“Aku tahu kamu tidak tenang. Tapi permasalahan sekarang tidak bisa ditangani olehmu,” ucap Shane, “Lagi pula, hari ini tujuanmu pasti tidak bisa tercapai.”Yuna mengerutkan keningnya. “Shane, aku tidak tahu kenapa kamu mesti bersama orang-orang itu atau kamu memang seperti mereka. Tapi apa pun alasannya, setidaknya kamu mesti memikirkan putramu. Apa kamu ingin dia punya ayah seperti ini?”Ibu dari anak sudah bermasalah. Sekarang ayahnya malah melakukan kejahatan. Bagaimana hidup anak di kemudian hari?Shane hanya menghela napas panjang. “Yuna, apa yang akan kamu lakukan kalau Kenzi dalam bahaya?”“Tentu saja aku akan menyelamatkannya!” jawab Yuna tanpa ragu.“Bagaimana kalau mereka menginginkan nyawamu?” tanya Shane lagi.“Aku rela melakukannya!” Yuna tidak ragu sama sekali. Sebagai seorang ibu, dia bersedia untuk berkorban demi anaknya.“Bagaimana kalau mereka menginginkan nyawa orang lain?”“Aku ….” Yuna tertegun sejenak.Jika mereka menginginkan nyawa Yuna, Yuna pasti akan memberika
Yuna menatap punggung Shane sejenak, lalu membalikkan tubuhnya. Tak lama kemudian, Yuna pun tenggelam dalam kegelapan.Beberapa saat kemudian, Shane baru membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Setelah melihat tidak ada orang di belakangnya lagi, Shane pun menghela napas.Menjadi panutan anak? Mana mungkin Shane tidak ingin menjadi panutan anaknya?…Rainie sedang duduk di halaman. Dua cangkir kopi sudah dihabiskannya. Kali ini, Rainie sudah kehilangan kesabarannya. Dia memicingkan matanya, tidak merasa ada yang salah dengan tebakannya. Jelas-jelas Yuna sudah mencurigai ada yang aneh dengan laboratorium ini. Mana mungkin Yuna tidak datang!Kali ini, giliran Chermiko menghela napas lega. Dia tidak meronta lagi, lalu berbaring di lantai untuk beristirahat.Detik demi detik berlalu. Chermiko berbaring di tempat dengan perasaan kalut. Di satu sisi, dia sungguh gembira lantaran Yuna tidak datang. Namun di sisi lain, dia merasa sedikit kecewa.Pada saat ini, terdengar suara buka pintu dari lua
Chermiko tidak bersuara sama sekali, tetapi dari perbincangan mereka tadi, dia paham jika Yuna tidak datang. Langkah Yuna pun dihalangi oleh lelaki yang bernama Shane.Kenapa lelaki itu menghalangi langkah Yuna? Chermiko tidak tahu bagaimana hubungan mereka berdua. Namun bagus juga, setidaknya Yuna tidak perlu mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Chermiko.Perasaan Chermiko sangatlah kacau. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya. Sebenarnya hubungan Chermiko dengan Yuna tidak tergolong teman. Namun, jelas-jelas Yuna tahu Chermiko dalam bahaya, Yuna malah datang untuk menyelamatkannya. Dia ….“Kurung dia kembali!” Rainie membalikkan kepalanya. Dia baru kepikiran masih ada yang diabaikannya.Kali ini, Chermiko tidak meronta. Dia membiarkan kedua bawahan menyeretnya.…Setelah kembali ke rumah, Yuna melepaskan semua peralatannya, lalu menghela napas lega.Pakaian ketat yang dikenakannya sangat tidak nyaman hingga terasa sesak. Kali ini, Yuna menyadari bahwa tubuhnya bukan mi
Yuna sungguh merindukan Brandon! Dia sungguh merindukan lelaki itu. Bukan hanya rindu, Yuna juga merasa sangat khawatir. Semua rasa khawatir dan panik seketika berubah menjadi rasa pilu di hati. Air mata mulai membasahi matanya.Namun, Yuna berusaha menahan air matanya, tidak ingin Brandon menyadarinya. Dia lanjut bertanya, “Jawab, dong! Ada apa denganmu? Apa yang terjadi? Kenapa kamu nggak hubungi aku selama ini? Apa kamu tahu aku … sungguh merindukanmu?”“Yuna, dengar apa kataku.” Brandon terengah-engah. Sepertinya dia kesulitan untuk berbicara. “Aku sudah kembali!”“Apa?” Yuna merasa sangat kaget. Seketika dia masih tidak berhasil untuk merespons.“Apa maksudmu? Kamu sudah pulang ke rumah? Kenapa aku nggak melihatmu? Apa kamu pulang ke perusahaan? Kamu lagi di mana? Biar aku pergi mencarimu!”Sambil berbicara, Yuna segera berdiri, bersiap-siap untuk keluar.Yuna ingin segera bertemu dengan Brandon!“Bukan, dengar ucapanku!” Brandon terdengar sedang terengah-engah. Yuna dapat merasa
Pikiran Yuna menjadi kacau. “Terjadi … sesuatu?”“Aku susah menjelaskannya dari telepon,” balas Brandon dengan cepat, “Kamu jangan beri tahu masalah ini kepada Stella dulu. Aku masih mengutus orang untuk mencari keberadaan Frans. Kamu jaga dirimu dan anak dengan baik. Aku juga sudah menambah personel untuk melindungimu. Kamu mesti perhatian keselamatanmu. Jangan sering keluar rumah, apalagi ke tempat umum.”Sepertinya Brandon sangat lelah untuk mengatakan ucapan panjang lebar ini. “Brandon, sebenarnya gimana kondisimu saat ini?” Yuna tidak bisa menahan tangisnya lagi.“Jangan menangis!” Brandon merasa tidak tega. “Aku tahu kamu sangat tegar. Aku baik-baik saja. Kamu jangan menangis! Jaga dirimu dengan baik. Kamu tenang saja, aku akan segera kembali. Jangan takut!”“Kalau begitu, beri tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi?” Tetiba Yuna kepikiran dengan apa yang belakangan ini terjadi di Asia Selatan. Dia segera berkata, “Apa kamu tertular wabah penyakit?”Sesuai dugaan, Brandon terdiam
“Kamu … apa kamu berada di ibu kota?” tanya Yuna dengan penuh hati-hati.“Bukan,” balas Brandon dengan langsung.“Aku mengerti.” Sebenarnya Yuna bisa menebaknya. Brandon sedang tertular wabah penyakit. Tentu saja dia mesti mengisolasi diri dan memulihkan kondisinya. Dia bisa bertanya juga demi memastikan saja.“Kamu jaga dirimu dengan baik. Aku dan Kenzi baik-baik saja. Kamu nggak usah khawatirin kami!” pesan Yuna dengan serius.Yuna juga tidak berbicara lagi. Sekarang Brandon butuh istirahat dengan cukup. Hanya saja, suara batuk dan napas berat Brandon membuat Yuna merasa sakit hati.Untungnya, Brandon sudah pulang dengan selamat. Yuna juga bisa lebih tenang. Jadwal pergi ke Asia Selatan juga bisa dikesampingkan.Hanya saja … telah terjadi sesuatu dengan Frans. Yuna juga tidak diperbolehkan untuk memberi tahu Stella. Hal inilah yang membuat Yuna merasa sakit kepala.…Terkadang semakin ingin menghindari sesuatu, malah semakin tidak bisa dihindari. Keesokan paginya, Stella datang denga
Pada saat ini, mana mungkin Stella punya suasana hati untuk duduk? Dia sudah kehilangan kesabarannya. “Kak Yuna, apa … ada perubahan di sana?”Kedua mata Stella berlinangkan air mata. Dia menahan air mata agar tidak menetes.“Nggak, bukan!” Ketika melihat Stella yang seperti ini, Yuna memutuskan untuk tidak memberi tahu Stella dulu. Dia menggenggam tangannya, lalu berkata dengan tegas, “Ada yang ingin aku beri tahu, tapi kamu yang tenang dulu, ya? Biar aku selesaikan omonganku.”Stella memiliki firasat buruk. Hanya saja, dia mengangguk. “Oke, aku akan dengar semua ucapanmu! Katakanlah, aku bisa menerima semuanya.”Dari penampilannya, Stella kelihatan sangat tenang. Namun, saat Yuna menggenggam tangannya, dapat terasa bahwa tangannya sedang gemetar.Yuna menggenggam tangannya, lalu berkata dengan pelan, “Mereka sudah kembali.”“Siapa?” Stella masih tidak merespons. Dia terbengong sejenak, lalu segera tersenyum. “Benarkah? Mereka sudah kembali? Di mana? Kenapa mereka nggak pulang ke ruma
“Semalam Brandon telepon bilang dia sudah kembali. Hanya saja, masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan. Jadi, dia nggak bisa pulang untuk sementara waktu ini. Dia suruh aku untuk nggak usah panik. Mengenai Frans … aku nggak bicara langsung sama dia. Lagi pula, dia lagi sibuk banget. Aku juga nggak kepikiran masalah itu. Nanti, ya, kalau dia telepon lagi, aku bakal nanyain!” hibur Yuna.Sesungguhnya Yuna tidak benar-benar sedang berbohong. Dia memang tidak kepikiran untuk menanyakan masalah ini.Stella juga tidak sedikit pun merasa curiga. Dia langsung memercayai Yuna, lalu berkata dengan mengangguk, “Oke! Tolong bantu nanyain, ya. Kalau dia nggak sengaja hilangin cincin nikahnya, aku pasti akan beri pelajaran sama dia! Sewaktu nikah, dia sudah janji nggak bakal hilangin cincin nikahnya. Sekarang dia malah hilangin barang yang begitu berharga!”Yuna merasa sakit hati ketika mendengarnya. Dia juga tidak berani berbicara kebanyakan lantaran takut rahasianya akan terbongkar. “Iya,
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta