Pada saat ini, tetiba ponsel Yuna berdering.Mereka berdua saling bertatapan, lalu terdiam sejenak. Yuna mengeluarkan ponselnya. Dia pun terkejut ketika menyadari ada panggilan dari Delon.Padahal mereka baru saja membahas masalah laboratorium, sekarang Yuna malah ditelepon Delon. Sejak Yuna meninggalkan meninggalkan laboratorium, dia tidak pernah berhubungan dengan Delon lagi. Apalagi sebelumnya mereka pernah bertengkar parah lantaran Yuna ingin menghancurkan data penelitian. Jadi, kenapa Delon bisa menghubunginya?Setelah berpikir sejenak, Yuna baru mengangkat panggilan, “Pak Delon.”“Yuna, apa kamu punya waktu? Ada yang ingin aku obrolan denganmu … secara langsung!” Suara Delon sangatlah serius. Dapat terdengar suara ricuh dari ujung telepon. Sepertinya dia tidak sedang di laboratorium.“Kapan?” tanya Yuna.“Sekarang, apa kamu punya waktu?”Tak disangka Delon akan begitu buru-buru. Sepertinya ada hal serius yang ingin dia katakan.“Masalah apa?” tanya Yuna.“Emm ….” Sepertinya Delon
“Sudahlah, Pak Tua, kamu jangan cerewet lagi! Aku harus segera pergi sekarang, aku buru-buru!” Kepikiran Delon sedang menunggunya, Yuna harus segera pulang. Dia juga tidak sabaran ingin mengetahui apa yang telah terjadi.Entah kenapa Yuna memiliki firasat bahwa Delon mencarinya ingin membahas masalah Chermiko atau suatu rahasia yang berhubungan dengan laboratorium. Dengan berpikir seperti itu, langkah kaki Yuna semakin cepat lagi.“Eh, kunci, kunci mobil!” Juan membuang barang di tangan, lalu mengejar langkah Yuna. “Mobilmu sudah hancur seperti ini, bagaimana kamu bisa mengendarainya lagi! Bawa mobilku saja!”Yuna sungguh terharu. “Pak Tua ….”“Sudahlah, aku tahu! Pergi sana! Kamu memang keras kepala! Pokoknya kamu mesti sadar dengan apa yang kamu lakukan! Jangan lupa, kamu itu seorang anak perempuan, ada anak di dalam kandunganmu. Kenzi dan anak di dalam kandunganmu tidak bisa meninggalkanmu. Jangan berharap aku akan membantumu untuk membesarkan anakmu!”Meski Juan berbicara seperti i
Yuna segera pergi ke rumah sakit. Hanya saja, dia terlambat satu langkah. Saat Yuna tiba, Delon sudah dikabarkan meninggal dunia.Yuna pergi melihatnya sekilas. Wajahnya berlumuran darah. Wajahnya juga sudah rusak parah. Hanya saja, Yuna masih bisa mengenalinya. Saat ini, Delon memejamkan kedua matanya, tidak bisa mendengar suara di dunia luar. Dia juga tidak bisa merebut laptop dan juga data penelitiannya lagi.“Pak Delon ….” Suara Yuna terdengar gemetar. Dia mengulurkan tangannya. Jari tangannya tampak gemetar.“Apa kamu anggota keluarganya?” tanya dokter, kemudian menutup wajah Delon dengan kain putih.Yuna menggeleng. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Apa anggota keluarganya masih belum datang?”“Kami tidak menemukan ponselnya. Jadi, kami tidak bisa menghubungi anggota keluarganya. Apa kamu kenal dengan anggota keluarganya? Apa kamu bisa menghubungi mereka?”Waktu itu, dokter sedang sibuk menyelamatkan pasien. Saat Delon diantar ke rumah sakit, hanya ditemukan SIM di da
Yuna tidak tahu bagaimana dia meninggalkan rumah sakit. Hanya saja, saat Yuna mengangkat kepala menatap ke atas langit, dia merasa kliyengan.Laboratorium, wabah penyakit, Chermiko, Pak Delon …. Semua ini terlalu aneh!Yuna mulai ragu apakah dirinya bisa menangani masalah ini. Siapa pelaku di balik semua masalah ini? Siapa yang ingin membunuhnya? Siapa juga yang telah mencelakai Pak Delon dan juga Chermiko? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?Setelah dipikir-pikir, Yuna merasa semua ini pasti erat berkaitan dengan laboratorium.Yuna menarik napas dalam-dalam. Dia duduk di dalam mobil, lalu berpesan pada sopir, “Antar aku ke laboratorium.”…Mobil meninggalkan rumah sakit. Tak lama kemudian, Yuna tiba di depan gedung laboratorium yang familier dan asing baginya. Dia berdiri di depan pintu gerbang, tidak masuk ke dalam.Setelah masuk ke dalam laboratorium, Yuna tidak tahu apa yang sedang menunggunya di dalam sana. Hanya saja, sepertinya hanya tempat ini yang bisa memecahkan semua mist
Yuna malah tidak bergerak sama sekali. Si wanita pun tersenyum. “Aku Rainie, mungkin kamu tidak pernah bertemu denganku. Tapi, aku sering mendengar namamu.” Rainie terdiam sejenak, lalu menambahkan, “Akhirnya kita bertemu juga.”Setelah berpikir sejenak, Yuna pun duduk di bangku samping pengemudi. Namun, pengawal di depan sana malah merasa tidak tenang. “Nyonya ….” Sebab, mereka tidak bisa masuk ke dalam laboratorium.“Tenang saja, kalian tunggu aku di luar. Aku akan segera keluar.” Yuna mengangkat tangannya, lalu membalas.Rainie melirik ke sisi pengawal, lalu berkata dengan tersenyum, “Dengar-dengar Nona Yuna punya suami orang kaya. Pelayanan keluarga orang kaya memang berbeda, ya. Keluar rumah saja mesti dikawal, nggak kayak aku selalu ke mana-mana sendirian.”“Bisa keluar masuk laboratorium itu bukanlah orang biasa.” Terdapat makna tersirat di dalam ucapan Yuna.Ujung bibir Rainie melengkung ke atas. Dia menyalakan mesin mobil, lalu melaju ke dalam.Mobil diparkirkan. Namun, Rainie
“Aku sering berhubungan dengan Pak Delon. Meski ada sedikit perbedaan pendapat di antara kami, setidaknya dia itu seniorku. Penelitian ini adalah ide dan jerih payahnya. Wajar kalau aku merasa sedih,” balas Yuna dengan datar.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat penasaran. “Ada perbedaan pendapat? Dalam masalah apa?”“Soal penelitian.” Yuna juga memalingkan kepalanya untuk menatap Rainie.“Soal penelitian? Apa maksudnya? Bukannya kamu bilang penelitian itu idenya Pak Delon? Setelah didengar-dengar, aku merasa kamu sangat menghormatinya. Oh ya … bukannya kamu sudah keluar dari laboratorium?” tanya Rainie.“Iya.” Yuna mengangguk, lalu mengatakan, “Karena ada perbedaan pendapat di antara kami. Kalau dilanjutkan lagi, kami hanya akan selalu bertengkar saja. Jadi, aku memilih untuk pergi.”Rainie menunjukkan ekspresi kagetnya. “Perbedaan pendapat apa? Bukankah semuanya bisa diperbincangkan? Sekarang penelitian tergolong lancar. Dengar-dengar kamu orangnya hebat sekali. Atau
“Siapa? Apa aku kenal?” Rainie mengedipkan matanya.“Chermiko.” Yuna terdiam sejenak hendak melihat reaksinya. Kemudian, dia baru melanjutkan, “Dia juga anggota laboratorium ini. Seharusnya Nona Rainie kenal sama dia, ‘kan?”Rainie mengerutkan keningnya seolah-olah sedang berpikir dengan saksama. Kemudian, Rainie mengangguk dengan kuat. “Oh, aku ingat! Chermiko itu yang tinggi dan tampan itu, ‘kan? Sepertinya dia dijuluki sebagai dokter genius?”“Iya.” Yuna mengangguk.“Ada apa dengannya?” tanya Rainie kembali.“Aku juga ingin tahu.” Yuna mengamati ekspresi Rainie, lalu melanjutkan, “Dia sudah berhari-hari mengurung diri di dalam laboratorium. Ponselnya juga nggak bisa dihubungi. Apa dia masih melakukan penelitian di laboratorium?”Sembari menggeleng, Rainie pun memasang wajah lugu. “Emm … aku nggak tahu. Aku dan dia beda proyek. Kami jarang ketemu. Aku juga nggak tahu dia lagi di laboratorium atau nggak. Begini saja, gimana kalau aku bantu tanyakan?” Rainie kelihatannya sangat ramah.
“Kenapa? Jangan-jangan setelah Nona Rainie menikah, kamu akan memutuskan hubungan terhadap semua teman lawan jenismu?” Yuna bertanya kembali dengan nada ketus.Rainie membalas, “Aku ….”Belum sempat menunggu balasan Rainie, Yuna melanjutkan, “Oh, aku lupa, sepertinya Nona Rainie masih belum menikah, ‘kan?”“Bagaimana kamu bisa tahu aku masih belum menikah?” Rainie menyipitkan matanya. “Sepertinya ini pertama kalinya kita bertemu. Aku juga nggak pernah bahas masalah pribadiku.”“Nona Rainie juga sangat memahamiku. Kebetulan, aku juga sudah lama … mendengar namamu!” Yuna mengangguk, lalu menjawab.“Oh?” Rainie mengangkat-angkat alisnya merasa sangat kaget.“Kamu punya adik sepupu yang bernama Bella. Ibumu, Bu Susan, sengaja mengundang Chermiko untuk mengobatinya. Setelah dipikir-pikir, seharusnya kamu kenal sambil Chermiko?” analisis Yuna sembari mengamati respons Rainie.Akhirnya Rainie paham. “Semua itu kata Bella?”Yuna hanya tersenyum.“Kalau begitu, sepertinya kamu salah paham. Aku
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S