Bibir hangat menempel di bagian tulang selangka, seolah-olah sedang mengingatkan Yuna akan kegilaan malam hari itu.Wajah Yuna seketika memanas. Dia mengangkat tangannya untuk mendorong wajah Brandon. “Kamu masih berani ngomong lagi!”Si lelaki yang mengenakan pakaian ini terlihat sangat dingin. Namun ketika di atas ranjang, dia langsung berubah menjadi seekor serigala yang tidak kenal kenyang. Yuna mengusap pinggangnya sendiri, spontan mengerutkan keningnya.Brandon yang didorong tersenyum dengan sangat lebar. Saat menyadari gerakan Yuna, dia langsung membantu mengusap pinggang Yuna. “Kenapa? Apa aku sudah menyakitimu?”Bukannya sakit, lebih tepatnya adalah pegal!Yuna tahu Brandon tidak mengerahkan seluruh tenaganya. Bahkan, Yuna sendiri juga mengendalikannya. Hanya saja, dia tetap tidak sanggup menerima “siksaan” Brandon.“Hmph!” Yuna berlagak marah supaya Brandon tidak bersikap semena-mena lagi.“Apa aku sudah menyakitimu?” Tiba-tiba Brandon menggendongnya, lalu mengusap perut keci
“Jangan mengalihkan pembicaraan!”Brandon menunjukkan senyum gembira. Dia tahu Yuna sedang pura-pura marah. Dia sungguh suka melihat sosok Yuna yang cemburuan. Jika tidak, Brandon bahkan mengira wewangian itu lebih berharga daripada dirinya.“Bulan lalu aku ketemu Pak Edgar dua kali. Waktu itu, kebetulan putrinya kirim pesan kepadanya. Aku tidak sengaja melihat foto profil putrinya.” Pada akhirnya, Brandon tetap menjelaskan dengan serius, “Jarang-jarang ada anak gadis menggunakan foto sesuram ini.”Yuna melirik Brandon sekilas, lalu menunduk untuk melihat ponselnya. Benar apa kata Brandon. Foto profil Bella memang agak suram. Yuna memperbesar gambar profil itu, ada gambar langit yang kelam dan tampaknya akan turun hujan lebat. Kemudian, tampak sebuah anjing kecil berada di dekat bunga kecil yang hancur, memberikan kesan kesepian dan keputusasaan.Setahu Yuna, Bella masih muda, mungkin hanya sekitar 17 tahun saja. Pada usia yang seperti ini, seorang gadis seharusnya ceria dan hidup tanp
Ck, lelaki ini semakin jago gombal saja! Hanya saja, Yuna menyukainya!Demi membalas si lelaki, Yuna meletakkan kedua tangan di atas pundak Brandon, lalu menatapnya dengan lembut. “Berhubung suamiku baik sekali, mana mungkin aku sebagai istrimu nggak pengertian?”“Emm?” Brandon mengangkat-angkat alisnya. Yuna yang seperti ini sungguh … menggoda.“Aku tahu dengan identitasnya. Tentu saja aku nggak akan bikin kamu merasa serbasalah!”Yuna juga tidak bodoh. Tentu saja dia tahu pramuniaga itu bisa menyetujuinya untuk membeli terusan itu karena ingin mempersulit Yuna. Hanya saja, dia tidak akan membuat pramuniaga itu kesampaian.“Patuh sekali!” Brandon mengusap hidup mancung Yuna, lalu menggendongnya naik ke lantai atas.Yuna pun terkejut. “Kamu mau ngapain?” Sembari berbicara, Yuna sembari merangkul leher Brandon lantaran takut akan jatuh.“Sudah malam. Sudah seharusnya kamu istirahat! Kita bicarakan lagi yang lain esok hari!”“Tapi aku masih belum balas pesan ….”“Kamu bisa balas di kamar
Yuna meletakkan jari telunjuk ke depan mulutnya, lalu tersenyum. “Nona Bella, kata siapa terusanmu ada di tempatku?”“Emm … kamu nggak usah tahu masalah ini!” Bella mengerutkan keningnya. “Kalau kamu berani melakukannya, masa kamu nggak berani mengakuinya!”Terdengar lagi suara dengus dingin. “Aku kira kamu akan mengandalkan kekuasaan lelakimu untuk bersikap arogan, eh ternyata kamu itu pengecut!”Menghadapi sindiran Bella, Yuna masih tidak marah sama sekali. Dia pun masih menunjukkan senyuman di wajahnya. Yuna meletakkan sendok, lalu mengangkat kepalanya menatap anak perempuan di hadapannya.Meski Bella hanya lebih muda beberapa tahun daripada Yuna, dia masih anak kecil si mata Yuna. Lebih tepatnya, anak kecil yang agak gemuk.“Aku juga mengira Nona Bella itu wanita pintar, nggak mungkin akan diperalat orang lain.”Bella mengerutkan keningnya menatap Yuna. “Apa maksudmu?”“Aku tebak kamu pasti diberi tahu sama pramuniaga itu. Katanya, jelas-jelas aku tahu terusan itu dibeli sama Nona
Setelah mengamati bahan, rajutan, dan bros dengan saksama, Bella tidak menemukan ada yang berbeda.“Kamu masih menyangkal!” Bella meletakkan terusannya dengan agak marah.Bella tidak menemukan ada yang berbeda. Terusan ini didesain atas kemauannya sendiri. Mana mungkin dia tidak menyadarinya?Yuna memegang salah satu ujung terusan, lalu berkata dengan tersenyum, “Nona Bella jangan marah dulu. Terusan ini aku beli dari toko, mungkin cara rajut dan modelnya sama persis dengan terusan kamu itu, tapi … ini bukan terusan yang kamu pesan itu.”“Kenapa kamu ….”“Terusanmu itu pasti masih di dalam toko!” Yuna memotong ucapannya, lalu melanjutkan.Ucapan Yuna langsung membuat Bella terdiam. Bella mengejapkan matanya, seolah-olah mengerti, tapi seolah-olah tidak mengerti.“Nona Bella, apa kamu sudah bayar uang muka untuk terusanmu itu?”“Tentu saja!”Bella sudah membayar uang muka sebesar 50%. Apalagi dengan postur tubuhnya yang agak gemuk, dia pun sengaja membuat terusan dengan ukuran yang agak
Bella sadar dengan penampilannya sendiri. Tentu saja dia tahu Yuna bukan sedang memujinya dengan tulus. Awalnya dia memiliki kesan lumayan bagus terhadap Yuna. Sekarang semuanya sudah menghilang.Sebenarnya Yuna tidak merasa kaget dengan perubahan sikap Bella yang tidak menentu. Orang yang sensitif memang seperti ini. Mereka bisa gembira atau marah akibat satu ucapan.“Aku bukan lagi menyindirmu. Aku hanya lagi jujur saja!” Yuna mengangguk dengan tulus. “Iya, tubuhmu memang nggak standar dan boleh dikatakan obesitas, tapi kamu memiliki kulit yang bagus dan putih. Jarang ada wanita yang memiliki kulit putih sepertimu. Kalau kamu kurus, sepertinya kamu akan menjadi cewek cantik.”Setelah mendengar analisis Yuna, sepertinya Yuna memang bukan sedang membual. Kedua mata Bella seketika berkilauan. Namun dalam sesaat, tatapan Bella menjadi muram.“Masalahnya aku nggak bisa kurus.”Selama beberapa tahun ini, Bella telah mencoba banyak cara. Dimulai dari olahraga, diet, ataupun cara lainnya, Be
Rasanya sungguh enak.Jujur saja, rasa kue blueberry ini tidak semanis dengan kue-kue yang dimakan Bella sebelumnya. Mungkin karena menggunakan yoghurt sebagai pengganti krim, jadi rasanya tidak begitu manis. Hanya saja, rasanya sungguh lezat bagi penggemar kue tar!Sejak gigitan pertama, Bella tidak bisa menahan dirinya untuk menyantapnya lagi.Namun saat ini, Yuna langsung menahan tangannya. “Sebentar!”Bella tertegun. Dia mengangkat kepalanya menatap Yuna dengan bingung. Jika sekarang Bella tidak diizinkan untuk makan, sepertinya dia akan marah.“Aku nggak bakal rebutan kue sama kamu. Tapi kamu janji sama aku, makan yang pelan! Kamu rasakan kelezatan dari kue ini, cicipi dengan perlahan ….”Bella tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Biasanya dia selalu disuruh makan yang cepat dan makan yang banyak. Terkadang dia memaksa dirinya untuk tidak boleh makan sama sekali. Tidak pernah ada orang yang menyuruhnya untuk mencicipi makanan dengan perlahan.Hanya saja, Bella menuru
Bella membalikkan tubuhnya berjalan pergi. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya membalikkan tubuhnya untuk menatap Yuna. “Oh ya, gimana kalau kamu ikut Tuan Brandon untuk menghadiri acara ulang tahunku minggu depan?”Sebelumnya, Yuna tidak berencana untuk menghadiri acara pesta itu. Namun sekarang dia sudah berubah pikiran.“Sebuah kehormatan bagiku!”Bella pun tersenyum lebar, lalu meninggalkan kafe.…Di institut penelitian pengobatan tradisional.Ruang laboratorium ini baru didirikan khusus untuk meneliti proyek Lead Time. Saat ini, orang-orang di dalam ruangan terlihat sangat sibuk dan tegang. Angka-angka di atas monitor tak berhenti bergerak. Reagen dalam tabung pengujian sedang diekstraksi dengan perlahan. Semuanya tampak berlangsung dengan teratur. Suasana di dalam ruangan sangatlah sunyi, hanya terdengar suara ringan dari komputer dan suara tetesan dari tabung. Terdapat tiga botol tabung di atas meja eksperimen. Ketika hitungan mundur di komputer berakhir, ekstraksi pun berak
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta