“Bukan Logan yang kirim, tapi … pacarnya,” jawab Stella sambil tersenyum ke arah Yuna.Di tempat ini hanya Stella seorang yang tahu siapa pacar Yuna. Awalnya Yuna ingin membantah ucapan Stella, tapi setelah dipikirkan kembali, jika dia membantahnya, orang lain pasti akan semakin penasaran siapa pengirimnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan rasa penasaran mereka tidak terhenti sampai di siapa identitas pengirimnya saja.Yuna tidak mau terus digempur dengan pertanyaan yang berpotensi membongkar hubungannya dengan Brandon, jadi dia mengikuti saja ke mana Stella membawa arah pembicaraan ini.“Wah, pacar kamu kreatif banget, ya!”“Iya, aku seringnya lihat orang yang kasih bunga, cokelat, atau paling tas. Baru kali ini aku lihat ada yang ngasih patung kayu.”“Tapi, Yuna, bukannya pacar kamu harusnya ngirim wangi-wangian atau apa. Kan itu kesukaan kamu!”Rekan kerja Yuna sibuk bergosip dan mengatakan apa pun yang muncul di pikiran mereka. Melihat antusiasme yang begitu tinggi, Edith pun berde
Mereka bertiga syok ketika membaca surat permintaan maaf tersebut. Daripada disebut permintaan maaf, sepertinya lebih pantas disebut surat bunuh diri.Dari sekian banyak kata-kata yang tertulis di surat tersebut, intinya kurang lebih seperti ini. Pertama, selama dua hari terakhir, Logan menghabiskan waktunya untuk memeriksa semua catatan lab yang dulu. Dari pemeriksaannya itu, akhirnya dia bisa membuktikan bahwa produk-produk itu awalnya memang dibuat oleh Yuna, bukan oleh Valerie. Kesalahpahaman ini bisa terjadi sepenuhnya karena Valerie yang menyembunyikan fakta. Logan juga ditipu oleh Valerie sehingga dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kini dia sudah mengetahui semuanya dan merasa sangat menyesal, oleh karena itu dia meminta maaf kepada Yuna.Kedua, hubungan antara Logan, Valerie, dan Yuna adalah hal yang bersifat pribadi, dan Logan tidak ingin mengungkit hal tersebut ke publik. Akan tetapi karena publik begitu peduli dengan hal tersebut, Logan ingin menjelaskan bahwa dia m
“Iya, anggap saja kamu nggak pernah lihat. Sekarang kamu istirahat saja dulu. Kita nggak bisa santai-santai terlalu lama, sebentar lagi kita harus siap-siap buat bikin produk baru.”“Sudah ada proyek baru lagi?” tanya Stella dengan penuh antusias sambil mengusap kedua tangannya. Tangannya mulai gatal karena beberapa hari terakhir mereka sedang tidak ada kerjaan. Mencurahkan hati dan tenaga bekerja di lab memang sangat melelahkan, tapi itu dapat memberikan kepuasan baginya.“Iya, nggak lama lagi!” ***Brandon melihat sebuah patung burung bangau yang terbaut dari kayu terpajang di ruang tamu rumahnya begitu dia pulang.“Ini ….”Yunayang baru saja menyediakan tempat kosong untuk meletakkan patung itu menyapa Brandon dan berkata kepadanya, “Pas banget kamu sudah pulang, bantu aku sini.”Brandon, “….”Brandon melepas jas dan menggulung lengan bajunya. Dia meminta Yuna untuk minggir dan memindahkan patung kayu itu ke tempat yang sudah Yuna siapkan.“Ini kamu beli?”“Ada orang yang kasih.”
Menyadari adanya perubahan emosi dari Yuna, Brandon pikir mungkin Yuna tidak ingin membicarakannya, jadi dia pun berkata, “Kalau kamu nggak mau ngomong, nggak apa-apa.”Yuna sungguh tersentuh dengan perhatian yang ditunjukkan oleh Brandon. Selama beberapa hari terakhir mereka tinggal bersama, perhatian dan kasih sayang yang Brandon berikan padanya begitu melimpah dan merasuk ke setiap bagian hidup Yuna. Oleh karena itulah perlahan Yuna mulai membuka hatinya kepada Brandon.Logan tidak pernah bercerita tentang latar belakang kehidupan pribadinya, tapi … bukankah Yuna juga seperti itu? Selama bertahun-tahun Yuna hidup bersama dengan Logan, mereka tidak pernah berinteraksi selayaknya pasangan yang intim dan menyimpan rahasia masing-masing. Jadi tidak aneh jika pada akhirnya mereka harus berpisah seperti sekarang ini.“Aku nggak pernah cerita soal keluargaku,” ujar Yuna seraya menarik Brandon duduk di sofa. Nada bicaranya yang lembut membuat Brandon merasa tenang.“Sebenarnya, aku dari kel
“Aku nggak ada ngomong apa-apa!” bantah Brandon.“Sekarang sih hadiahnya sudah siap, tapi aku masih belum mikir gimana cara kirimnya,” ujar Yuna sembari mengusap keningnya.“Memangnya kamu nggak pulang ke rumah kakek amu?”“Aku masih belum tahu.”“Kenapa nggak mau pulang? Di sana ada orang yang bikin kamu nggak betah atau gimana? Papa mama kamu ….”Sepertinya Brandon tidak perna mendengar soal kedua orang tua Yuna, dan sewaktu dia mencari informasi tentang Yuna, dia juga tidak menemukan apa-apa soal itu.“Mereka berdua sudah nggak ada. Dua-duanya meninggal gara-gara kecelakaan pesawat.”Brandon, “….”Sikap Yuna yang begitu datar ketika membicarakan kedua orang tuanya justru membuat Brandon merasa sedih. Entah apa yang Yuna rasakan saat itu bisa mengatakan hal yang tragis dengan ekspresi datar.“Semuanya sudah berlalu, sekarang kamu punya aku,” kata Brandon sambil memeluknya.Hanya di dalam pelukan Brandon-lah Yuna merasaan rasa aman. Benar, dia masih punya Brandon! Terkadang Yuna berpi
Hanya saja, mimpi indah ini hanya berlangsung untuk sesaat. Logan sungguh tidak mengira yang menantinya bukanlah keberuntungan, melainkan malapetaka.Pukul sembilan pagi, sebuah akun verified mengunggah tiga buah video. Video pertama sebenarnya sangat sederhana, yaitu sebuah wawancara yang pernah Logan lakukan dulu. Di depan awak media dia menyatakan optimismenya terhadap industri parfum di masa depan, dan juga menyatakan penyesalannya karena kurangnya peracik parfum papan atas di dalam negeri. Dia juga menyatakan bahwa dirinya sangat peduli dengan perkembangan produk baru dan menegaskan dia sangat mengawasi setiap proses pembuatan parfum baru.Video kedua menayangkan konferensi pers setelah Yuna angkat kaki dari VL. Di konferensi tersebut tampak Yuna yang menolak untuk minta maaf, interaksi diam-diam antara Logan dengan Valerie, serta dampak memalukan yang diakibatkan oleh keributan itu. Entah kapan video itu diambil, tapi semua detail kecil terekam dengan jelas.Video ketiga memperli
Yuna sudah meraih kemenangan dan diakui oleh semua orang tanpa perlu mengucapkan satu patah kata pun kepada publik. Orang-orang yang dulu meragukan Yuna satu per satu meminta maaf, dan fenomena itu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan.Pagi ini bagaikan mimpi buruk bagi Logan. Tadinya dia berpikir semua ini sudah selesai, tapi ternyata itu baru permulaan saja. Ketika sudah jam pulang kantor sore harinya, lagi-lagi muncul sebuah berita yang masih membahas hal serupa. Berita ini mempertanyakan apakah dulu Logan dan Yuna benar-benar berpacaran, ataukah hanya cinta yang bertepuk sebelah tangan.Berita ini juga didukung oleh testimoni teman-teman Logan, Yuna, dan Valerie semasa mereka kuliah. Responden ini ada yang merupakan teman baik mereka. Ada juga beberapa yang tidak tahu tentang hubungan mereka, tapi mereka tidak suka dengan sifat Yuna yang penyendiri. Saat itu mereka semua mengaku tidak tahu Logan berpacaran dengan Yuna. Mereka semua sepakat bahwa Logan dan Valerie adalah pasa
Sejak terakhir kali Yuna terlalu banyak minum, Brandon tidak mengizinkannya untuk minum minuman keras lagi.“Hari ini hari spesial buat kita, jadi nggak ada salahnya minum sedikit!” kata Stella, “Ayo minum, mabuk tinggal aku antar pulang.”“Nggak usah, aku pulang sendiri saja.”Mereka hampir tidak dikasih masuk oleh satpam terakhir kali Stella mengantar Yuna pulang, untung saja di tengah jalan mereka berpapasan dengan Brandon.“Yang terakhir kali itu beda. Kali ini kalau aku nggak dikasih masuk, aku tinggal minta kamu bukain pintunya saja.”“Sudah, nggak bagus minum terlalu banyak,” kata Edith, “By the way, Yuna, aku penasaran apa yang kamu tunggu dari kemarin. Harusnya kamu sudah punya bukti-bukti itu dari awal, ‘kan? Kenapa harus nunggu sampai hari ini baru diumumin?”Yuna sengaja membiarkan Logan merasa dirinya di atas angin selama beberapa hari terakhir, agar dia tahu seperti apa rasanya jatuh dari tempat tinggi.“Videonya sih memang sudah ada, tapi penghargaan sama sertifikatnya b
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi