Yuna tahu ucapannya sangat tidak berarti. Hanya saja, dia tidak kepikiran kata-kata lain lagi.Brandon menggenggam erat tangan Yuna, menariknya untuk duduk di bangku sebelah. Kemudian, Brandon pun berkata, “Dia sudah tua.”Yuna terkejut.“Sebelumnya aku kira dia sangat bugar dan sangat bersemangat. Dia bisa menentangku, begitu memanjakan Om, dan merencanakan trik-trik licik itu. Aku menoleransi semua perbuatannya karena dia itu nenekku,” ucap Brandon dengan perlahan. Sepertinya dia sedang mengenang masa lalu.Yuna juga tidak memotong ucapannya. Jarang-jarang Brandon bersedia untuk mencurahkan isi hatinya. Dia pun mendengar dengan diam.“Dulu saat Kakek masih hidup, Kakek pernah bilang sama aku, Nenek itu banyak kekurangannya. Tapi ada satu hal yang paling dikagumi Kakek, Nenek sangat setia terhadap Keluarga Setiawan. Aku selalu mengingat ucapan itu. Aku tahu apa pun yang Nenek lakukan, dia tidak akan membubarkan Keluarga Setiawan.” Brandon menghentikan omongannya, lalu menghela napas p
“Aku tidak begitu jelas dengan hubungan mereka, tapi aku bisa memastikan Monica yang berada di rumah saat ini bukanlah Monica yang asli.” Brandon pernah berkunjung sekali. Dia pun yakin dengan pemikirannya.Dua hari lalu, Brandon berkunjung ke Kediaman Yukardi. Dia pergi untuk membujuk Steve untuk terakhir kalinya. Selain itu, dia pergi untuk memastikan dugaannya.“Maksudmu, Monica yang sekarang itu adalah Monica yang kita jumpai sewaktu di hotel waktu itu?”Brandon tersenyum. Istrinya memang pintar!“Pantas saja! Wibawa mereka berbeda sekali. Meski wajah mereka sangat mirip, tetap ada perbedaannya. Tapi, kenapa bisa ada Monica gadungan? Apa yang ingin dilakukan Monica?” Yuna sungguh tidak habis pikir. Jika Monica yang sekarang adalah Monica gadungan, di mana Monica yang asli?“Mungkin kita sudah salah duga. Monica yang sekarang barulah Monica yang asli. Monica yang memiliki wibawa yang sangat menekan itu barulah Monica gadungan?” Yuna berpikir sambil mengerutkan keningnya. Bisa jadi M
Ketika Steve kembali ke rumah Hanny, langit pun sudah gelap. Sekarang hanya ada gambaran ibunya sedang diselamatkan oleh dokter. Dia memabukkan dirinya, lalu pulang dengan bau alkohol di sekujur tubuhnya.Saat ini, Hanny sedang menunggu Steve di rumah dengan wajah muram. Apalagi ketika melihat Steve pulang dalam keadaan mabuk, Hanny semakin kesal lagi.“Kenapa kamu baru pulang sekarang? Aku sudah telepon berapa kali? Kenapa kamu nggak angkat telepon?”“Aku … nggak kedengaran.” Steve sedang minum di bar. Mana mungkin dia bisa kedengaran suara dering ponselnya? Lagi pula, Steve juga tidak memperhatikannya.“Kamu ke mana? Apa kamu pergi mengunjungi wanita itu lagi? Dia sudah nggak menginginkanmu lagi, apa perlu kamu mengunjunginya lagi!” Hanny sungguh tidak gembira.Sebenarnya semua gerak-gerik Steve berada di bawah pantauannya. Saat mendengar Steve pergi ke rumah sakit, Hanny pun merasa tidak gembira. Hanya saja, tak disangka dia akan pulang semalam ini, apalagi pulang dengan keadaan mab
“Aku ….” Steve kehabisan kata-kata. Dia lalu berkata, “Aku tahu, cuma … hatiku nggak nyaman.”“Kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu bisa nangis. Kamu bisa lakukan apa pun di hadapanku!” Hanny memeluk Steve dengan perlahan, lalu berkata dengan lembut.…Keesokan paginya.Saat Steve masih belum bangun, dia pun kedengaran suara ricuh di bawah sana. Dia segera bangun dan berjalan ke balkon. Tampak para pembantu sangat buru-buru, entah apa yang sedang disibukkan mereka.Steve membungkus tubuhnya dengan pakaian, lalu bergegas berlari ke bawah. Tampak ada 2-3 pembantu vila sedang membungkus sofa dan meja tamu dengan kain. Steve pun segera bertanya pada salah satu di antara mereka, “Apa yang sedang kalian lakukan?”“Semua ini pesan dari Nona. Katanya rumah ini tidak akan ditempati dalam waktu lama. Jadi, kami disuruh untuk membungkusnya.”“Dalam waktu lama ….” Semalam Steve mabuk parah, kepalanya masih terasa sakit saat ini. Hanya saja, dia samar-samar kepikiran dengan ucapan Hanny semalam. Di
Ketika mendengar adanya suara langkah kaki, Hanny langsung memalingkan kepalanya, tampak Steve sedang berdiri di belakang sana. “Apa aku sudah membangunkanmu?”Melihat Steve sedang terkaku di tempat, Hanny pun melanjutkan, “Bagus juga, biar kamu saksikan momen berharga ini.”Monica mengatur napasnya. Dia mengangkat kepalanya, lalu menunjukkan senyuman di wajahnya.Senyuman itu membuat Hanny merasa kesal. “Kenapa kamu tersenyum?”“Aku tersenyum karena kamu bodoh!” Monica lalu melanjutkan, “Kamu kira dia benar-benar suka sama kamu?”“Tentu saja!” jawab Hanny dengan percaya diri.Hanny sudah bertanya berkali-kali terhadap Steve. Dia juga sudah memberi jawaban pasti. Steve mencintainya, tentu saja Steve mencintainya!“Kamu lucu sekali! Apa kamu nggak becermin? Apa ada yang bisa membuat dia cinta sama kamu? Selain wajah yang mirip sama aku, kamu nggak punya apa-apa lagi!” sindir Monica sambil mengamati tubuh Hanny. “Kamu nggak pintar dalam apa-apa. Kamu hanya pernah melakukan beberapa peker
Hanny memang berpikir seperti ini. Sejak dulu, Hanny sudah takut terhadap Monica. Bagaimanapun, sejak kecil dia hidup di bawah bayangan Monica. Hanny tidak takut jika menaruh racun untuk memperburuk kondisi tubuhnya. Namun, jika membunuh Monica secara langsung, jujur saja … Hanny tidak berani.Hanny takut Steve akan meninggalkannya. Jika ada aib di tangan Hanny, dia akan selamanya dikendalikan oleh Hanny. Steve tidak akan bisa meninggalkannya lagi. Ini namanya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.“Nini ….” Steve merasa ragu dan juga tidak berani.“Kenapa? Kamu nggak tega?” tanya Hanny dengan sengaja. Dia berlagak menunjukkan wajah marah. “Apa kamu nggak cinta sama aku? Kamu cintanya sama dia? Jadi, kamu nggak tega untuk habisi dia?”“Bukan, Nini, aku cinta sama kamu! Tapi ….” Steve ingin sekali membuang mangkuk obat ini.Melihat sosok Steve yang ragu, Hanny melembutkan suaranya, “Aku tahu bukannya kamu nggak tega. Tenang saja, aku sudah mengaturnya dengan baik. Setelah dia menin
Betul, bukankah Hanny menyuruh Steve demi memegang aibnya? Setelah Steve turun tangan, aib Steve membunuh orang akan digenggam erat Hanny. Jika dia tidak mendengar ucapan Hanny, bisa jadi Hanny akan mengancam untuk membocorkannya?Steve kepikiran dengan masalah beberapa hari lalu. Waktu itu, Hanny begitu keras kepala bagai kehilangan akal sehatnya saja. Bagaimana jika Steve dikendalikan oleh Hanny nantinya? Sepertinya Steve akan sesak napas.Seketika Steve membalikkan tubuhnya, lalu berkata dengan Hanny, “Hanny, gimana kalau kita lepaskan dia saja? Gimanapun dia itu kakak kandungmu! Gimana kalau kita bawa dia kembali ke Kediaman Yukardi? Kamu bisa kurung dia di pulau. Lagi pula, bukankah kamu merasa membunuhnya sekarang malah terlalu menguntungkannya? Kamu bisa menyiksanya agar dia merasakan semua yang pernah kamu rasakan sebelumnya.”“Kamu gila, ya!” Tiba-tiba emosi Hanny meledak. “Bawa dia kembali ka pulau? Bukankah Papa Mama bakal cari cara buat sembuhin dia? Sejak kecil, orang tuak
Mereka berdua spontan merasa kaget. Tangan mereka bahkan tertegun.Monica langsung mengibaskan tangannya menjatuhkan mangkuk dari tangan Hanny. Seketika terdengar suara keras dan mangkuk langsung pecah menjadi berkeping-keping.“Apa yang terjadi? Apa mereka sudah bosan hidup!” Hanny langsung berjalan keluar kamar dengan emosi tinggi. Dia mengira pembantu sedang berbuat onar di luar sana.Alhasil, baru saja Hanny berjalan keluar pintu kamar, sesuatu memelesat dan membuat bagian dada Hanny terasa sakit. Dalam sesaat, Hanny langsung melayang ke belakang.“Prang …. Plak!” Terdengar suara dentuman keras.“Nini!” Steve syok. Melihat Hanny ditendang masuk ke kamar, dia segera berlari untuk memapah Hanny. Ketika Steve melirik ke depan pintu, hatinya seketika terasa sesak. Dia dan bahkan Hanny juga ditendang melayang ke belakang.Kamar ini terlalu kecil. Mereka berdua tidak memiliki banyak ruang untuk bergerak. Alhasil, mereka berdua ditendang hingga menabrak dinding di belakang.“Uhuk uhuk uhu
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon