Begitu pintu kamar dibuka, tercium bau lembab dan tidak sedap dari dalam kamar. Steve spontan menutup hidungnya, lalu tampak gambaran yang sangat mencengangkan.Di dalam ruangan yang gelap ini ada seseorang sedang berbaring di atas ranjang. Berhubung pencahayaan di dalam ruangan tidak begitu bagus, Steve tidak bisa melihat jelas wajah orang itu. Hanya saja, Steve bisa menebak siapa wanita itu.“Kakakmu?” tanya Steve sambil memalingkan kepalanya menatap Hanny.Suara Steve tidaklah besar, tetapi bisa terdengar oleh Monica yang sedang mengantuk. Dia pun mengerutkan keningnya. “Siapa?!”Melihat Steve sekilas, Hanny pun tersenyum dan berjalan maju beberapa langkah. “Kak, tentu saja aku. Memangnya siapa lagi yang bakal jenguk kamu?”“Apa kamu merasa kamu sudah menang?” tanya Monica dengan tersenyum sinis.“Bukan perasaanku, tapi kenyataannya aku memang sudah menang. Memangnya bukan, ya? Kak, jangan-jangan kamu kira kamu yang sekarang masih bisa mengalahkanku? Jangan bodoh! Nyawamu ada di tan
“Aku juga nggak bakal hidup selamanya seperti ini. Tapi berbeda dengan kalian berdua, selamanya kalian berdua akan jadi pecundang!”Monica menyindir mereka seolah-olah mereka barulah pihak yang kalah. Tatapan Monica masih terlihat tajam. Meskipun kondisinya sudah seperti sekarang, dia masih tidak mengalah.Steve sungguh terkejut dengan ucapan Monica.Betul! Steve hanyalah seorang pecundang. Sejak kecil, dia selalu dimanjakan oleh ibunya, tetapi ayahnya tidak begitu menyukainya. Namun sekarang Steve sadar dia bukanlah anak kandung ayahnya, tidak memiliki hubungan darah dengan Keluarga Setiawan. Pantas saja ayahnya tidak mungkin akan menyerahkan kekuasaan ke tangannya.Sejak awal, Steve bahkan tidak berhak untuk berebut kekuasaan. Dia malah terus menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Sekarang dirinya malah menjadi lelucon di mata orang lain.Pada akhirnya, bahkan ibu yang paling menyayanginya juga sudah mencampakkannya. Steve tidak memiliki apa-apa lagi. Dia hanya bisa hidup dengan b
Steve mengangguk. “Gembira! Tentu saja aku merasa gembira! Hanya saja, aku merasa ucapannya betul. Aku adalah seorang pecundang!” Steve menundukkan kepalanya melihat kedua tangannya. Dia tidak pernah merasa gagal seperti ini. “Kamu jangan dengar ucapan dia!” Hanny mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan tidak senang, “Sekarang dia hanya bisa berbicara saja. Lagi pula, sejak kapan kamu itu pecundang? Setidaknya sekarang kamu masih bisa berdiri di sini, sedangkan dia malah cuma bisa berbaring di atas ranjang. Dialah yang pecundang!”“Sekarang aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Tentu saja aku itu pecundang!” ucap Steve dengan lara.“Kata siapa kamu nggak punya apa-apa. Kamu masih punya aku!” Hanny menyuap sepotong apel ke mulut Steve. Dia mengerutkan keningnya mengisyaratkan Steve untuk menggigitnya, baru tersenyum. “Lagi pula, gagal itu cuma sesaat saja. Sekarang kamu memang nggak punya apa-apa, nggak berarti kelak kamu juga nggak punya apa-apa.”“Sejak aku dilahirkan, bahkan nyawak
Selama beberapa hari ini, ini adalah kali pertama Steve bisa tidur dengan tenang. Sebab, dia sedang tidur di rumahnya Hanny. Anggota Keluarga Setiawan tidak mungkin bisa menerobos ke dalam.Hanya saja, Steve sungguh bingung dengan wanita yang tidur di sampingnya. Wanita berparas indah ini tertidur dengan sangat lelap. Dulu, Steve mengira Hanny mirip dengan seekor kelinci yang patuh dan lembut. Namun setelah melihat sosok Hanny tadi, dia merasa dirinya masih tidak begitu mengenali Hanny. Hanny lebih sulit ditebak daripada yang dibayangkan.Dulu Steve mengira dirinya tidak bisa memahami Monica, ternyata Hanny lebih sulit untuk dipahami. Kepala Steve terasa sakit ketika melihat wajah mereka berdua.Setelah bangun tidur, Steve pergi ke depan balkon untuk merokok. Dia merasa galau dengan masa depannya.Benar! Sekarang Steve memang sudah bersama dengan Hanny. Itu berarti setengah kekayaan Keluarga Yukardi telah menjadi miliknya. Apa mungkin Steve masih bisa bangkit kembali?…Berhubung Steve
“Tentu saja,” balas Hanny dengan suara lantang, “Aku adalah orang yang akan menepati janjiku. Aku nggak mirip kalian, bahkan tega menjebak anggota keluarga sendiri.”Hanny melirik Brandon sekilas, lalu melanjutkan, “Berhubung kalian tidak menganggapnya sebagai anggota Keluarga Setiawan lagi. Aku rasa pernikahan kami tidak ada hubungannya dengan kalian. Kelak, aku harap Tuan Brandon tidak datang menggangguku lagi. Aku sangat sibuk!”Setelah itu, Hanny berdiri, lalu menjulurkan tangannya mengisyaratkan Brandon untuk pergi.Namun, Brandon malah masih duduk dan tidak bergerak sama sekali. Dia berkata dengan tersenyum, “Jarang-jarang Nona Monica begitu membelanya. Tapi bukankah lebih bagus jika orang yang bersangkutan langsung mengungkapkan pemikirannya?”“Dia juga tidak ingin bicara dengan kalian. Kalian juga tidak berhak untuk bicara dengannya!” ucap Hanny dengan galak, “Pulang sana!”“Kalau tidak ingin, apa mungkin dia akan bersembunyi selama ini? Benar bukan, Om?” Ketika berbicara kalim
“Iya, aku bakar rumahku sendiri, apa hubungannya sama kamu!” Steve merasa ucapan Hanny sangat masuk akal. “Sekarang aset-aset itu masih atas nama aku. Meski kamu ingin mengambil kembali, kamu juga harus menjalankan prosedur secara hukum.”Melihat sikap percaya diri Steve, Brandon pun tersenyum. “Jangan-jangan kamu nggak tahu, meskipun rumah sendiri, melakukan pembakaran secara sengaja juga melanggar hukum?”“Apa kamu punya bukti dia membakar dengan sengaja. Jelas-jelas rumah itu kebakaran sendiri. Rumah itu juga aset Steve. Dia juga sakit hati!”Entah kenapa Monica yang hari ini terus membela Steve. Hanya saja, Brandon tidak terasa aura menekan dari dirinya.“Nona Monica, apa kamu bersikeras ingin ikut campur dalam masalah Keluarga Setiawan?” Brandon tidak lagi tersenyum. Kelihatannya masalah semakin serius saja.Hanny menggerakkan jari tangannya, lalu berkata, “Aku tidak tertarik dengan urusan keluarga kalian. Tapi aku akan ikut campur dalam masalah calon suamiku!”Tidak dipungkiri, S
Steve tidak bisa membayangkan kehidupan selanjutnya.Selain itu, Steve juga mengerti maksud kalimat terakhir Brandon tadi. Maksudnya, jika Steve masih ingin menjadi pamannya, dia akan selalu menjadi pamannya. Semuanya masih bisa dirundingkan setelah kembali ke Kediaman Setiawan? Jangan-jangan mereka bersedia untuk mengampuni Steve?Jujur saja, Steve tidak berani untuk percaya. Hanya saja, dia ingin mencoba … dia ingin bertaruh.“Aku ingin kembali ke Kediaman Setiawan.” Steve memegang tangan Hanny, lalu berkata.Hanny yang tadinya tersenyum gembira tiba-tiba terbelalak. “Apa kamu sudah gila? Mereka sudah mengusirmu. Mamamu juga nggak menginginkanmu lagi. Kenapa kamu masih mau pulang? Apa kamu ingin dihina lagi?”“Bukan, aku mau memastikan sekali lagi,” ucap Steve sambil menundukkan kepalanya.“Apa yang ingin kamu pastikan? Apa kamu masih ingin pastikan kamu itu anak kandungnya atau bukan? Atau pastikan apa mamamu sudah mengkhianatimu atau nggak? Bukankah dia sudah mencelakaimu hingga se
Steve tahu Hanny tidak mengerti apa maksudnya. Jadi, Steve juga terpaksa mengikuti kemauannya dan tidak membujuknya lagi.Lingkungan hidup Hanny memang agak istimewa, berbeda dengan manusia normal. Sejak kecil, dia tidak memiliki teman. Wajar kalau dia tidak merasa kekurangan.Apalagi ini adalah pertama kalinya Hanny merasakan perasaan cinta dari diri Steve. Dia pun tidak ingin melepaskan Steve.Boleh dikatakan bahwa perasaan ini adalah satu-satunya yang diinginkan Hanny selama bertahun-tahun. Hanny hidup sebatang kara dan tidak memiliki apa pun. Sekarang ada Steve yang bersedia untuk menerimanya, tentu saja dia tidak akan melepaskan tangan Steve. Dia bahkan ingin mengikat Steve di tubuhnya. Sebab, jika Hanny kehilangan Steve, sepertinya dia akan jatuh ke jurang dan tidak bisa bangkit lagi.Sikap keras kepala Hanny membuat Steve merasa sesak napas.…Amara masuk rumah sakit.Berhubung usia Amara sudah tinggi, ditambah lagi dia terus menerima pukulan yang bertubi-tubi, dia pun tidak san
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat