“Cih, impian yang dangkal!” balas Rainie mendengus. “Kalian belajar kedokteran tradisional pasti merasa diri kalian hebat dan bisa menyelamatkan dunia, bukan?”“Kalian belajar kedokteran modern berharap menggunakan virus untuk membuktikan kehebatan kalian sendiri? Tanpa ada peralatan modern, apa lagi yang kalian bisa?” balas Chermiko.“Memang benar, tapi kamu sendiri melakukan eksperimen apa bisa lepas sepenuhnya dari peralatan itu? Sebenarnya aku penasaran banget, ketika dihadapkan oleh serangan virus, di saat dunia sudah mau kiamat, ada berapa banyak orang yang benar-benar mengabaikan keselamatan mereka sendiri untuk orang lain? Ada berapa banyak orang yang sungguh peduli dengan sesama tanpa mementingkan diri sendiri?”Kala itu, Rainie yang sedang berpikir mendalam terlihat seperti seorang gadis kecil yang masih asing dengan kejamnya dunia. Penuh dengan rasa penasaran terhadap dunia dan harapan, dan ingin mencari tahu tentang dunia yang penuh misteri ini. Akan tetapi, cara dia menyam
Dua hari ini Yuna merasa sangat kelelahan. Kondisi penyakit Brandon kadang membaik dan kadang memburuk. Untuk menjaga kerahasiaan dan juga demi virus tidak menyebar luas, Yuna terpaksa menangani Brandon seorang diri tanpa ada bantuan dari siapa pun, kecuali Hanson.Jujur saja, Yuna cukup terheran dengan tubuh Hanson yang selalu sehat, padahal mereka sudah cukup lama tinggal bersama, tapi tidak sedikit pun tanda-tanda infeksi di tubuhnya. Walau demikian, untuk tujuan keamanan, Yuna tetap meminta Hanson untuk tetap berjaga-jaga.Dilihat dari denyut nadi Brandon, virus itu tidak hanya akan menyembunyikan dirinya, tapi juga akan berevolusi dengan kecepatan tinggi. Itulah alasan mengapa Brandon terlihat sudah hampir sembuh, tapi tiba-tiba muntah darah.Kini Yuna mengerti kenapa persebaran virus di Asia Selatan sangat cepat. Beberapa negara kecil yang ada di wilayah ini sudah cukup kacau balau, dan negara mereka sendiri juga sudah berjaga ketat dengan tidak membiarkan sembarang orang masuk.
“Kenapa? Kamu nggak kangen sama Kenzi?”“Wabah ini jauh lebih parah dari dugaanku. Biarpun aku sudah pakai baju pelindung lengkap, nggak ada salahnya tetap berhati-hati.”Yuna sama sekali tidak bercanda ketika berhadapan dengan situasi ini. Memang benar, belakangan ini dia tidak punya waktu untuk bercanda. Kalau sampai suatu hari nanti lepas kendali, virusnya pasti akan menyebar luas dengan sangat cepat.“Oke,” sahut Juan. Awalnya dia masih ingin melemparkan beberapa candaan kepada Yuna, tapi mendengar nada bicaranya yang begitu serius, Juan mengurungkan niatnya. “Nggak apa-apa. Nanti kalau sudah datang juga kamu bakal tahu.”“Hmm?”“Jangan terlambat, ya. Waktu mereka juga berharga!”Sepertinya ada yang aneh dari biasanya, karena bagaimanapun juga Juan adalah orang yang cukup pandai dalam menilai orang. Namanya cukup dikenal dan dihormati untuk waktu yang cukup lama, jadi tak heran jika dia sedikit tinggi hati. Sebagai senior di dunia kedokteran tradisional, Juan jarang sekali mau meny
Setelah meninggalkan rumah sakit, Yuna langsung berangkat ke kediamannya Juan. Selama perjalanan, Yuna tetap mengenakan baju pelindung demi menjaga keamanan. Juan sudah cukup berumur, dan Kenzi juga masih kecil, maka itu Yuna tidak boleh sampai lengah.Kecepatan Yuna mengemudi tidak terlalu tinggi, tapi tak lama setelah mengemudi, dia merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.Tak disangka belum lama pulang, bahkan dengan mengenakan pakaian pelindung lengkap pun, Yuna masih saja diikuti. Mobil yang menguntit tetap menjaga jarak aman dan terus mengikuti dengan sangat ketat. Dari kaca spion Yuna bisa melihat kalau pengemudi mobil itu adalah wanita, tapi wajahnya tidak terlihat jelas karena dia mengenakan topi dan masker. Ditambah lagi jarak antar kendaraan yang membuat Yuna makin sulit mengenalinya.Wanita …? Apa mungkin itu Rainie? Dengan pikiran itu di kepala, Yuna perlahan menambahkan kecepatan. Benar saja, si penguntit juga memacu gas agar tidak tertinggal. Hanya saja, kem
“Ehem … pas banget kamu sudah datang, Yuna. Ini dia dua orang yang mau aku kenalin ke kamu. Mereka Dokter Liman dan Dokter Moses dari Departemen X. Mereka ini adalah profesor di bidang virologi yang sudah berpengalaman.”“Departemen X? Apa itu?”Di film-film memang sering terlihat adanya pasukan kepolisian X atau rencana X, tapi apakah mungkin negara juga memiliki unit rahasia yang dikenal dengan departemen X? Namun jika memang benar ada, apa hubungan antara mereka dengan Yuna?“Silakan duduk dulu, kita bicarakan pelan-pelan,” ujar Liman sebagai orang yang lebih tua.Adegan yang tergambar di situasi sebenarnya cukup aneh. Hanya Juan seorang saja yang mengenakan pakaian santai, sementara tiga orang lainnya mengenakan pakaian pelindung yang menutup seluruh anggota tubuh.“Jadi … Yuna, dua tamu kita ini sudah aku perkenalkan tadi. Terkait apa pekerjaan mereka, sebentar lagi kamu akan tahu. Pak Liman, Pak Moses, Yuna ini murid terakhirku.”Yuna, “?!”Tanpa aba-aba yang jelas Juan langsung
Dari tutur kata mereka, Yuna mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan mereka masih belum tahu tentang kondisi Brandon. Jadi kedatangan mereka ke sini bukan untuk itu, setidaknya itu membuat Yuna merasa lebih tenang.“Mohon maaf, aku belum pernah bersinggungan dengan wabah ini, jadi aku juga nggak bisa memberi banyak komentar. Terlebih lagi, menurutku kalau dilihat dari sudut pandang virus, kalian selaku praktisi kedokteran modern mungkin bisa menelitinya dengan lebih dalam. Kurasa aku nggak bisa banyak membantu,” ujar Yuna menolak.Mendengar itu, Moses pun langsung bersuara, “Bukan begitu. Memang benar kami ini praktisi kedokteran modern, tapi kami nggak bermaksud menyangkal kontribusi dari kedokteran tradisional. Yang kami cari sekarang adalah prospek kerja sama, tentu masud kami jika Pak Juan sendiri yang sudi ikut terlibat akan lebih bagus.”Hal itu Moses ucapkan sembari menatap ke arah Juan, yang jelas mengindikasikan bahwa dia masih meragukan kemampuan Yuna. Sewaktu Juan pertama mem
Yuna dibuat tertegun oleh pertanyaan itu. Dia telah lengah karena tidak menyiapkan alasan yang masuk akal mengapa dia datang dengan pakaian pelindung yang begitu lengkap.Yuna berdeham dan segera melirik ke arah Juan seraya berkata, “Sebenarnya … gurukuyang minta.”Juan, “???”“Oh ya?” tanya Liman.“Guru bilang akhir-akhir ini wabahnya lagi mengganas. Berhubung aku sudah jauh-jauh datang ke sini, nggak ada salahnya sedikit waspada. Sebenarnya yang lebih tahu tentang wabah itu bukan aku, tapi guruku. Aku sendiri juga merasa akan lebih baik jika Guru yang turun tangan langsung,” kata Yuna.“Aku setuju!” sahut Moses. “Pak Juan nggak bisa terus bersembunyi! Aku berharap Pak Juan mau bekerja sama dengan kami. Biar kita semua bersatu menghadapi masalah ini! Pak Juan nggak usah khawatir. Kalau memang pengobatan tradisional bisa lebih dulu mengatasi wabah ini, kami pasti akan mengakui apa adanya dan memastikan semua orang tahu betapa hebatnya pengobatan tradisional!”Juan, “….”Melihat tatapan
“Tapi ….”Moses masih ingin membujuk Juan untuk ikut serta, tapi lagi-lagi upayanya dihentikan oleh Liman.“Kalau memang begitu, kami tidak akan memaksa. Bagaimanapun juga ini pekerjaan sukarela. Di samping itu, aku percaya dengan keputusan Pak Juan yang merekomendasikan Yuna. Semoga kerja sama kita bisa berjalan dengan lancar!”Begitu pula dengan Yuna, dia menatap Liman dan berkata beberapa saat kemudian, “Sama-sama, Pak Liman!”“Pak Liman ….”Dalam hati Moses masih merasa keberatan. Dia masih bersikeras bahwa mengajak Juan untuk bekerja sama masih lebih baik daripada Yuna.“Moses, kasih surat perjanjiannya ke Yuna,” perintah Liman.Dengan hati yang berat, Moses terpaksa menuruti instruksi dari Liman dan memberikan selembar surat perjanjian kepada Yuna. Saat Yuna baru saja mau menerima surat itu, dia mendengar Liman berkata, “Bukan bermaksud apa-apa, tapi untuk masuk ke Departemen X dibutuhkan tanda tangan perjanjian untuk tetap menjaga rahasia pekerjaan kami. Mohon pengertiannya.”Se
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S