“Kamu mau aku bilang apa?” tanya lelaki kacamata itu pada Yuna. Kacamata lelaki itu masih belum terlepas, hanya sedikit miring saja. Melihat itu membuat Yuna risih dan terganggu. Dia mengulurkan tangannya untuk melepas kacamata lelaki itu dan detik selanjutnya langsung mengerti kenapa Ernes mengenakan kacamata. Lelaki itu kehilangan sebelah matanya.Hanya ada sebuah mata yang menatapnya, sedangkan sebelahnya lagi tidak ada binar sama sekali, lelaki itu buta sebelah. Karena kacamatanya diambil, sebelah matanya memancarkan amarah yang begitu nyata. Akan tetapi dia terjebak dan tidak bisa berbuat apa selain memberontak.“Kamu tinggal bilang kalau waktu menyuntikkannya ke aku, kadarnya terlalu berlebihan dan aku mati. Minta dia segera datang,” ujar Yuna. Karena orang itu hanya mau dia menurut, berarti artinya orang itu mau mengendalikannya dan bukan menginginkan nyawanya. Kalau dia mati, orang itu pasti akan bergegas datang untuk melihat keadaan.“Kalau aku bilang, kamu bisa melepaskan kam
Kalau sang sopir masih bisa bergerak, kemungkinan dia akan jatuh tersungkur di tanah. Dia tidak percaya kata-kata keji itu keluar dari mulut perempuan yang ada di hadapannya. Apalagi perempuan itu tersenyum ketika mengatakannya.Yuna melanjutkan kembali kata-katanya, “Tapi aku nggak ada pengalaman, jadi nggak tahu harus sekuat apa ketika menancapkannya. Lebih atau kurang seharusnya kalian juga nggak masalah kan?”“Jangan, jangan ….”Sudut mata lelaki berkacamata itu berkedut, tetapi dia tetap berkata, “Kamu pikir kami akan takut?”“Oh? Kalian nggak takut? Bagus kalau nggak takut, bagaimana pun kalian juga lelaki dan bukan perempuan,” balas Yuna sambil menganggukkan kepalanya.“Ngomong-ngomong ada satu lagi, kalian pernah dengar istilah penyiksaan tahanan?”Mereka belum pernah dengar dan juga tidak ingin mendengarnya. Akan tetapi jeritan hati mereka tidak didengar oleh Yuna dan juga tidak dipedulikan oleh perempuan itu. Dia lanjut berkata, “Diikat dengan dua tali tambang besar dan masih
Santo melirik Yuna sekilas kemudian dengan suara keras dia berkata, “Mana aku tahu seberapa banyak kadar untuk satu hari atau dua hari?! Orangnya sudah kami tangkap juga! Siapa suruh kalian nggak langsung mengambilnya! Jangan banyak bicara! Katakan apa yang harus kami lakukan?!”Sepertinya orang di seberang telepon juga tampak emosi. Dia diam sesaat dan bertanya, “Di mana bos kalian?”“Bos ….” Lelaki itu tampak berpikir sesaat dan kembali menjawab, “Bos lagi cek kondisi Yuna masih bisa diselamatkan nggak. Kamu buruan datang ke sini saja.”Setelah itu Yuna langsung memutuskan panggilan telepon.“Apa yang aku lakukan benar kan?” tanya Santo dengan hati-hati. Dia benar-benar tidak berani membuat perempuan di hadapannya ini emosi.Yuna meliriknya sekilas kemudian mendengus dingin sambil bangkit berdiri dan berkata, “Kalian bertiga diam di sini dengan tenang, nanti aku akan bereskan kalian lagi!”***Brandon memesan tiket paling awal karena berpikir akan segera bertemu dengan Yuna. Namun te
“Ponselku di mana?” tanya Yuna pada ketiga lelaki itu saat masuk kembali ke kamar. Dia tidak bisa mengirimkan pesan pada perusahaan dan juga Brandon tanpa ada ponselnya. Meski Brandon masih tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, lelaki itu pasti akan panik jika tidak bisa menghubunginya.“Aku nggak tahu,” kata Santo.“Hmm?” Yuna seperti sedang mengancam lelaki itu. Dia menatap Santo dengan sorot dingin dan tajam.Tatapan Yuna mampu membuat Santo menggigil dan berkata, “Aku beneran nggak tahu. Aku hanya bertugas mengemudi saja. Sebenarnya aku juga nggak melakukan apa pun.”Yuna melihat lelaki itu yang sepertinya tidak berbohong. Tatapannya beralih pada lelaki berkacamata sekilas kemudian langsung berjongkok di hadapan lelaki brewok dan bertanya, “Di mana ponselku?”Lelaki brewok hanya meliriknya sekilas dan tidak berkata apa pun.Dia sudah bertahan cukup lama dalam keadaan tidak bergerak dan tidak berbicara. Selain bola matanya yang terus bergerak, dia sama seperti orang cacat. Dul
Yuna berdiri di depan jendela dan melihat sebuah mobil hitam yang melaju kearahnya dalam kegelapan. Mobil itu terlihat biasa saja dan bahkan terlihat sudah berumur. Oleh karena itu mobil tersebut tidak terlihat menarik perhatian.Mobil melaju dengan cepat dan berhenti di depan rumah kayu. Pintu terbuka dan orang tersebut melompat turun sambil berlari ke depan pintu sambil berseru, “Santo, Santo!”Yuna melihat ke arah Santo yang mendadak tampak gusar. Perempuan itu tersenyum miring dan menoleh lagi ke luar pintu. Orang di lantai satu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu dan mengumpat.“Bodoh! Cepat buka pintunya! Kalian masih mau uang nggak?!”Dari suaranya dan juga bentuk tubuhnya, Yuna langsung mengenali siapa orang tersebut. Tidak aneh kalau dia pelakunya. Ternyata orang ini kenal dengan penjahat seperti mereka ini.“Nurut!” kata Yuna sambil menunjuk mereka dengan pisau yang mengalirkan darah. Setelah itu dia turun ke lantai bawah untuk membuka pintu.Orang tersebut rela
“Sekarang kamu ada hak untuk bertanya padaku?” kata Yuna sambil menginjak punggung lelaki itu dan berkata lagi dengan dingin, “Bilang! Apa yang mau kamu lakukan?!”“Aku ….” Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya bersamaan dengan muntahan darah. Sekarang lelaki itu sudah tidak merasa takut lagi. Dia mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya.“Siapa yang memerintahmu? Tanya Yuna dengan mata menyipit. Tekanan di kakinya juga semakin kuat.“Valerie? Atau Logan? Atau masih ada orang lain?”Kalau hanya dua orang itu saja, maka semuanya lebih mudah. Akan tetapi kalau orang lain, dia harus memikirkan lagi apa tujuan orang itu.“Nggak ada, aku hanya ingin bermain-main denganmu! Apa yang diagungkan dari kamu yang merupakan seorang janda? Kenapa kamu nggak bisa tidur denganku? Aku bisa jamin karir kamu di dunia peracik-“Sebelum ucapannya selesai, Yuna mengangkat kakinya dan menginjaknya dengan kuat hingga membuat lelaki itu memuntahkan darah.“Berengsek!”Dia benar-benar orang paling
Hampir di waktu yang bersamaan terdengar suara teriakan lelaki brewok. Lelaki berkacamata yang berada tidak jauhnya melihat tangan lelaki brewok yang tertusuk hingga tembus dan membuat pistol di tangannya terjatuh. Wajahnya mendadak langsung berubah pucat pasi.Bukan hanya karena melihat kondisi mengenaskan bos nya, tetapi karena pisau tadi melintas tepat di samping telinganya. Dia bahkan bisa merasakan sedikit perih dari kulit telinganya yang tergores pisau itu. Perasaan tersebut seperti baru saja selamat dari kematian.Awalnya lelaki brewok menggunakan tangannya yang tidak terluka untuk menembak. Sekarang kedua tangannya sudah terluka dan membuatnya kesakitan hingga berteriak histeris dan semakin menggila, “Aku mau bunuh kamu!”Lelaki itu berteriak dengan kedua tangan yang sudah tidak berfungsi dan juga pistol yang sudah jatuh. Hanya matanya yang memancarkan kemarahan menatap lelaki berkacamata yanh masih berdiri sambil berkata, “Bunuh dia! Bunuh dia!!”“Aku ….” Beberapa saat yang la
Dia memang tidak mengerti apa yang terjadi di lantai satu. Akan tetapi mumpung bisa lari, maka sebaiknya segera lari dari pada tidak ada kesempatan lagi.Setelah berpikir sesaat, dia bangkit dan berlari ke arah jendela untuk melihat. Terlihat sosok bayangan orang-orang yang membuat kedua kakinya mendadak lemas.Kenapa ada begitu banyak orang?Dia tidak peduli lagi dan meraba tubuhnya sendiri kemudian mencari celah yang tidak begitu banyak orang untuk melompat kabur. Akan tetapi gerakannya terhenti karena sebuah suara dingin yang berkata,“Kalau kamu berani kabur, akan aku patahkan kaki kamu!”Santo terduduk lemas di lantai. Dia percaya dengan perkataan perempuan itu. Yuna membuka akupunkturnya dan tidak membunuhnya serta tidak mengizinkan dia pergi. Lalu apa yang Yuna inginkan?“Kamu mau apa?” tanya Santo sambil memelas.“Duduk diam di sini dan lihat aku!” kata Yuna dengan dingin. Kedua bola matanya menyapu dengan tajam hingga membuat Santo bergegas menganggukkan kepala.Detik berikutn