“Aku tahu kamu khawatir sama anakmu, tapi kamu juga sudah tahu kalau Nathan nggak ada di sana. Mau kamu marah-marah dan ngomong apa pun ke mereka, itu nggak akan ada gunanya!”“Kalau begitu aku mau berangkat ke Yuraria!” Shane menghardik.“Boleh saja, kalau beli tiket sekarang mungkin penerbangan hari ini masih keburu. Tapi begitu kamu sampai di sana mau ngapain? Memangnya kamu bisa masuk ke istana mereka?”“.…”Brandon membalas Shane dengan pertanyaan retoris yang seketika membuat Shane terdiam. Shane tidak bisa melakukan apa-apa lagi di saat seperti ini dan sadar bahwa dia hanya terpancing oleh emosi sesaat, tetapi apa boleh buat.“Justru di saat-saat genting begini kita harus tetap tenang,” kata Brandon. “Kali ini ada orang pemerintah yang membawa kami masuk dengan modus melakukan disinfeksi. Makanya kami nggak bisa terlalu lama di sana apalagi kalau harus mencari-cari. Aku nggak ngajak kamu ke sana bukannya menyuruh kamu untuk diam saja. Kamu masih tetap bisa melakukan sesuatu.”Ke
“Dua tempat ini adalah tempat yang paling sering disinggahi sama ratu. Tempat ini memang lumayan tersembunyi, tapi secara teori nggak mungkin dipakai untuk menyembunyikan orang. Di kedua sisi ini adalah ruang tamu yang sering dilewati banyak orang, jadi di sini juga nggak mungkin. Yang paling mungkin adalah di sini, dan di sini!” jelas Brandon sambil menunjuk beberapa tempat yang ada di peta. “Yang ini sudah masuk ke arah gudang yang biasa dipakai untuk menaruh barang, dan di samping ada ruangan untuk petugas keamanan. Semua ini cuma penilaianku berdasarkan peta, aku nggak tahu apa masih ada jalan rahasia atau ruang bawah tanah dan semacamnya. Masalahnya nggak mungkin aku bisa mengorek-ngorek tempat itu.”Shane dibuat cukup terkejut dengan analisis Brandon yang begitu mendetail hanya dari sebatas peta. Lantas dia pun bertanya, “Kamu kenapa bisa tahu sampai sedetail ini?”Shane yang sudah pernah berada di dekat sana dan menemukan denah istana saja tidak tahu sampai sejauh itu, tetapi Br
Kedua perawat yang menggendong anak-anaknya hanya diam saja seolah itu tidak ada urusannya dengan mereka. Yuna dengan perasaan gugup langsung menggendong salah satu anaknya.Yuna segera memeriksa dan menekan-nekan tangan anaknya untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja, serta membalikkan badannya untuk melihat apakah ada luka luar atau tidak. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, dia memeriksa anak satunya lagi dan juga tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Walau begitu mereka masih menangis. Yuna lantas coba memeriksa apakah ada sesuatu di mulut mereka, tapi semuanya juga tampak normal. Satu-satunya kemungkinan yang ada, bahwa mereka hanya kelaparan.“Apa maksud kalian bawa anakku kemari?” tanya Yuna seraya menatap ke kedua perawat itu dan kemudian melirik ke kamera pengawas.Yuna mengerti kalau kedua perawat itu hanya melaksanakan perintah mereka. Mereka tidak memiliki wewenang untuk bertindak sendiri, dan yang memiliki wewenang untuk membuat keputusan sudah pasti adal
“Bukannya aku yang pintar, tapi itu memang sudah kelihatan jelas. Yang Mulia kelihatannya begitu berkuasa dan seakan semua urusan negara berada di dalam genggaman tanganmu, tapi sebenarnya, masih banyak hal yang nggak sesuai dengan keinginanmu. Kadang kamu masih menuruti apa kata Fred, bukan?”“Aku menuruti dia? Kenapa harus seperti itu?” tanya sang Ratu.“Apa alasannya cuma kamu sendiri yang tahu. Terserah kamu mau mengakuinya atau nggak, itu urusanmu sendiri. Mau mengakui ya bagus, nggak juga nggak apa-apa. Kalau bukan begitu, kamu nggak akan ada di sini dan ngajak aku ngomong berdua saja.”Selain itu, sang Ratu juga dengan sengaja menyuruh para pelayannya untuk pergi agar tidak ada orang ketiga yang mendengar percakapan mereka. Ada begitu banyak pelayan yang merawat dan melayang sang Ratu, tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa salah satu di antara sekian banyak pengawal itu ada yang sudah disogok atau menjadi mata-mata.Tampaknya tebakan Yuna tepat. Sang Ratu menyandarkan tangannya
“Korban? Tunggu, tadi kamu bilang apa? Korbanapanya? Bukannya R10 masih belum secara resmi digunakan ke orang yang masih hidup?”“Yang Mulia … sudah sampai sejauh ini untuk apa kamu terus berpura-pura bodoh? Selain R10, kalian juga banyak melakukan eksperimen lain yang melibatkan banyak korban jiwa. Sudah banyak banget macam-macam virus yang diteliti dan disebar. Aku masih nggak habis pikir kenapa kalian harus sampai sejauh ini? Hal-hal yang membahayakan nyawa orang lain ini ….”Sebelum Yuna menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi sang Ratu menyelanya dengan wajah yang terlihat kebingungan. “Bukan … kenapa aku nggak mengerti apa yang kamu omongin?! Yang kamu maksud meneliti dan menyebar virus itu apa? Yang aku minta itu cuma eksperimen untuk memperpanjang hidup manusia dan menjelajahi apa saja kemungkinan yang bisa terjadi dari eksperimen itu. Nggak ada hubungannya dengan virus! Aku nggak tahu apa-apa soal virus yang tadi kamu bilang itu.”Sang Ratu tidak terlihat seperti sedang berpura-pu
“Diam kamu!” Tiba-tiba Fred berseru, “Dasar cewek licik!”“Fred?!” Sang Ratu pun terkejut.“Yang Mulia, apa-apaan ini? Apa Yang Mulia nggak percaya sama saya?” Fred dengan segera berlutut di hadapan ratunya dengan penuh hormat, tetapi raut kesal yang terlukis di wajahnya tetap tidak menghilang.“Nggak, aku bukannya ….”Di saat itu sang Ratu bagaikan anak kecil yang diam-diam melakukan kenakalan dan tertangkap basah oleh orang tuanya.“Yang Mulia, saya sealu setia padamu. Agar Yang Mulia bisa hidup kekal, saya sudah melakukan begitu banyak eksperimen dan mengorbankan darah keringat saya sendiri. Yang Mulia tentu tahu seberapa kerasnya saya berjuang, tapi Yang Mulia … meragukan kesetiaan saya?”Sang Ratu yang merasa bersalah mengusap wajah Fred dan berkata, “Tentu saja nggak. Aku tahu seberapa setia kamu padaku dan aku nggak pernah sedikit pun meragukannya. Tapi ada beberapa pertanyaan yang mau aku tanyakan secara pribadi ….”“Kalau begitu kenapa harus ditanya selagi aku nggak ada? Kenap
“Baik, saya mengerti, Yang Mulia! Saya janji akan menyelesaikan secepatnya! Yang paling penting sekarang adalah menjaga kesehatan Yang Mulia. Bertahanlah, sebentar lagi Yang Mulia akan memiliki tubuh baru yang sehat dan muda. Dengan begitu Yang Mulia bisa melanjutkan tugas yang belum Yang Mulia selesaikan! Tapi sebelum itu, Yang Mulia harus bersabar. Percayalah pada saya!”“Aku percaya, tapi … sekarang aku agak capek,” sahut sang Ratu.“Ah, benar juga! Yang Mulia perlu istirahat!” kata Fred, kemudian dia memanggil bawahannya. “Kamu, antar Yang Mulia ke kamarnya untuk istirahat!”Dengan segera bawahannya datang dan membawa sang Ratu pergi. Lagi-lagi di dalam kamar sekarang hanya ada dua orang, Yuna dan Fred. Setelah mengantar kepergian ratunya, Fred berbalik dan menatap Yuan dengan penuh kebencian. Mendadak dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Yuna. Tetapi dia lupa kalau Yuna ahli bela diri. Ketika Fred sedang mengayunkan tangannya, Yuna sudah bersiaga dan langsung menggenggam t
Suara “Krak!” tadi diikuti juga dengan jeritan kesakitan Fred. Para penjaga yang membawa senjata mulai mendekat dan mengelilingi Yuna, tetapi tetap saja tidak ada yang berani melakukan apa-apa.“Lepasan Paduka!” seru salah satu dari mereka.“Kalau kalian nggak mau lihat paduka kalian mati, cepat bawa anakku kemari!” seru Yuna.“Jangan ada yang bergerak!” ujar Fred. “Biar saja aku mati, biarkan kematianku ini jadi jasa bagi Yang Mulia! Asalkan dua anakmu itu atau keluargamu ikut mati, pengorbananku sepadan! Kalian semua dengar perintahku! Jangan ada yang membiarkan cewek ini lolos. Kalau perlu, bunuh saja anak-anaknya!”“Coba saja kalau berani!” Yuna menggertak balik. Dia memelintir tangan Fred semakin keras sampai seluruh lengannya memutar.“Aaargh! Aku nggak keberatan kalau harus mati, tapi tugas dari Yang Mulai harus selesai! Yuna, jangan harap kamu bisa pergi dari sini dengan membunuhku!”“.…”Situasi mereka berdua pada saat itu sama-sama terkunci. Yuna tahu Fred sedang bertarung, b