“Kita nggak pulang?” Yuna sangat penasaran, ke mana Brandon akan membawanya, sampai semua orang diusir dan hanya tinggal mereka berdua.“Sebelumnya aku pernah bilang mau menghadiahimu dengan liburan, tapi jadinya ditunda karena lomba kali ini. Jadi, aku akan menebusnya sekarang!” kata Brandon dengan bersemangat.Entah dari mana Brandon mendapatkan mobil sport convertible. Dia menyetir dan membawa Yuna ke jalanan yang lebih lebar, seperti yang ada di film-film romantis.“Tapi, kita sudah membuat janji dengan Stella dan Edith!” ujar Yuna. Kalau dipikir-pikir, rasanya sayang juga.Mereka sudah merencanakannya dengan detail sebelumnya, tapi karena tiba-tiba ada tugas, semua jadi sia-sia.“Bukannya aku lebih baik dari mereka?” tanya Brandon, menoleh ke arah Yuna sambil menyetir. Ekspresinya tampak tidak senang.Pria ini benar-benar pencemburu. Dari hewan sampai wanita saja bisa dicemburuin, tidak mandang hewan atau manusia, maupun pria atau wanita. Dasar!“Iya, kamu yang paling baik! Bawa m
Seiring perjalanan, Yuna lambat laun terpesona oleh pemandangan di kedua sisi jalan, yang penuh dengan hamparan bunga berwarna ungu, yaitu ladang bunga lavender. Musim bunga ini sebenarnya sudah berakhir, dan sebagian bunganya sudah dipetik sampai hampir habis. Ada sebagian yang belum dipetik, juga sedang dalam proses pemetikan.Aroma bunga yang elegan memenuhi udara, sangat menyegarkan.“Provence.” Dia mengangkat kepalanya, membiarkan angin yang bercampur dengan aroma bunga mengelilingi dirinya, merasakan keindahan yang diberikan oleh alam. “Sebenarnya musim sekarang ini nggak cocok untuk melihat bunga. Selain bunga, ada hal lain yang menurutku yang pasti kamu suka,” kata Brandon sambil menyetir.Yuna menatap pria itu dan tersenyum, “Yang paling terkenal di sini adalah bunga lavender. Setiap tahunnya, mulai dari bulan Juni, para petani bunga mulai sibuk memetiknya, lalu menyaring ekstraknya untuk membuat berbagai produk aromaterapi, seperti minyak esensial, sabun, dan parfum. Tunggu,
Namun, dengan jarak sedekat itu, ditambah dengan wewangian yang ada dari “hati” itu, Yuna sudah 80% yakin.“Kamu bisa bahasa Prancis?” Brandon terkejut. Dia tidak tahu itu. “Sedikit.” Yuna tersenyum. Dia tidak merasa itu adalah sesuatu yang layak untuk dibicarakan. Sebaliknya, toko ini jauh lebih layak untuk didiskusikan. “Tempat ini menarik sekali.”Melihat Yuna jelas sekali tidak ingin membahas tentang bahasa Prancis, Brandon pun tidak bertanya lebih lanjut. Dia melanjutkan topik yang sebelumnya dan berkata, “Kalau begitu coba kamu tebak. Hati ini terbuat dari bahan apa?”Pelayan toko di sebelahnya ingin menjawab, tetapi Brandon menghentikannya dengan matanya. Yuna merasa geli melihat Brandon begitu percaya diri, seolah yakin bahwa dia tidak akan bisa menebaknya. “Sabun Savon de Marseille. Kamu pikir aku nggak tahu?”Senyuman di wajah Brandon langsung membeku sesaat. Dia mungkin tidak menyangka Yuna bisa memberikan jawaban yang tepat dalam satu kali tebak, “Kamu .... pernah melihatn
“Pak, senang bertemu denganmu.” Brandon berjabat tangan pria itu, tetapi kelihatan sekali pria itu lebih antusias.Yuna memandangi wajah ramah dan familiar itu, yang bisa berbahasa Indonesia dengan fasih. Ini ... mereka sudah janjian untuk bertemu sebelumnya?“Bagaimana? Aku nggak melebih-lebihkan, bukan? Di seluruh Marseille, aku nggak berani bilang bahwa sabunku yang terbaik, tetapi pasti yang paling kreatif.” Dia menunjuk ke deretan sabun di rak dan berkata lagi, “Karena bisa dijadikan pajangan dan bisa juga digunakan untuk membersihkan kulit. Lebih dari 85% sabun Savon de Marseille terbuat dari minyak nabati. Aku nggak perlu menjelaskan lagi apa saja manfaatnya untuk kulit. Kamu sendiri sedikit banyak juga tahu sendiri. Selain itu, sabun ini juga bisa lebih dikembangkan, dan bisa juga diberikan sebagai hadiah kepada teman dan kerabat.”Pria ini jelas adalah bos di toko ini, karena sejak dia masuk, pelayan toko tadi jelas sekali kelihatan menjadi lebih gugup. Sikapnya juga menjadi
Itulah pikiran yang terlintas di benak Yuna untuk sesaat, tetapi ketika melihat ekspresi pria itu, dia jadi berpikir untuk menggoda Brandon. Dia tersenyum lembut dan berkata setengah bercanda, “Menurutku toko ini cukup menarik. Bagaimana kalau Pak Brandon membelinya?”Tentu saja, dia hanya bercanda. Sekaya apa pun seorang pengusaha, bisnis apa pun juga harus dipertimbangkan dengan baik. Memangnya seperti beli baju, mau beli tinggal beli.Hanya saja, dia lupa kalau CEO-nya yang satu ini bukan orang biasa. Bagi Brandon, membeli toko ini bukan seperti membeli pakaian, tapi sesederhana seperti membeli secangkir teh susu dan roti.Jadi, Brandon berkata, “Oke!”Yuna, “Apa?”“Itu...” Melihat ekspresi Brandon tidak terlihat seperti sedang bercanda, Yuna cepat-cepat berkata, “Aku hanya bercanda. Jangan menganggapnya serius. Kamu harus berpikir baik-baik sebelum membeli toko ini.”“Nggak perlu dipikirkan. Kalau kamu bilang iya, ya iya.” Pria itu bahkan tidak mengedipkan matanya, seolah meragukan
Brandon menoleh dan menatap Yuna dalam-dalam. Lalu, dia berkata sambil tersenyum kecil, “Dia adalah penanggung jawab utama proyek ini, Yuna.”Yuna sangat terkejut.Apanya penanggung jawab utama proyek ini? Dia bertanggung jawab untuk apa? Proyek apa itu? Dia sama sekali tidak tahu menahu.“Bu Yuna, salam kenal!” Angga berkata sambil tersenyum, “Kenapa nama ini nggak asing bagiku?”“Aku ingat, baru-baru ini ada lomba menganalisis parfum, dan kudengar juara pertamanya adalah seorang peracik parfum dari Indonesia yang bernama Yuna. Apa itu Ibu?” tanya pria itu.Yuna tidak menyangka berita itu akan menyebar begitu cepat, sampai semua orang di Marseille sudah mengetahuinya. Padahal, pria ini bergelut dalam bisnis sabun, bukan bisnis parfum. Namun, pria ini bisa menyebut namanya. Itu artinya, dia jadi agak terkenal kali ini? “Benar.” Dia mengangguk.Mata Angga langsung berbinar, “Benar-benar Ibu orangnya?! Kalau begitu, aku benar-benar merasa terhormat! Pak Brandon, sejujurnya, sebelumnya w
Bukannya dia tidak suka sabun Savon de Marseille, tapi Brandon menganggap bisnis sebagai hadiah. Tidak tulus sekali memberinya.Brandon melangkah menyusul Yuna, lalu menghalang di depan wanita itu dan berkata, “Kelihatannya hadiah ini terlalu kecil untukmu, jadi nggak bisa membuatmu puas. Tapi, nggak masalah, aku punya hadiah lain.”Karena dihadang oleh Brandon, Yuna hanya bisa berdiri diam dan memandang pria itu, “Jangan bilang hadiah palsu lagi? Sebenarnya adalah kesepakatan bisnis, ‘kan?”Benar sekali. Pengusaha akan mengambil setiap kesempatan untuk mengambil keuntungan. Pria ini bahkan tidak melepaskan kesempatan untuk membicarakan bisnis ketika sedang menemaninya jalan-jalan.“Nggak akan seperti itu lagi!”Yuna menatap pria itu sebentar, lalu mengulurkan tanganya, “Mana hadiahku!”Brandon buru-buru menyerahkan tas hadiah yang ada di tangannya, “Bukannya kamu nggak mau?”“Aku berubah pikiran lagi!” Yuna membuka tas hadiah itu dan melihat ke dalam. Samar-samar ada aroma minyak sayu
Yuna awalnya mengira, karena Brandon sudah selesai membicarakan bisnis, mereka akan langsung pulang. Namun tak disangka, pria itu membawanya ke restoran.“Kamu sudah pergi ke restoran yang aku rekomendasikan sebelumnya itu belum?” tanya Brandon dengan santai.Yuna mengangguk, “Sudah, makanannya enak.” Dia jadi teringat akan kekacauan yang terjadi di restoran hari itu. Setelah itu, dia tidak pernah melihat anak itu lagi. Dia juga tidak tahu apa anak itu sudah sembuh dan bagaimana keadaannya sekarang.Sebenarnya, alergi makanan sering terjadi. Banyak orang punya alergi makanan. Yang umum adalah alergi susu atau seafood. Ada sebagian orang yang alergi gandum, telur, dan hal-hal tak terduga lainnya.Jadi, wajar saja kalau Helen sebagai ibu juga tidak tahu. “Apa ada yang kamu ingin makan?” Brandon menyerahkan buku menu kepada Yuna. Setelah tahu Yuna bisa bahasa Prancis, dia membiarkan Yuna memilih sendiri.Yuna memegang daun telinganya dengan satu tangan, dan menggelengkan kepalanya, “Aku
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki