Share

Part 4

last update Last Updated: 2021-06-22 18:50:43

Ibu Jaka memeluk erat Wati saat tiba di kontrakan Jaka dan Wati. Padahal ibu Jaka tidak begitu kenal dengan Wati. Beliau hanya mendengar tentang Wati dari Jaka anaknya. Beliau percaya kali ini anaknya tidak akan salah memilih istri. Wati tidak pernah berani menghubungi ibu Jaka, karena dia takut ibu Jaka sedang bersama istri pertama Jaka. Jaka pernah bilang ibu Jaka sering bersama istri pertamanya.

 

"Ibu senang akhirnya bisa tiba di sini." Ibu terlihat sangat bahagia. Jaka tersenyum melihat ibunya. Sudah lama dia tidak melihat ibunya seperti itu.

 

"Ibu pasti capek. Ibu istirahat saja dulu!" Ajak Wati, setelah mencium tangan ibu mertuanya itu.

 

"Tidak... Tidak... Ibu mau ngobrol banyak denganmu dan ibumu. Ibu sudah terlalu banyak tidur di bis." Ibu kemudian duduk di sofa. Wati masuk ke dapur dan kembali dengan teh hangat dan sepiring cake marmer buatannya. Jam menunjukan pukul 10.00 pagi. "Lastri, aku ngga nyangka kita jadi besan." Ucap ibu Jaka kepada ibunya Wati. "Kalau aku tau Wati anak gadismu, aku pasti langsung datang ke rumahmu melamar anak gadismu."

 

"Semua sudah terjadi. Aku tidak keberatan anakku jadi istri kedua anakmu. Bagiku yang penting dia bahagia." Jawab ibu bijak.

 

Ibu Lastri ibu dari Wati adalah teman satu pengajian dengan ibu Ratna ibu dari Jaka. Hanya saja mereka tidak pernah ngobrol akrab selama mengikuti pengajian. Hanya saling tau nama saja dan ngobrol masalah pengajian.

 

Bu Lastri cukup terkenal di Pengajian karena beliau Qoriah. Beliau sering mengisi acara Maulid dan Isra Mi'raj untuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Namun, bakat ibunya itu tidak menurun pada Wati, hanya menurun pada Rahman. Walau begitu, Wati semasa sekolah sering disuruh mengisi acara Maulid dan Isra Mi'raj juga sama seperti ibunya. Hal itu lah yang membuat Jaka semakin terkagum-kagum pada Wati.

 

*****

 

Jaka merebahkan diri di pangkuan Wati, hampir setiap sebelum tidur Jaka melakukannya.

 

"Apa kamu merindukan Abang?" Tanya Jaka.

 

"Abang sudah tau jawabannya." Jawab Wati lembut sambil mengusap rambut suaminya.

 

"Ma'afkan abang ya Sayang."

 

"Abang tidak perlu minta ma'af." Jawab Wati sembari menahan tangis.

 

"Abang sangat rindu padamu, pada Aditya, dan pada anak abang ini." Jaka bangkit dan mengelus-ngelus perut Wati. Akhirnya tangis Wati pecah. "Kenapa menangis?" Jaka terlihat khawatir. Disekanya air mata yang melewati pipi Wati. Dipeluknya tubuh istrinya. "Abang sangat sayang sama kamu Wati. Abang tidak tahan melihat kamu menangis seperti ini."

 

"Wati minta ma'af Bang. Wati minta ma'af." Ucapnya sambil terus menangis.

 

"Ma'af kenapa?"

 

"Wati belum bisa terima kenyataan kalau Abang punya wanita selain Wati." Tangis Wati semakin kencang.

 

Jaka menghela nafas panjang. Dia tidak bisa berkata apa-apa, matanya basah. "Akulah yang seharusnya meminta ma'af padamu Wati." Batinnya. Kemudian Jaka permisi ke kamar mandi. Dia melepaskan semua kesedihannya di kamar mandi. "Ya Allah, kenapa hamba begitu jahat kepada Wati? Dia perempuan yang baik. Apa dia pantas mendapat perlakuan seperti ini? Apa langkah hamba untuk menikahinya adalah sebuah kesalahan?" Jaka penuh tanya, air matanya tumpah.

 

Jaka sangat menyayangi Wati, apa lagi sekarang Wati sedang mengandung buah cinta mereka yang dari hasil USG berjenis kelamin laki-laki.

 

Jaka tidak menyangka, ibunya sangat menyukai Wati. Jaka tau dari dulu, kalau Wati akan jadi menantu idaman, karena Wati perempuan yang baik, dia berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang pernah Jaka kenal. Namun, Jaka tidak menyangka, jalan hidup perempuan hebat itu harus hancur di tangannya. Hancur karena keegoisannya.

 

"Abang!!!" Panggil Wati dari luar kamar mandi. Buru-buru Jaka menyeka air matanya dan mencuci mukanya. "Abang!!!" Ulang Wati karena tidak ada jawaban dari Jaka. Jaka membuka pintu. "Abang kenapa?" Selidik Wati.

 

"Tidak apa sayang. Ayo ke kamar lagi. Abang pengen nengok anak Abang." Goda Jaka sambil memeluk Wati dari belakang. Wati tersipu malu.

 

*****

 

Wati menyiapkan masakan untuk dijual di warungnya. Jam masih menunjukkan pukul 04.00. Semua tungku kompor gasnya menyala. Ada enam tungku kompor di dapur itu. Rambut Wati nampak basah, dia tidak menggunakan hijabnya.

 

"Masak apa Wati?" Tanya Bu Ratna mertuanya membuat Wati terkejut.

 

"Ini lagi masak ayam cabe ijo Bu buat nanti di warung." Jawab Wati sembari mengaduk ayam yang ada di penggorengan.

 

"Apa kamu terbiasa bangun jam segini?"

 

"Iya Bu."

 

"Beda sekali sama Lintang." Bu Ratna menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan. "Ibu tidak mengerti kenapa Lintang itu begitu pemalas. Padahal awal-awal menikah sebelum ibunya ikut tinggal dengan dia, dia terlihat begitu baik. Eh, lama-lama sifat aslinya muncul." Keluh bu Ratna.

 

"Kata bang Jaka Lintang istri yang baik Bu. Katanya dekat sama Ibu." Wati merasa kaget dengan keluhan ibu mertuanya.

 

"Begitulah Jaka. Dia mana mau istrinya terlihat jelek di mata orang lain. Dia selalu memuji istrinya. Ibu juga sebenarnya ngga mau ikut campur sama rumah tangganya, hanya saja bagaimana mungkin ibu tidak kesal punya menantu yang semaunya saja."

 

"Ibu yang sabar ya... Walau bagaimana dia pilihan bang Jaka." Wati tidak ingin memperpanjang obrolan tentang Lintang istri sah suaminya.

 

"Karyawanmu jam berapa biasanya datang?"

 

"Jam 7 Bu."

 

"Jadi ngga bantu masak ya?"

 

"Mereka sudah nyiapin semua yang mau di masak sebelum pulang Bu. Jadi Wati tinggal masak saja. Mereka yang nyiapin warung."

 

"Kata Jaka warungmu ngga pernah sepi."

 

"Alhamdulillah Bu. Ini berkat Ibu juga yang mau pinjamin modal. Alhamdulillah tiga bulan kami sudah bisa balikin."

 

"Itu uang Jaka juga Wati. Kalau untuk sehari-hari dan adik-adik Jaka, kan kami ada usaha ponsel beberapa cabang di sana. Ya lumayan hasilnya bisa kuliahin adeknya Jaka sampai selesai. Tinggal si bungsu yang masih SMA."

 

Jaka tiga bersaudara, dan Jaka anak pertama. Adiknya anak kedua perempuan baru saja lulus S1 Kedokteran. Si bungsu laki-laki kelas XII SMA.

 

*****

Related chapters

  • Istri Kedua   Part 5

    "Abang... Wati keluar air terus Bang." Beritahu Wati ke Jaka yang baru pulang dari Masjid untuk shalat subuh."Maksudnya?" Jaka terkejut."Mau lahiran Bang.""Ya sudah, ayo berangkat." Jaka langsung menggandeng Wati menuju mobil."Abang, tunggu dulu!""Ada apa lagi sayang?" Jaka terlihat panik."Ibu dan Adit. Tas juga Bang.""Iya... Iya... Kamu masuk mobil aja dulu!" Wati pun menuruti perintah Jaka. Jaka kebingungan apa yang mau dia lakukan. Dia mondar-mandir di depan mobil."Abang!!! Abang kok malah mondar-mandir?" Jaka tidak menoleh sedikit pun. Wati akhirnya keluar dari mobil. Dia berdiri tepat di hadapan Jaka. "Abang...!!!""Ma'af... Ma'af... Abang bingung Wati.""Ya sudah, Abang tunggu di si

    Last Updated : 2021-06-22
  • Istri Kedua   Part 6

    Tangis si kecil membuat ramai suasana di rumah Wati dan Jaka. Sampai-sampai Jaka enggan pulang ke rumah istri pertamanya, begitu pula ibunya."Abang ngga boleh begitu! Abang harus pulang! Sudah waktunya Abang bersama istri pertama Abang." Ucap Wati. Jaka memeluk Wati dari belakang. Wati sedang menyusui si kecil. "Abang... Abang harus bersikap adil.""Abang akan sangat merindukan kamu dan anak-anak kita. Abang masih ingin di samping Habibi." Jaka mengecup pipi Habibi, anaknya yang baru berusia dua bulan."Abang... Abang perginya cuma sepuluh hari.""Abang akan sangat merindukan kalian." Jaka mengecup kening Wati.*****Jaka gelisah, tidak bisa tidur. Jam dinding menunjukkan pukul empat dini hari. Ini hari pertama dia bersama istri pertamanya. Seharian pikirannya disita oleh Habibi anak laki-lakinya.

    Last Updated : 2021-06-22
  • Istri Kedua   Part 7

    Humaira tertidur di dalam pelukan Jaka. Diletakkannya Humaira di atas kasur dalam kamar bu Ratna. Di tatapnya gadis kecil itu. Gadis kecil yang tidak berdosa. Air mata Jaka jatuh."Jaka, apa yang terjadi?" Ibu Ratna mengagetkan Jaka. Buru-buru Jaka mengusap air matanya. "Bagaimana bisa Humaira kamu bawa ke sini?""Jaka ribut sama Lintang Bu.""Tapi, apa harus kamu memisahkan Humaira dengan ibunya? Walau bagaimana Lintang itu ibunya, yang melahirkannya. Apa kamu tidak kasian pada Lintang dan Humaira?""Jaka tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Lintang Bu. Jaka lelah Bu." Jaka memeluk erat kaki ibunya. Tangisnya pecah."Humaira akan kebingungan saat dia terbangun nanti Jaka. Akan ada banyak pertanyaan dipikirannya. Anak sekecil ini tidak seharusnya merasakan kebingungan Jaka.""Jaka minta maaf atas sikap Li

    Last Updated : 2021-06-23
  • Istri Kedua   Part 8

    "Ibu, Siapa perempuan yang tinggal dengan Mas Jaka di sana?" Tanya Lintang ke ibu Ratna."Tentu saja istri sahnya." Jawab bu Ratna sedikit emosi."Apa maksud Ibu? Jadi selama ini mas Jaka membohongi aku? Selama ini dia punya istri selain aku? Sejak kapan Bu? Sejak kapan?" Lintang sangat marah."Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Jaka?""Aku tidak mau ribut di telepon dengan mas Jaka. Tolong jawab aku Bu!!!""Jaka menikah lagi dua tahun yang lalu.""Jadi Ibu merestui anak Ibu selingkuh dari aku?""Seandainya aku bisa menyuruh Jaka menceraikanmu, aku akan menyuruhnya menceraikanmu Lintang." Jawab bu Ratna kesal."Aku tau, dari awal Jaka mengenalkanku pada Ibu dan Bapak, Kalian tidak suka padaku. Aku tau rumah yang aku tempati itu Jaka bangun untuk Wa

    Last Updated : 2021-06-29
  • Istri Kedua   Part 9

    Lintang gelisah menunggu Dito di Cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Bolak-balik dilihatnya layar di Handphone IPhone 11 Pro berwarna putih miliknya, menunggu pesan dari Dito, karena tidak biasanya Dito terlambat."Kemana mas Dito? Tidak biasanya dia membuat aku menunggu selama ini." Batin Lintang."Sayang, maaf aku datang terlambat." Suara Dito mengagetkan Lintang. Laki-laki berkulit kuning langsat, berwajah tampan, dengan tinggi 175 cm dan berat 75 kg. Dito mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua dan celana berbahan jeans berwarna biru muda."Kenapa lama sekali?" Rengek Lintang."Macet sayang. Kan ini malam Minggu.""Iya... Iya..." Jawab Lintang merajuk."Kamu juga ngga kaya biasanya pake ngga mau dijemput segala.""Kan Lintang sudah jelaskan ke mas alasannya."

    Last Updated : 2021-06-29
  • Istri Kedua   Part 10

    Lintang uring-uringan di dalam kamarnya. Dia kesal karena Dito tidak membalas pesannya, bahkan telepon darinya pun tidak diangkat."Apa sih maunya mas Dito? Apa dia benar-benar mau melepasku? Mau hidup pakai apa dia kalau tidak dapat uang dari aku?" Kesal Lintang."Bunda... " Teriak Humaira mendekati Lintang yang sedang kesal."Mau apa ke sini?" Tanya Lintang kesal."Bunda kenapa marah?" Wajah Humaira yang tadinya ceria berubah jadi sedih."Keluar sana, jangan ganggu Bunda!!!" Teriak Lintang. Humaira langsung berlari keluar, dia sesenggukan."Ada apa sayang?" Tanya bu Gita neneknya."Bunda... Marahin Humaira nek... padahal Humaira... Humaira... Humaira ngga tau salah apa." Jawabnya terputus-putus sembari terus menangis sesenggukan."Jangan nangis lagi y

    Last Updated : 2021-06-29
  • Istri Kedua   Part 11

    Jaka duduk di tepi ranjang, dia nampak gelisah ingin mengungkapkan maksud kedatangannya kepada Lintang. Lintang sedang berada di kamar mandi membersihkan diri.Lintang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan Lingerie berwarna ungu tua, dengan belahan dada sampai ke perutnya. Warna lingerie itu kontras dengan warna kulitnya. Jaka tertegun melihat keseksian Lintang. Lintang langsung menyambar bibir Jaka. Jaka beku dibuatnya."Ayah... Ayah kok diam?" Tanya Lintang lembut. Wangi parfum yang dipakai Lintang sangat menggoda Jaka. Wangi parfum favoritnya. Jaka masih beku. "Ayah... Bunda kangen bercinta sama Ayah. Ayah tidak kangen sama Bunda?""Bunda... Maaf. Ayah ingin bicara serius." Jaka berusaha tersadar. Walau pun celananya sudah penuh sesak."Bicaranya nanti saja ya Yah." Lintang melepaskan satu persatu kancing kemeja yang dipakai Jaka. Lintang duduk di pangkuan Jaka

    Last Updated : 2021-06-29
  • Istri Kedua   Part 12

    Wati dan karyawatinya menyiapkan warung makan yang ada di depan rumahnya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Semua meja dan kursi sudah tertata rapi. Makanan untuk prasmanan sudah siap di atas meja."Wati!" Panggil seorang laki-laki yang memasuki warungnya. Laki-laki berbadan tinggi 168cm berat 60kg, berkulit putih, berwajah tampan. Dua orang karyawati Wati terpana melihat ketampanan laki-laki yang baru saja memanggil Wati. Sedangkan Wati terdiam membisu. Jantungnya serasa terhenti berdetak. "Boleh aku bicara berdua sama kamu?""Mau apa ke sini?" Tanya Wati gugup."Aku pindah kerja di sini Wati. Suatu kebetulan sekali. Aku sangat merindukan anak kita. Orang tuaku apa lagi. Kenapa kamu tinggal jauh dari kampung halamanmu?"Dua karyawati Wati saling pandang, dan kemudian mereka menjauh dari Wati. Mereka tetap memperhatikan Wati takut sesuatu terjadi, karena Jaka belum p

    Last Updated : 2021-06-29

Latest chapter

  • Istri Kedua   Part 50 (End)

    Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad

  • Istri Kedua   Part 49

    Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.

  • Istri Kedua   Part 48

    Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi

  • Istri Kedua   Part 47

    Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d

  • Istri Kedua   Part 46

    Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas

  • Istri Kedua   Part 45

    Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik

  • Istri Kedua   Part 44

    Bu Ratna menemui Lintang di rumah berlantai dua milik Jaka. Kali ini bu Ratna tidak datang sendiri, tapi ditemani Desi. Bu Ratna tidak ingin hal buruk terjadi lagi padanya. Lintang terkejut melihat kedatangan bu Ratna dengan keadaan segar bugar. Mata Lintang hampir melompat saat bu Ratna berdiri ketika Lintang menemuinya di ruang tamu. "Kenapa Lintang? Kamu terkejut?" Ucap bu Ratna. "Sudah syukur aku tidak membocorkan perselingkuhanmu dengan laki-laki itu. Lalu kenapa kamu mempersulit perceraianmu dengan Jaka? Apa yang kamu inginkan kali ini Lintang?" Tanya ibu penuh emosi. "Aku hanya ingin mas Jaka Bu. Aku sudah lama mengakhiri hubunganku dengan Dito." Jawab Lintang tak tau diri. "Kamu pikir aku percaya Lintang? Di otakmu itu hanya uang dan uang. Kamu mau rumah ini? Ambil!!! Ambil Lintang!!!" Ibu melempar sertifikat rumah ke arah Li

  • Istri Kedua   Part 43

    Jaka dan Lintang duduk di ruang Pengadilan Agama. Jaka sangat berharap Lintang tidak mempersulit proses perceraiannya. Ibu Ratna masih memilih menyembunyikan kesembuhannya dari semuanya. Hanya Desi yang mengetahui. Bagi bu Ratna, Jaka bisa lepas dari Lintang itu sudah cukup. Karena bu Ratna memikirkan perasaan bu Gita dan Himaira kalau sampai Jaka memenjarakan Lintang. Hari ini sidang pertama, adalah sidang mediasi. Di ruang sidang Lintang bersikeras tidak ingin bercerai. "Saya tau suami Saya sudah menikah lagi tanpa seizin Saya. Dia lebih mencintai istri keduanya Pak. Makanya dia ingin menceraikan Saya. Bahkan dia tega memukul Saya." Ucap Lintang sambil berderai air mata untuk mendapatkan simpati dari Hakim. "Apa benar itu Pak Jaka?" Tanya Hakim. "Iya itu benar Pak. Saya memukulnya karena refleks Pak. Dia selalu menghina istri muda

  • Istri Kedua   Part 42

    Jaka tiba di Rumah Sakit. Dilihatnya Wati masih terbaring lemas. Wajahnya lebam. Jaka mengecup Wajah istrinya. "Apa Lintang yang melakukannya?" Tanya Jaka. "Sudah lah Mas, yang penting aku baik-baik saja." "Bagaimana mungkin kamu bisa bilang baik-baik saja? Kamu tau betapa paniknya Abang mendengar kamu pingsan?" Jaka menggenggam erat tangan Wati. "Abang jangan marahi Lintang ya! Anggap saja tidak terjadi apa-apa." "Abang tidak janji Wati. Bagaimana mungkin Abang diam saja wanita yang Abang cintai disakiti." "Sebaiknya Abang cepat pulang ke rumah ibu Abang, lihat keadaan ibu." "Ibu kenapa? Desi tidak bicara apa-apa tentang ibu." Jaka terkejut. "Wati tidak tau karena Wati pingsan. Tapi Wati

DMCA.com Protection Status