daddy.” Disela tangisnya yang seperti sedang merasa bersalah, Nawa juga berusaha menjelaskan apa yang baru saja terjadi.Langkah Arkana berhenti di depan kamar Ghaza, ia memutar tubuh menghadap
“Aaay, Ghaza nangis.” Zara bergumam dengan mata terpejam erat masih sangat mengantuk karena baru saja beberapa menit lalu selesai menyusui si bungsu Arnawarma Byakta Gunadhya.“Heeem.” Arkana membalas dengan gumaman, ia juga baru saja terlelap beberapa jam lalu sepulang pulang lembur.“Aaaay, cepetan.” Zara menendang kaki suaminya pelan mendengar tangis Ghaza yang kian kencang.Ghaza yang baru berumur satu tahun lebih masih suka bangun malam, perutnya tidak pernah kenyang meski sebelum tidur menghabiskan satu botol besar susu formula.Arkana mengembuskan napas berat tapi tak urung menegakan tubuhnya lalu turun dari ranjang.Rasanya begadang ini tidak pernah selesai karena dari Ghaza terus bersambung pada Nawa.Hanya empat bulan kosongnya rahim Zara dan langsung hamil kembali anak kedua.Arkana keluar dari kamar menuju kamar Ghaza, tangis bayi gempal itu kian kencang mengetahui sosok sang Daddy muncul seakan sedang mengadu jika dirinya lapar.“Bentar sayang, Daddy buat susunya dulu.”S