Tentu saja orang yang paling kecewa dengan perubahan situasi ini tidak lain adalah Valerie. Awalnya dia sudah sangat menantikan saat-saat Yuna mendapat masalah karena sudah menyinggung perasaan Will, tapi tak disangka muncul pendatang baru bernama Lisa yang merusak segalanya! Dengan raut wajah penuh amarah, Valerie memelototi gadis dengan senyum indah bak bunga bermekaran itu karena sudah merusak kesenangannya.Sebentar ….Mengapa Valerie merasa gadis itu sepertinya tidak asing, ya?Barusan Valerie mendengar gadis itu bilang dia kenal dengan Yuna sewaktu berada di Indonesia, tapi Valerie juga sudah kenal dengan Yuna bahkan sejak kuliah. Kurang lebih Valerie tahu siapa saja teman yang Yuna miliki, dan itu hanya ada beberapa saja. Nama Lisa pun terdengar familier di telinganya.Ketika melihat lagi tampak samping wajah Lisa dengan saksama, seketika itu muncul serpihan memori di dalam kepala Valerie. Ternyata dia?!Setelah kerumunan yang mengelilingi mereka pada bubar, Lisa terus menempel
“Makasih, lho, kamu sudah nolong aku!” kata Yuna.Yuna merasa cara Lisa menggambarkan situasi sangat lucu, tapi apa pun itu, yang jelas dia melakukannya atas niat baik.Lisa pun memperlihatkan senyumannya yang manis dan berkata, “Nggak usah terima kasih! Kamu cukup ajarin aku gimana caranya bikin wangi-wangian ini sudah cukup. Aku belajar gimana cara bikinnya biar bisa mirip kayak yang kamu bikin, tapi nggak pernah berhasil.”“Papa kamu kan peracik parfum, masa parfum yang dia bikin nggak ada yang kamu suka?” tanya Yuna.“Ada, sih, tapi parfum sama wangi-wangian yang kamu bikin nggak sama. Yang kamu bikin bisa dibawa ke mana-mana dan aromanya juga awet. Waktu tidur pun aku bisa taruh di samping ranjang. Yuna, jangan-jangan kamu taruh ramuan rahasia di dalamnya ya? Aku sampai kecanduan!”“Hahaha, kalau aku taruh ramuan rahasia, papa kamu pasti bisa langsung tahu!” balas Yuna sambil melihat sekeliling, tapi dia sudah tidak bisa menemukan Will.“Kamu boleh pulang. Papaku datang uma untuk
“Kamu … siapa?” tanya Lisa kebingungan.Tiba-tiba Valerie memasang tampang seolah mereka adalah teman lama dan tersenyum sambil menepuk bahu Lisa, “Sudah lupa sama teman kamu? Aku Valerie!”Lisa, “….”Yuna, “….”Valerie ini memang paling pandai sok kenal sok dekat! Saat itu mana pernah Valerie dekat dengan Lisa. Lebih tepatnya, waktu masih kuliah Valerie lebih banyak berteman dengan pria, sedangkan untuk teman wanita, dia lihat dulu apakah orang yang ingin berteman dengannya bisa memberikan keuntungan atau tidak. Jika tidak, Valerie tidak akan mau bicara dengan mereka sepatah kata pun.Saat itu pengalaman Yuna dalam bersosialisasi masih sangat minim dan belum tahu betapa jahatnya hati manusia itu. Dia mengira Valerie mau berteman dengannya karena dia adalah orang yang ramah, jadi Yuna pun menganggapnya sebagai teman baik. Namun siapa sangka ternyata itu hanyalah taktik yang sudah Valerie rancang sejak dulu.Sekarang Valerie sengaja sok kenal dengan Lisa pasti karena tahu kalau Lisa ada
Valerie juga buru-buru mengeluarkan ponselnya dan meminta kontak Lisa, “Oh iya, aku juga add kamu, ya.”Sayangnya, sebelum Valerie sempat meminta nomor WhatsApp Lisa, Lisa sudah menyimpan kembali ponselnya dan berkata kepada Yuna, “Yuna, aku pulang dulu, ya. Kalau nggak, nanti papaku nyariin aku lagi. Keep in touch, ya!”“Lisa, aku belum ….”Namun, Liisa sama sekali tidak memedulikan Valerie dan hanya melambaikan tangannya kepada Yuna, lalu berlari ke arah berlawanan secepat kilat. Melihat Lisa yang sudah pergi jauh, Valerie menggenggam ponselnya sekuat tenaga seakan ingin meremas ponselnya sampai hancur.“Silakan saja kalau kamu mau jadiin Lisa sebagai batu loncatan, tapi jangan harap semua orang bisa jadi batu loncatan kamu!” ucap Yuna menyindir.“Aku mau nginjak siapa suka-suka aku, selama aku bisa. Yna, kamu nggak berhak ngomongin aku. Kamu pikir kamu sudah berhasil ngejilat si Will? Apa bedanya kamu sama aku yang ngandalin koneksi buat dapat apa yang kamu mau? Nggak usah sok suci!
“Bu Yuna, biarpun hari ini kita bisa lolos tanpa kena masalah, aku harus ingatkan sesuatu. Kelakuan Bu Yuna hari ini sangat nggak pantas. Asal Bu Yuna tahu, semua jerih payah perusahaan hampir saja sia-sia cuma gara-gara kecerobohan Ibu tadi,” protes Reni selama perjalanan mereka kembali ke hotel.“Memangnya separah itu?” balas Yuna sambil tertawa kecil. Dia tahu kalau Reni orangnya cukup bawel, tapi dia tidak menyangka ternyata Reni sebawel ini.Melihat Yuna yang masih tidak menyadari betapa parahnya situasi mereka tadi, Reni pun jadi semakin serius dan berkata pada Yuna, “Bu Yuna, aku nggak ngerti kenapa di saat kayak begini Ibu masih bisa ketawa. Ibu pikir ini nggak bakal jadi masalah? Untung saja Ibu kenal sama anaknya Pak Will, kalau nggak kenal, gimana? Atau mungkin anaknya Pak Will nggak muncul tadi, atau ternyata dia nggak kenal Bu Yuna datang? Kita harus bersikap lebih tahu diri di negara orang. Pihak panitia memang lalai, tapi kita seharusnya menyampaikan pendapat kita setela
Setelah berguling-guling di atas kasur dengan pikiran yang kalut, akhirnya Yuna tak kuat lagi dan membuka chat-nya dengan Brandon. Di era modern seperti sekarang apa wanita masih harus jual mahal? Kalau memang Yuna yang merindukan Brandon, untuk apa dia harus menahan diri?!Yuna pun mengirimkan pesan singkat sebanyak tiga kata yang berisi “Aku sudah sampai!”Namun apa yang Yuna rasakan setelah mengirim pesan tersebut malah seperti sedang tenggelam di lautan yang sangat dalam. Dia tidak mendapatkan balasan apa pun, bahkan sekadar emoji saja tida ada.Yuna merasa malu menatap tiga kata yang baru dia kirimkan tadi. Padahal dia sudah berinisiatif mengabari Brandon, tapi Brandon hanya mengabaikannya!Di tengah perasaan galaunya itu, tiba-tiba ponsel Yuna berbunyi dan terlihat nama Brandon tampil di layar. Spontan, Yuna pun hendak menekan tombol itu menerima panggilannya, tapi ketika jarinya hampir menyentuh layar, tiba-tiba dia berhenti.Tidak bisa! Kalau Yuna buru-buru mengangkatnya, bukan
“Di dalam koper kamu ada kartu hitam. Kartu itu nggak ada PIN-nya, kamu pakai saja.”Yuna kaget tidak menyangka Brandon akan berkata seperti itu. Dia pun buru-buru bangun dari kasur dan mencari kartu itu di kopernya, dan benar saja, dia menemukan sebuah kartu berwarna hitam dengan garis tipis berwarna keemasan. Dari penampilan kartunya saja, Yuna tahu kalau ini bukan kartu biasa.“Kapan kamu masukkin kartunya ke koperku?” tanya Yuna.“Itu nggak penting, kamu tinggal pakai saja. Jangan terlalu sering keluar. Ingat untuk tidur dan makan yang benar. Kamu harus jaga diri selama aku nggak ada.”Ucapan itu benar-benar membuat Yuna terharu. Dari kecil Yuna selalu dididik untuk mandiri, tapi sekarang dia sudah punya seseorang yang selalu perhatian padanya seperti menanyakan apakah Yuna sudah makan dan sebagainya.“Iya, kamu juga,” balas Yuna, tanpa menyadari suaranya terdengar begitu lemah lembut.“Oh ya, katanya panitia acara ini yang namanya Will bakal datang. Dia agak nyusahin orangnya. Kal
Bahkan Yuna sendiri juga cukup terkejut dengan kejadian yang dia alami sendiri. Teman Yuna bisa dibilang tidak terlalu banyak, tapi bisa-bisanya dia bertemu dengan temannya di negara orang lain, dan ternyata dia memiliki peran yang begitu penting.“Mungkin ini karma baik, anggap saja ini sesuatu yang kamu tuai dari bibit yang kamu tanam dulu.”Apa pun itu, yang jelas sekarang Brandon merasa lega karena dengan adanya hubungan antara Yuna dengan Lisa, seharusnya Will tidak akan terlalu mempersulit Yuna.“Apanya yang karma baik! Justru sekarang masalahku jadi makin rumit. Mau aku menang atau kalah, dua-duanya sama-sama nggak menguntungan.”“Kamu takut?” tanya Brandon sambil memutar kursinya ke belakang. Di hadapannya terdapat sebuah kaca besar yang membentang dari atap sampai lantai. Di balik kaca itu terlihat sebuah pemandangan kota di malam hari yang sangat luas. Waktu sudah mendekati tengah malam, tapi Brandon tidak ada niat untuk pulang ke rumahnya karena dia hanya akan merasa hampa t
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana
“Sudah nggak ada lagi, itu saja. Dia bilang yang kita butuhkan sekarang cuma waktu. Sebenarnya nggak ada yang penting, sih. Mungkin dia takut karena masih diawasi. Takutnya ada orang yang mendengar percakapan, makanya dia nggak berani bilang banyak.”“Bukan. Informasi pa yang mau diasampaikan sudah semuanya dia kasih tahu ke kamu,” ucap Brandon.Chermiko, “Eh?”Shane, “Hah? Jadi yang Pak Juan mau sampaikan itu apa?”“Pak Juan bilang kita nggak bisa tangani, tapi ada orang lain yang bisa. Orang yang bisa itu maksudnya siapa?” tanya Brandon kepada mereka berdua. Tetapi baik Shane dan Chermiko di saat itu hanya bertukar pandang dan menggelengkan kepala.“Dan juga kenapa kita nggak bisa? Sebelumnya kita sudah tahu mereka ada di dalam kedutaan, terus kenapa tiba-tiba Pak Juan bilang ini di luar batas kemampuan kita?” tanya Brandon lagi.Kali ini Shane dan Chermiko lebih kompak lagi. Mereka berdua sama-sama menggelengkan kepala serentak tanpa perlu menatap satu sama lain.“Karena Pak Juan me
Chermiko datang dengan penuh tanda tanya dan pergi dengan penuh tanda tanya pula. Dia merasa belum mengatakan atau melakukan apa-apa selama dia bertemu dengan kakeknya tadi, dan langsung disuruh pulang begitu saja. Selama perjalanan, Chermiko berulang kali memikirkan apa yang tadi Juan katakan kepadanya, tetapi dia tidak mendapatkan jawabannya. Jadi apa maksud Juan sebenarnya?Begitu Chermiko sampai ke rumah, benar saja Brandon dan Shane sudah menunggunya. Mereka langsung datang menyambut dan bertanya, “Gimana? Mereka ngundang kamu ke sana untuk apa?”Bahkan mobil yang mengikuti Chermiko dari belakang juga sudah melakukan persiapan jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun mereka bisa tenang setelah mendapat kabar kalau Chermiko sudah dalam perjalanan pulang. Namun di saaat yang sama mereka pun terheran-heran mengapa hanya Chermiko sendiri yang keluar.“Mereka mengancam kamu? Apa saja yang mereka bilang di sana?” tanya Shane. “Pasti Rainie, ‘kan? Kali ini apa lagi yan
“Kami semua panik setengah mati waktu dengar Kakek dibawa. Untung saja Kakek baik-baik saja!”“Omong kosong! Kalau kamu pani, kenapa baru sekarang kamu datang menolongku?” tanya Juan melotot.“Bukannya nggak mau nolong, tapi tempat ini nggak bisa main datang kapan pun aku mau. Lagi pula aku tahu sifat Kakek. Kalau Kakek sendiri yang mau ke sana, aku bujuk untuk pulang kayak apa juga Kakek nggak bakal mau pulang! Kakek sendiri yang mau datang ke sini untuk menolong Yuna, ‘kan?”Dengan tatapan mata setuju, Juan menatap Chermiko dan berkata padanya, “Iya, sih. Akhir-akhir ini kamu ada banyak kemajuan juga, ya. Kamu sudah bisa menganalisis keadaan dengan baik dan bisa mengerti sifatku seperti apa.”Chermiko terlihat tidak terlalu senang meski mendapat pujian dari kakeknya. Saat ini dia punya masalah yang lebih mendesak untuk dia sampaikan.“Kakek yang minta aku datang ke sini, ya?” tanyanya.“Ya, untung saja mereka kasih aku ketemu orang lain! Kalau Brandon, mereka pasti nggak akan setuju.
Chermio sudah berada di ruang tamu kedutaan dan melihat sekelilingnya. Dia curiga apakah tempat ini menyimpan suatu konspirasi, karena di antara yang lain, hanya dia sendiri yang mendapatan undangan secara tiba-tiba.Mereka bertiga kaget saat mendapat undangan tersebut. Tidak ada yang menyangka ternyata undangan itu ditujukan kepada Chermiko, dan tidak ada yang tahu apa maksud dari undangannya. Apalagi Chermiko juga yang paling asing dengan kedutaan dibanding Shane atau Brandon. Setelah melalui proses perundingan yang cukup laa, akhirnya mereka bertiga mencapai kesepakatan bersama, Chermiko harus pergi!Jika tidak pergi, bagaimana mereka bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan undangan ini juga dibuat secara resmi, jadi seharusnya tidak akan ada keanehan yang terjadi, atau surat ini tidak akan sampai ke tangan mereka. Maka itu Chermiko datang sesuai dengan waktu dan tempat undangan. Saat masuk dia juga diperiksa karena untuk masuk ke kedutaan tidak diizinkan membawa barang-barang ya
Saat Ross berniat untuk berlari keluar lagi, seketika Ricky datang membuka pintu dari luar.“Pangeran Ross.”“Ah! Kamu yang kasih perintah ke mereka untuk nggak kasih aku keluar dari kamar ini?”“Pangeran Ross jangan salah paham. Aku nggak punya wewenang untuk itu. Ini semua perintah langsung dari Yang Mulia.”“Aku nggak percaya! Mamaku saja sekarang lagi pingsan. Mana mungkin dia kasih perintah ke kamu untuk menahanku di sini. Kamu pikir aku nggak tahu kamu cuma menggunakan perintah untuk berbuat semena-mena di sini?! Kamu nggak ada bedanya sama Fred!”Seketika mendengar itu, terlihat ada sebersit ekspresi kesal di mata Ricky. Dia pun lalu berkata, “Pangeran Ross tolong jangan samakan aku dengan si pengkhianat itu.”Nada bicara Ricky dipenuhi dengan perasaan tidak puas. Bagi Ricky, Fred adalah pengkhianat yang bahkan namanya tidak layak untuk disebut. Ratu memberikan kepercayaan yang begitu besar kepadanya, menyerahkan tugas yang sangat penting, tetapi dengan keserakahanya, dia dengan
“Andaikan kamu nggak selamat. Menurut kamu apa yang bakal terjadi?” tanya Juan.“.…”Sebelum Ratu membuka mulut, Juan melanjutkan, “Apa dunia bakal kiamat? Nggak, nggak bakal! Nggak bakal terjadi apa-apa! Begitu kita mati, kita sudah nggak bisa apa-apa lagi, baik itu rakyatmu, anakmu, atau apa pun itu, semuanya sudah bukan urusan kita lagi! Kamu sudah nggak lagi mengatur dunia ini. Kamu bahkan sudah nggak perlu pusing lagi sama pemakamanmu.”“.…”“Hidup manusia paling cuma bertahan beberapa puluh tahun saja, apa menurut kamu itu kurang? Sebenarnya itu sudah lebih dari cukup selama setiap harinya kita jalani dengan penuh sukacita! Banyak banget orang yang hidupnya sampai di umur kita, jadi kenapa kamu malah mempersulit diri sendiri? Jadi saranku, kamu nggak perlu terlalu pusing terlalu banyak mikir, cukup jalani hari-hari dengan senang hati, itu lebih penting dari apa pun. Untuk apa kamu harus pusing sama urusan negara ataupun perdamaian dunia. Kamu serahkan saja ke generasi berikutnya!