Namun, ancaman Logan tidak berhasil. Stella berhenti, lalu memutar badannya dengan perlahan. Setelah itu, dia menatap wajah panik Logan sambil tersenyum, “Silakan saja, Pak Logan. Tapi mulai hari ini, aku datang kerja atau nggak, datang kerja jam berapa, semua tergantung suasana hatiku. Kalau soal nggak datang kerja, bolos kerja, datang terlambat pulang lebih awal, terserah Pak Logan!”Selesai berkata, Stella membuka pintu dan langsung keluar.“Biarkan dia pergi begitu saja?!”Valerie menatap pintu ruangan yang tidak ada siapa-siapa lagi di sana dengan tak percaya. Kemudian, dia menoleh dan menatap Logan, “Dia pasti akan ngomong sembarangan di depan wartawan begitu keluar dari sini. Bagaimana kamu bisa biarkan dia pergi begitu saja?”“Memangnya aku bisa apa?!” Logan yang tampak marah berkata dengan ketus, “Kita lagi di perusahaan. Ada begitu banyak orang di luar lihat dia masuk ke ruanganku. Memangnya aku bisa kurung dia di sini?!”“Kalau begitu apa yang harus kita lakukan sekarang?” t
“Bagus sekali! Lingkungan baru, rekan kerja baru, sama seperti nama perusahaannya, New Life.”Yuna tidak mengungkit satu hal pun mengenai kesulitan yang harus dihadapinya di perusahaan baru ini.Mana mungkin semuanya akan berjalan dengan lancar dan mulus, di mana pun juga, pasti akan ada hal yang cocok dan juga kurang cocok. Bagaimanapun, yang dikatakan Edith ada benarnya, dia tidak memiliki reputasi maupun kekayaan, bahkan masih memikul beban gugatan pengadilan di pundaknya. Kalau kebanyakan perusahaan tidak menginginkannya, maka ini adalah suatu hal yang wajar.Dirinya memang mengandalkan orang lain untuk bisa masuk ke perusahaan ini. Namun karena hal ini jugalah, yang membuatnya semakin ingin membuktikan kemampuannya sendiri, agar orang-orang yang menganggap remeh dirinya bisa menutup mulut mereka.“Baguslah kalau begitu,” ucap pria itu, lalu menundukkan kepalanya dan mengecup pipi Yuna dengan lembut.Sebenarnya, mana mungkin pria itu tidak tahu apa yang telah terjadi di perusahaan.
“….” Yuna sama sekali tidak menyangka, pria itu begitu gigih mencarinya, hanya karena masalah rumah.Yang lucunya adalah, masa sekarang pria itu baru menyadari bahwa dia sudah tidak lagi tinggal di sana? Itu berarti selama beberapa hari ini Logan sama sekali tidak mencari dirinya atau pergi ke tempatnya.Yuna melirik ke arah Brandon sekilas, lalu mengambil ponselnya sambil berkata dengan pelan dan santai. “Aku sudah nggak menyewa rumah itu lagi, tentu saja aku harus mengembalikannya. Hal seperti berhenti menyewa rumah ini tentu saja harus dibicarakan dengan pemilik rumah, kenapa malah harus dilaporkan dengan Pak Logan?” jawab perempuan itu sambil tersenyum mengejek.“Kamu jangan lupa, akulah yang membayar uang sewa rumah itu, kamu ….” Sebenarnya Logan masih ingin mengeluarkan rasa tidak puasnya, namun pria itu kembali menelan semua amarahnya. Dia menarik napas dalam-dalam dan kembali bertanya, “Kalau begitu kamu sekarang pindah ke mana? Apa New Life juga memberikan tempat tinggal untuk
Yuna hanya tertawa mendengar hal ini, “Aku nggak takut dia menuntutku, yang aku takutkan hanyalah dia nggak jadi menuntutku.”“Ooh?” Brandon berpikir sejenak, “Kamu juga punya data itu?”Sebagai seorang pembuat parfum, setiap tahunnya pasti akan membuat banyak data, mulai dari proses pembuatan dan lain sebagainya. Data itu tidak hanya akan di simpan, namun juga akan dibuat salinannya. Apalagi waktu pembuatan sangatlah panjang, apabila terjadi kelalaian ataupun kesalahan, akan mudah untuk dilacak.“Iya, aku punya salinannya, tapi juga sudah di ambil semua olehnya.”Sebelumnya, perempuan itu sama sekali tidak mempunyai kecurigaan sedikit pun terhadap Logan. Dirinya yang percaya sepenuhnya terhadap pria itu, tentu saja tidak berpikir di benaknya untuk memindahkan data tersebut apalagi untuk menyembunyikannya. Semua data tersimpan dengan baik di dalam laboratorium, dan hari itu Logan menyuruh orang untuk membawa semua data itu.Brandon langsung menyipitkan matanya mendengar hal ini. Pria i
Begitu melihat Yuna tiba, Irfan langsung memanggil perempuan itu masuk ke dalam kantornya, seolah dia memang sudah lama menunggu kedatangannya.“Tutup dulu kaca jendelanya,” ujar Irfan sambil menunjuk sebuah pegangan penutup tirai di sisi samping meja.Yuna membalikkan badan untuk menutup jendela. Perempuan itu langsung dapat melihat orang-orang dari luar jendela sedang sibuk berbisik-bisik sambil menatap ke ruangan Irfan.Setelah menutup tirai tersebut, Yuna berjalan kembali ke depan meja Irfan. Sementara itu, Irfan telah mengeluarkan sebuah amplop dan menaruhnya persis di depan perempuan itu. “Coba kamu lihat ini.”Yuna membuka amplop tersebut dengan hati-hati, ternyata itu adalah sebuah surat dari pengacara. Logan benar-benar telah menuntutnya.Yuna hanya tersenyum menghina. Dia melihat isi surat itu sekilas, kemudian memasukkannya kembali ke dalam amplop dan tidak menganggap serius surat itu sedikit pun. Seolah surat itu hanyalah sebuah pamflet iklan dari toko.Irfan yang dari tad
“Kenapa harus tulis tangan? Memang nggak bisa di print atau di foto copy? Lagi pula, sekalipun ingin tulis tangan, kenapa nggak bayar orang saja untuk menyalinnya!” protes Valerie dengan bibir yang cemberut.Lalu, perempuan itu membalikkan badan dan meraih lengan Logan dan berkata dengan nada suara yang sangat manja, “Aku belakangan ini benar-benar sangat lelah, juga kurang enak badan. Kamu kan tahu, belakangan ini Yuna sering menahanku, tekanan yang harus aku hadapi benar-benar sangat besar!”Suara Valerie yang pada dasarnya memang sudah lembut, terdengar semakin manis ketika manja. Hati Logan pun seketika melunak mendengarnya.Logan memegang kedua lengan Valerie dan menariknya masuk ke dalam pelukan sambil berkata dengan lembut, “Kamu kan juga bergerak di bidang ini, jadi kamu tahu kan, bahwa semua catatan itu ditulis dengan tangan. Coba ingat-ingat, ketika kamu lagi melakukan eksperimen, apa kamu akan mengetiknya di dalam komputer? Sekalipun kamu akan menyimpan di dalam komputer, it
Yuna dari awal sudah dapat menebak, bahwa dirinya hanya akan bertemu dengan sebuah ruang kosong. Namun ini bahkan tembok saja belum terlihat, tetapi dia sudah di hadang dari luar. Pintu ruangan Edith tertutup rapat, asistennya mengatakan bahwa Edith di dalam sedang rapat, sehingga Yuna tidak dapat masuk ke dalam. Dirinya yang masih belum bergabung secara resmi, tentu saja tidak dapat masuk ke dalam, Yuna pun akhirnya hanya bisa menunggu di depan.Setelah menunggu selama kurang lebih setengah jam, masih belum ada tanda-tanda bahwa rapat itu akan selesai. Yuna yang sudah tidak sabar menunggu lagi, langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.Asisten Edith yang tidak menyangka bahwa Yuna akan langsung menerobos masuk begitu saja, tidak sempat lagi menahannya. Dia pun langsung bangkit berdiri, mengejar Yuna dari belakang sambil berteriak, “Bu Edith, dia ….”“Siapa yang menyuruhmu masuk?” tanya Edith ketus sambil memicingkan matanya. “Di sini sedang rapat, orang yang nggak berkepentingan, si
Begitu melihat Yuna langsung menyetujui syaratnya dengan cepat, sudut bibir Edith langsung menukik ke atas. Sorot matanya yang menghina juga sama sekali tidak perlu disembunyikan lagi.Sebagai informasi, walaupun New Life belum lama didirikan, namun ada Uniasia yang selalu menyokong mereka dari belakang. Sehingga karyawan-karyawan yang masuk juga melalui seleksi khusus untuk membuktikan bahwa mereka memang memiliki talenta dan kemampuan. Namun karena hal ini jugalah yang membuat Edith memandang Yuna dengan sebelah mata.Awalnya, Edith masih tidak tahu harus melakukan apa, agar perempuan ini tidak jadi bergabung ke dalam departemennya dan keluar dari perusahaan. Tidak disangka, malah perempuan ini sendiri yang datang dan memberinya kesempatan.“Kamu sudah menyetujui sendiri syaratku ini di awal, jangan sampai nanti kamu menyesal! Aku paling benci dengan orang yang suka menjilat ludahnya sendiri!”Edith buru-buru mengatakan hal ini, seolah takut Yuna akan berubah pikiran nantinya. Sehing
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F