“Apa-apaan, sih? Aku cuma lagi berandai-andai kamu bisa jadi pejabat seperti Kak Edgar, bukan ingin menikah sama Kak Edgar. Kenapa malah marah!” Susan mendorong Fahrel, lalu menambahkan, “Lagi pula, Kak Edgar itu orangnya pendiam dan kolot, mana mungkin aku tahan buat hadapi dia!”Susan tidak boleh menyinggung suaminya sendiri. Bagaimanapun, hidupnya masih mengandalkan Fahrel.Setelah mendengar penjelasan sang istri, Fahrel tidak lagi terlihat muram seperti sebelumnya. “Betul juga, dia itu orangnya sangat keras. Entah bagaimana caranya dia bisa berdiri di posisi saat ini!”Fahrel menyesap anggur merah, lalu bertanya, “Oh ya, bagaimana dengan dokter genius itu? Apa semuanya sudah teratasi?”“Ngomong-ngomong masalah ini, tensi darahku langsung naik! Keponakan kesayanganmu tidak bersedia untuk menemuinya. Otaknya pasti sudah dicuci oleh Yuna.” Susan semakin membenci Yuna lagi. Entah sihir apa yang sudah dia berikan kepada Bella, alhasil Bella jadi begitu menuruti omongannya.“Yuna,” ulang
Lagi pula, bisa jadi bos memerintah bawahannya untuk mengikuti tender. Pihak perusahaan hanya perlu menyusun proposal saja, ‘kan?Fahrel melirik Susan sembari menggeleng. “Itulah … ibu rumah tangga memang tidak mengerti apa-apa! Apa kamu tahu kenapa Brandon ke luar negeri? Dari informasi tepercaya, telah terjadi sesuatu dengan pabriknya di Asia Selatan, sepertinya ada keracunan massal. Kita jangan bahas masalah apakah insiden di sana akan segera diselesaikan atau tidak, kamu tahu sendiri kondisi di Asia Selatan sangat kacau! Belum pasti dia bisa kembali dengan selamat!”Setelah dipikir-pikir, alangkah bagusnya jika Brandon tidak bisa kembali! Bahkan … akan lebih bagus jika dia meninggal di sana!Seandainya Brandon meninggal, internal Grup Setiawan pasti akan kacau. Pada saat itu, bisa jadi kesempatan akan jatuh ke tangan Fahrel. Kepikiran dengan kemungkinan ini, Fahrel pun langsung tersenyum lebar.“Kondisi Asia Selatan sangat kacau, untuk apa dia pergi sendiri? Bukankah dia bisa mengu
“Rainie, sudah jam berapa sekarang? Kenapa kamu masih melakukan eksperimen? Sejak kamu pulang, kamu tidak pernah tinggal di rumah. Bahkan Mama juga tidak pernah melihatmu!” omel Susan.Suara wanita di ujung telepon sangatlah datar. “Meskipun aku di rumah, memangnya kita bisa ketemu?”“Aku ….” Kali ini Susan tidak tahu harus menjawab apa.Betul juga, Susan juga jarang di rumah. Setiap harinya, dia pergi bermain mahjong, belanja, atau ke salon. Belakangan ini, dia juga disibukkan dalam masalah mencari dokter genius. “Kalau begitu, kamu bisa temani Mama untuk belanja atau nyalon bareng! Jangan selalu mengurung diri di laboratorium. Kalau kamu di sana terus, bagaimana ceritanya kamu bisa dapat pasangan? Sekarang kamu sudah tidak muda lagi, kamu harus memikirkan masalahmu! Apa ada lelaki yang lagi mengejarmu?”Ujung-ujungnya, Susan malah menanyakan masalah asmara putrinya.Tidak ada suara dari ujung telepon. Susan mengira panggilan sudah diakhiri. Dia melihat layar ponselnya, ternyata pang
Siapa sangka Rainie malah mengatakan, “Aku pernah mendengar namanya! Kamu bilang dokter genius itu adalah murid terakhir dari Pak Juan, apa ada buktinya? Sepengetahuanku, sampai saat ini nggak ada yang tahu siapa itu murid terakhir dari Pak Juan. Jangan-jangan dia itu penipu?”“Bukan! Bukan!” Susan langsung menjelaskan, “Tidaklah gampang bagiku untuk bisa mencari tahu informasi ini. Informasi ini pasti tepercaya! Selama ini Tuan Chermiko juga tidak pernah mengatakan dirinya adalah murid terakhir dari Pak Juan. Dia orangnya sangat merendah, tidak banyak orang yang bisa diobati olehnya. Dia pasti bukan penipu! Dia pernah mengobati sanak saudara dari teman-teman mahjongku!”Rainie terdiam sejenak.“Haish, sudahlah, jangan bahas masalah ini lagi! Anak itu memang tidak tahu diuntung!” Semakin dipikir-pikir, Susan merasa semakin marah lagi. Susan melambaikan tangannya tidak ingin mengungkitnya lagi.“Menurutmu, apa Bella nggak bersedia untuk diobati? Apa dia nggak ingin kurus?” tanya Rainie.
Lampu di dalam laboratorium menyala sepanjang malam. Saat langit mulai terang, Chermiko menguap, lalu melepaskan maskernya. Dia mencuci kedua tangannya, lalu berjalan keluar laboratorium sembari mengucek mata yang sudah tidak bisa dibukanya lagi.Chermiko sudah bergadang selama dua malam. Sekarang penelitian sudah mencapai tahap akhir. Dia merasa keberhasilan sudah di depan mata. Selama dua hari ini, Chermiko terus berpikir. Dia merasa berhubung Yuna bisa berhasil, itu berarti dirinya pasti bisa berhasil. Hanya saja, apa yang membuatnya kalah? Apa karena Yuna lebih cepat bergabung dalam penelitian ini? Atau karena dia lebih berpengalaman daripada Chermiko?Semakin sering Chermiko gagal dalam eksperimen, itu berarti semakin dekat pula dia dengan keberhasilan. Sepertinya Chermiko terlalu buru-buru hingga melupakan teori sesederhana ini.Dengan berpikir seperti ini, Chermiko semakin sering lembur di dalam ruangan eksperimen. Dia ingin menggunakan waktunya untuk mengecilkan jarak di antar
“Pak Delon, kamu tunggu sebentar. Kebetulan ada yang ingin aku tanyakan sama kamu.” Seusai berbicara, Chermiko segera membalikkan tubuh, berlari ke lantai bawah.Saat Chermiko sampai ke lantai satu, hanya tersisa Delon seorang diri. Tidak terlihat lagi bayangan tubuh wanita itu.“Chermiko, ada masalah apa?” tanya Delon dengan menyipitkan matanya.“Hanya masalah kecil dalam eksperimen saja ….” Chermiko mengintip ke belakang Delon, lalu bertanya, “Pak Delon, siapa orang itu? Apa dia juga anggota tim penelitian kita? Kenapa dia datang sepagi ini?”“Oh, dia juga salah satu anggota dari tim penelitian ini. Hanya saja, eksperimennya berbeda dengan eksperimen kita. Dia itu anggota tim proyek lain,” balas Delon dengan datar, “Itulah sebabnya kamu jarang bertemu sama dia. Apa yang ingin kamu tanyakan?”Chermiko mengangguk. “Ternyata begitu. Apa ada proyek lain selain eksperimen kita? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya? Proyek apa yang lagi diteliti?”“Chermiko, kamu juga sudah lama bergabung
Delon tersenyum dengan tidak berdaya. Jawabannya memang sesuai dengan dugaannya.Namun senyumannya itu membuat Chermiko merasa malu lantaran kedoknya terbongkar. Dia memang tidak pernah mengatakannya dengan jelas bahwa dirinya adalah murid terakhir dari Pak Juan. Hanya saja, semua orang di luar sana beranggapan seperti itu. Chermiko juga sengaja tidak melakukan klarifikasi. “Selama beberapa tahun ini kondisi tubuh Pak Juan tidak begitu baik. Itulah sebabnya dia tidak menerima tamu. Hanya saja, jika Pak Delon butuh bimbingannya, mungkin aku bisa bantu kamu untuk menanyakannya,” balas Chermiko setelah berdeham.Chermiko sedang mengisyaratkan kedekatan hubungannya dengan Juan. Dia memang tidak bisa membawa Delon untuk menemuinya, tapi dia bisa membantu Delon untuk menyampaikannya.“Benarkah?” Setelah mendengar ucapan Chermiko, Delon sungguh merasa kaget. “Bagus juga kalau begitu. Kebetulan aku ada beberapa pertanyaan. Chermiko, kalau kamu ada waktu luang, bantu aku tanyakan Pak Juan, ya.
Namun wanita itu sama sekali tidak peduli dengan Chermiko yang sedang emosi. Dia malah tersenyum. “Aku juga nggak kenal sama kamu, tapi … kita akan saling kenal setelah mengobrol nanti.”Chermiko kehabisan kata-kata.Sepertinya dunia sudah berubah! Sejak kapan nyali seorang wanita menjadi sebesar ini?Sebelumnya ada Yuna yang selalu menentangnya. Sekarang malah muncul wanita ini lagi. Kedua-duanya malah merupakan anggota laboratorium. Jangan-jangan semua wanita di laboratorium ini sudah gila?Tetiba Chermiko kepikiran dengan ucapan Delon tadi bahwa wanita ini sedang menjalankan penelitian proyek lain. Dia pun mulai menenangkan dirinya.“Oke, tapi tempat ini tidak cocok untuk mengobrol. Gimana kalau kita ganti tempat?” Chermiko melirik ke sekeliling. “Di dekat sini ada ….”“Nggak usah,” sela si wanita, “Di sini saja.”“Di sini?” Chermiko kembali melirik sekeliling. Area parkiran ini tidak tergolong jauh dari gedung laboratorium. Apalagi sekarang sudah mendekati jam masuk kerja, pasti ak
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta