“Diam kamu!” Tiba-tiba Fred berseru, “Dasar cewek licik!”“Fred?!” Sang Ratu pun terkejut.“Yang Mulia, apa-apaan ini? Apa Yang Mulia nggak percaya sama saya?” Fred dengan segera berlutut di hadapan ratunya dengan penuh hormat, tetapi raut kesal yang terlukis di wajahnya tetap tidak menghilang.“Nggak, aku bukannya ….”Di saat itu sang Ratu bagaikan anak kecil yang diam-diam melakukan kenakalan dan tertangkap basah oleh orang tuanya.“Yang Mulia, saya sealu setia padamu. Agar Yang Mulia bisa hidup kekal, saya sudah melakukan begitu banyak eksperimen dan mengorbankan darah keringat saya sendiri. Yang Mulia tentu tahu seberapa kerasnya saya berjuang, tapi Yang Mulia … meragukan kesetiaan saya?”Sang Ratu yang merasa bersalah mengusap wajah Fred dan berkata, “Tentu saja nggak. Aku tahu seberapa setia kamu padaku dan aku nggak pernah sedikit pun meragukannya. Tapi ada beberapa pertanyaan yang mau aku tanyakan secara pribadi ….”“Kalau begitu kenapa harus ditanya selagi aku nggak ada? Kenap
“Baik, saya mengerti, Yang Mulia! Saya janji akan menyelesaikan secepatnya! Yang paling penting sekarang adalah menjaga kesehatan Yang Mulia. Bertahanlah, sebentar lagi Yang Mulia akan memiliki tubuh baru yang sehat dan muda. Dengan begitu Yang Mulia bisa melanjutkan tugas yang belum Yang Mulia selesaikan! Tapi sebelum itu, Yang Mulia harus bersabar. Percayalah pada saya!”“Aku percaya, tapi … sekarang aku agak capek,” sahut sang Ratu.“Ah, benar juga! Yang Mulia perlu istirahat!” kata Fred, kemudian dia memanggil bawahannya. “Kamu, antar Yang Mulia ke kamarnya untuk istirahat!”Dengan segera bawahannya datang dan membawa sang Ratu pergi. Lagi-lagi di dalam kamar sekarang hanya ada dua orang, Yuna dan Fred. Setelah mengantar kepergian ratunya, Fred berbalik dan menatap Yuan dengan penuh kebencian. Mendadak dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Yuna. Tetapi dia lupa kalau Yuna ahli bela diri. Ketika Fred sedang mengayunkan tangannya, Yuna sudah bersiaga dan langsung menggenggam t
Suara “Krak!” tadi diikuti juga dengan jeritan kesakitan Fred. Para penjaga yang membawa senjata mulai mendekat dan mengelilingi Yuna, tetapi tetap saja tidak ada yang berani melakukan apa-apa.“Lepasan Paduka!” seru salah satu dari mereka.“Kalau kalian nggak mau lihat paduka kalian mati, cepat bawa anakku kemari!” seru Yuna.“Jangan ada yang bergerak!” ujar Fred. “Biar saja aku mati, biarkan kematianku ini jadi jasa bagi Yang Mulia! Asalkan dua anakmu itu atau keluargamu ikut mati, pengorbananku sepadan! Kalian semua dengar perintahku! Jangan ada yang membiarkan cewek ini lolos. Kalau perlu, bunuh saja anak-anaknya!”“Coba saja kalau berani!” Yuna menggertak balik. Dia memelintir tangan Fred semakin keras sampai seluruh lengannya memutar.“Aaargh! Aku nggak keberatan kalau harus mati, tapi tugas dari Yang Mulai harus selesai! Yuna, jangan harap kamu bisa pergi dari sini dengan membunuhku!”“.…”Situasi mereka berdua pada saat itu sama-sama terkunci. Yuna tahu Fred sedang bertarung, b
Yuna dalam hati sudah tahu apa yang Fred katakan itu benar. Kalaupun dia tidak melepaskan Fred, persaingan mereka sekarang tidak akan mengarah ke mana-mana juga. Yuna sudah mematahkan satu tangan Fred, tetapi Fred masih tidak mau mengalah. Jika begini terus, orang lain di kedutaan ini akan mengambil kesempatan dan pada akhirnya Yuna sendiri yang akan direpotkan.Namun demikian, yuna tidak langsung melepaskan Fred dengan mudah. “Aku sudah mematahkan tanganmu. Mana mungkin kamu membiarkanku begitu saja. Kamu pasti akan menyakiti anakku!”“Memang itu mauku,” kata Fred dengan penuh kebencian. “Tapi aku tetap akan mengambil keputusan yang sama-sama menguntungkan kita. Kalau aku menyakiti anakmu, kamu pasti akan merusak badanmu sendiri sebagai bentuk balas dendam kepadaku. Nggak ada untungnya bagiku. Kamu nggak usah takut, aku jamin nggak akan menyakiti anakmu. Perhitungan kita hari ini akan kita tuntaskan di lain waktu. Apa kamu puas?”Yuna sadar secara penuh Fred belum tentu akan menepati
“Tapi kamu nggak perlu panik,” sambung Yuna. “Racunnya nggak akan langsung aktif. Kamu masih punya waktu satu minggu. Dalam satu minggu ini, kamu boleh coba minta orang lain keluarin racun itu dari badanmu. Dengan begitu, kamu nggak perlu takut sama aku lagi, bukan?”Fred masih belum sepenuhnya percaya dengan ucapan Yuna karena bagaimanapun juga dia tidak terpikir bagaimana caranya Yuna bisa memiliki racun itu selagi terus dalam pengawasan yang amat ketat. Selain itu, Yuna sudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dan melalui proses lahiran yang masih berada dalam pantauan mereka. Mustahil Yuna bisa menyembunyikan sesuatu. Namun andaikan benda itu bukan racun, lantas apa?Yuna tampaknya bisa menebak apa yang ada di pikiran Fred. Dia pun tersenyum dan berkata, “Kamu harus tahu satu hal. Selama berhari-hari di sini aku ketemu dengan banyak dokter dan perawat. Aku sudah makan banyak obat dan disuntik berkali-kali. Kamu pikir aku nggak bisa ambil sisanya sedikit dan membuat racun d
Setelah Fred berjalan cukup jauh dari kamar Yuna, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menggerakkan leher sambil merabanya, lalu berdeham beberapa kali dan melakukan gerakan menelan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di perutnya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, kebas dan tidak bertenaga. Matanya juga buram membuatnya tidak bisa melihat apa yang ada di depan dengan jelas.Fred menggelengkan kepalanya dan memberi sugesti bahwa itu hanyalah halusinasi, bahwa Yuna hanya membohonginya kalau tadi itu bukan racun.Fred marah kepada dirinya sendiri yang terlalu ceroboh dan memukul dinding untuk melampiaskan amarahnya. Awal mengira semuanya sudah berada di dalam kendali dan Yuna tidak akan berani melakukan hal-hal aneh ataupun memiliki kesempatan untuk itu. Namun tampaknya Fred-lah yang justru terlalu meremehkan Yuna. Betapa tak disangka meski terkurung selama berhari-hari, Yuna masih punya tekad untuk menyerang balik dengan cara membuat racun secara diam-diam.Namun yang lebih mena
Fred terbangun di tengah kesakitannya. Dia membuka mata dan menjerit, dan tanpa sadar ingin menghempaskan tangannya, tetapi sayang tangannya tidak bisa digerakkan. Dia melihat lengannya sedang ditahan oleh beberapa orang yang berdiri di sampingnya.Melihat Fred akhirnya tersadar, dia pun berkata, “Maaf, Paduka!”“Masih berapa lama lagi?” tanya Fred seraya melihat waktu di jam dinding.“Kira-kira setengah jam lagi,” jawab si dokter.“Tanganku jadi cacat?”“Berdasarkan hasil pemeriksaan, lokasi terjadi patahannya agak aneh. Mungkin lebih tepatnya bukan patah, tapi cuma dislokasi.”“Dislokasi?!”“Iya. Singkatnya, persendiannya cuma bergeser dari tempat yang seharusnya akibat dampak eksternal. Tulangnya baik-baik saja, tapi tetap harus ditahan sama papan atau permukaan keras, lalu dibalut dengan perban supaya meminimalisir terjadi gerakan yang nggak disengaja.”“Kalau tulangku baik-baik saja kenapa harus diperban segala! Mana harus tunggu setengah jam pula! Bikin pekerjaanku tertunda saja!
Saat mengingat kembali apa saja yang Yuna lakukan selama dia melakukan eksperimen dari dan pengamatan Fred melalui kamera pengawas, dia berkata, “Apa kamu bisa tahu aku keracunan atau nggak cuma dari merasa pergelangan tanganku?”Dengan tenang, dokter itu menjawab, “Yang Paduka maksud itu pasti pemeriksaan nadi dari pengobatan tradisional, ya? Maaf, tapi kami dokter pengobatan modern nggak mempelajari ilmu yang asal-usulnya nggak jelas, tapi aku pribadi sebenarnya tertarik untuk mempelajarinya. Tapi maaf, aku masih belum bisa.”Setelah proses pengambilan darah selesai, Fred menutupi bekas suntikan dengan kapas. Dia lalu berdiri dan bertanya kepada dokter, “Berapa lama sampai hasilnya keluar.“Kira-kira setengah jam.”“Lagi-lagi harus nunggu setengah jam! Ya sudah! Aku kasih kamu waktu 30 menit. Begitu hasilnya keluar, langsung kabari aku!”Begitu hasilnya keluar dan seandainya terbukti bahwa dia tidak keracunan … awas saja. Dia akan mendatangi Yuna dan tertawa di hadapan wajahnya. Namu