Dhara bangun pagi-pagi dan bersiap-siap berangkat kerja jam setengah enam agar tidak terjebak macet. Dia melihat Miranda masih tidur di kasur.Dia meletakkan uang saku di meja samping tempat tidur agar Miranda bisa membeli makanan sendiri sebelum berangkat kerja.Jarak ke tempat kerja butuh tiga puluh menit dan ditambah macet membuat waktu jadi satu jam. Dia sampai di perusahaan pukul 07: 35 menit.“Pagi Dhara,” sapa Rio bertemu dengannya di kantor.“Pagi Mas Rio, eh Pak Rio.” Dhara tersenyum malu.“Panggil aja Mas, jangan sungkan. Omong-omong, Pak Baskara dan Pak Hadi sedang dinas ke Paris.” “Berapa lama Pak Baskara dinas? Kapan mereka pulang?”“Sekitar dua mingguan.”“Oh begitu ya ....” gumam Dhara entah mengapa agak lega mendengar Baskara ke luar negeri selama dua minggu.“Kamu kelihatan lega Pak Baskara ke luar negeri,” kata Rio mengamati Dhara.“Nggak kok!” bantah Dhara cepat. “Cuma saja ... apa yang kita lakukan kalo Pak Baskara dinas di luar negeri?”“Tentu saja kita tetap be
Seperti yang direncanakan, malamnya Dhara membawa Miranda jalan-jalan. Adik tirinya itu ingin dibawa ke salah satu mall besar di Jakarta.Miranda mengenakan tank top yang ditutupi dengan kemeja oversize yang tidak dikancing dan celana jean pendek sepaha serta sepatu kets putih. Make up-nya lumayan tebal membuatnya terlihat cantik.Sementara Dhara mengenakan riasan tipis dan tidak mengenakan pakaian terbuka seperti Miranda. Dia mengenakan celana jeans ketat dan kemeja yang pas di tubuhnya. Tubuhnya tinggi dan langsing, dia memakai sepatu kets putih sama seperti Miranda. Rambut hitamnya dia biarkan tergerai tanpa hiasan apa pun. Miranda sangat happy jalan-jalan di mall dan mengambil banyak foto selfie untuk diposting media sosialnya.Meski sudah berjanji tidak akan beli apa-apa, Miranda tetap datang ke toko-toko pakaian dan mencoba satu persatu pakaian meski tidak membeli.Dhara sudah berusaha keras melarang datang ke toko karena malu melihat tatapan kritis karyawan toko karena Miranda
Mulut Miranda menganga mendengar kata-kata Pak Gading.“Wow, manajer di mall ini? Itu keren, apa saya boleh juga melamar di sini Pak? Nama saya Miranda, saya adik Mbak Dhara,” Miranda berkata tanpa malu-malu dan genit sambil mengulurkan tangannya pada Gading. Dia menatap Gading dengan tatapan kagum dan centil.Gading menerima ekspresi kagum gadis itu dengan puas. Dia senang dikagumi oleh perempuan cantik dan bermain-main dengan mereka. Meski Miranda tidak terlalu cantik seperti Dhara, dia memiliki tubuh yang seksi dan penampilannya sangat modis. Dia menerima uluran tangan Miranda.“Miranda? Nama yang cantik, sama seperti orangnya.” Dia melirik tubuh Miranda berkali-kali, terutama dadanya dan tersenyum simpul.Miranda tersipu dan bangga. Sementara Dhara tidak nyaman dengan interaksi ini dan cara Gading menatap tubuh Miranda.Meski Miranda adalah adik tirinya dan tidak sopan padanya, Dhara harus menjaga Miranda karena dia masih sangat muda. Jika sesuatu terjadi pada Miranda, Mayang akan
“Jangan takut, aku nggak akan melakukan apa pun padamu.”Dhara menatapnya curiga. Gading sangat berani mengakui perselingkuhannya dengan Veera di depannya. Apa dia takut Dhara akan melaporkan ini pada Baskara?“Mengapa Bapak mengakui perselingkuhan Bapak dan Bu Veera sama saya? Apa bapak nggak takut saya akan melaporkan ini pada Pak Baskara?” kata Dhara memberanikan diri.Gading menyeringai.“Silakan laporkan saja pada bosmu. Kamu juga sudah tahu aku berselingkuh dengan istri Baskara, buat apa aku sembunyikan lagi. Aku nggak akan rugi apa-apa, paling-paling hubungan aku dan Baskara memburuk. Dari dulu juga aku dan Baskara nggak pernah akur. Tapi aku bisa melakukan apa pun padamu,” ujar Gading menatap Dhara tajam dan mengancam.“Akan kubuat kamu nggak pernah mendapat pekerjaan di mana pun. Aku bisa melakukan apa pun untuk menghancurkanmu.”Dhara mengepalkan tangan di bawah meja. Matanya membelalak menatap Gading tak percaya. Pria itu sungguh akan melakukan itu padanya? Dia sangat jahat
Beberapa hari ini Dhara gelisah sejak pertemuannya dengan Gading. Dia sudah membuat Gading marah karena menolak menjadi mata-mata di kantor Baskara. Dhara takut menyinggung orang-orang yang berkuasa seperti Gading. Belum lagi Dhara tahu tentang perselingkuhan istri bosnya dengan Gading.Tinggal masalah waktu Veera akan menemuinya untuk ‘membungkam’nya seperti yang dilakukan Gading.Orang-orang kaya ini sangat menakutkan. Dia hanya orang biasa yang bekerja untuk menyambung hidup. Mengapa dia harus terlibat dalam masalah pelik ini?Dhara takut dengan ancaman Gading, tapi tidak mau mengkhianati kepercayaan Pak Hadi, Rio dan bahkan Baskara yang sudah mempekerjakannya.Dhara menghembuskan napas berat.“Apa kamu punya masalah?” Suara Rio tiba-tiba terdengar dari sebelahnya.Dhara tersentak menatap Rio yang berdiri di sebelahnya. Rio datang untuk meninjau pekerjaan Dhara seperti biasa.“Enggak kok Pak,” balas Dhara menatap Rio.“Kamu dari menghembuskan napas berat terus. Kamu sampe salah men
Dhara berkedip. “Hmm, nggak .. aku nggak punya pacar.”Rio menggaruk kepalanya agak malu. Dia bertanya tanpa sadar. Dia sudah menahan pertanyaan ini selama beberapa minggu. Dhara sangat cantik dan sopan, dia tidak genit seperti beberapa karyawan wanita yang menggodanya.Rio berdeham dan bersandar santai di meja Dhara, dia tidak mau terlihat salah tingkah di depan Dhara. Ego laki-laki melarangnya.“Oh, cuma nanya aja. Tapi masa sih nggak punya pacar. Mbak Dhara sangat cantik loh ....”Dhara tersenyum canggung. “Makasih Pak, saya selama ini bekerja untuk membantu keluarga. Saya nggak punya waktu buat pacaran.”Lebih tepatnya dia tidak mau merasakan patah hati yang kedua kali setelah dicampakkan dan tinggal nikah oleh mantannya. Tapi mantannya itu sekarang malah menjadi bosnya.Kalau dipikir-pikir ini kebetulan yang aneh. Dhara tidak percaya dengan takdir.“Kalo sekarang gimana. Nggak ada niat buat pacaran gitu?” Rio berkata dengan nada menggoda.“Kalo sekarang sih saya belum kepikiran.”
Dhara menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaan gelisah dan gugup selagi menunggu Baskara.Hari ini kepulangan Baskara dari perjalanan bisnis di Paris. Dhara diminta untuk menjemput bosnya di bandara karena Rio sedang mengikuti rapat di sore hari. “Ingat Dhara, kamu harus mengunci mulutmu ketika di depan Baskara,” gumamnya pada dirinya sendiri sambil meringis.Beberapa saat kemudian sekelompok orang keluar dari gate kedatangan dan berpencar. Sosok Baskara yang tinggi dan tampan langsung menarik perhatian Dhara.Baskara datang sendiri mengenakan kaos hitam polos yang dipadu jas krem c menarik koper besar di tangannya. Tidak ada Pak Hadi yang menemaninya. Wajah pria itu terlihat lelah dan tanpa ekspresi saat mengedarkan pandangannya ke sekeliling bandara. Begitu melihat Dhara, dia berhenti. Wajahnya sedikit tersenyum melambai pada wanita itu.Dhara segera menghampiri bosnya.“Apa kabar Pak Baskara, saya datang menjemput Bapak.” Dhara menyapa dengan sopan dan hormat. Dia men
Dhara pulang jam delapan malam setelah mengantar mobil. Dia pulang lebih lambat karena terjebak macet. Miranda tidak ada di kamar kontrakkannya saat dia pulang. Akhir-akhir ini Miranda selalu pulang tengah malam.Miranda pulang tengah malam saat Dhara tidur, dan Dhara pun berangkat kerja saat Miranda tidur. Mereka jadi jarang berbicara. Namun Miranda masih belum pindah dari kamar kontrakkan Dhara.Dhara tidak mau memikirkan apa yang dilakukan Miranda, tapi selalu membuatnya kesal melihat kamarnya berantakan setiap pulang kerja karena Miranda.Kotak make up Miranda bertebaran di meja dan baju-bajunya berserakan di atas ranjang. Ini selalu terjadi dan Dhara tidak bisa mentolerir ini lagiDia langsung menelepon Miranda dan menegurnya dengan keras.“Kalo kamu bikin berantakan kamarku lagi, sebaiknya kamu cari tempat tinggal lain atau aku akan membuang baju-bajumu dan make up-mu!”“Apaan sih Mbak! Marah-marah nggak jelas banget! Aku lagi kerja tahu,” balas Miranda kesal.“Rapikan baju-baj
Dhara memandang barang-barang yang sudah dikemas. Setelah pertemuannya dengan Baskara tadi malam, dia jadi ragu-ragu harus pergi atau tidak. Baskara bersedia melepaskannya dan tidak mengambil anaknya serta mendukung finansialnya sampai anak mereka lahir.Jika Dhara pergi begitu saja tanpa memberitahu Baskara, dia pasti marah dan berubah pikiran mengambil anaknya.Tapi jika Dhara tetap di Jakarta, dia akan menghadapi kecemburuan Veera serta ancamannya. Hidupnya tidak akan tenang.“Apa aku bicara saja dulu dengan Baskara biar dia tahu aku pergi dari Jakarta?” “Dhara! Cepat keluar kamu anak nggak tau untung!”Saat Dhara sedang berpikir dia dikagetkan dengan suara pintu yang digedor-gedor. Dia menegang mendengar suara Mayang, mama tirinya di luar pintu.Kenapa Mayang ada di sini? pikirnya bingung.Setelah Joni memblokir nomornya dan memutuskan hubungan mereka, Dhara juga memblokir semua nomor keluarganya.“Dhara! Keluar sekarang!”Selain Mayang, Joni ikut-ikutan memanggilnya dan memukul-
“Kamu ngapain sih.” Wajah Dhara memerah dan buru-buru mendorong dada Baskara. Dia tidak terbiasa dipeluk oleh pria selama ini. Tapi sejak bertemu dengan Baskara sudah beberapa kali pria itu berbuat intim padanya.Jantung Dhara berdegup kencang. Dia takut Baskara akan merasakan detak jantung yang berdebar.“Baskara lepasin, nanti ada yang liat ....” Dhara mendorong cemas karena Baskara tidak melepaskan pelukannya.Baskara mengeratkan pelukannya enggan melepaskan Dhara. Tubuh Dhara sangat mungil dan lembut di pelukannya.“Baskara ....”“Hanya sebentar saja,” bisik Baskara menyandarkan kepalanya di pundak Dhara.Dhara mengepalkan tangannya dan menyerah membiarkan Baskara memeluknya. Dia merasa geli di lehernya karena napas pria itu. Tubuh Baskara keras dan berbau maskulin yang menyegarkan. “Dhara ....” Baskara menarik napas dalam-dalam berbicara di pundak Dhara tanpa melepaskan pelukannya.“Aku akan menuruti keinginanmu. Kamu nggak perlu menikah denganku jika kamu nggak mau. Aku hanya
Dia bahagia memikirkan kemungkinan itu. Gading ingin balas dendam pada Baskara yang selalu meremehkan dan merendahkannya. Dia puas balas dendam dengan berselingkuh dengan istri Baskara, dan jika Veera mengandung anaknya ... Baskara pasti merasa sangat terhina jika mengetahui kebenaran itu. Gading bahagia membayangkan hal itu.Veera mendengus jijik tapi pura-pura mengeluh dengan manja. “Aku juga mau itu, tapi kamu terlalu sering bermain-main dengan wanita dan para PSK. Bagaimana jika salah dari mereka menularkan penyakit padamu? Aku juga kena dong.” “ Jika aku sampai kena penyakit manular, Baskara bakal curiga dan menyelidiki hubungan kita. Semua rencanakan kita selama ini akan hancur. Kamu dan aku nggak akan dapat apa-apa dari Djaka Group.”Gading juga gagal membuatnya hamil. Veera juga takut Gading memiliki penyakit kelamin karena terlalu sering bermain-main dengan wanita.“Apa maksudmu aku mengidap penyakit begitu?!” Gading marah mendengar kata-kata Veera.“Kamu sudah sering berm
“Bukan itu maksud aku Gading. Teman-temanku mulai curiga kita ada hubungan karena Lina pernah melihat kita bersama. Aku nggak mau kita sampe ketahuan lagi,” Veera mencoba bersabar meladeni Gading.Dia muak dan jengkel pada Gading. Gading dulu adalah pacarnya sebelum menikah dengan Baskara. Veera bahkan berselingkuh dengannya bukan karena Gading lebih tampan dari Baskara. Tapi karena Gading memegang kelemahan Veera yang membuat hubungannya dengan Baskara bakal terancam.Gading semakin keterlaluan menuntutnya untuk memenuhi semua keinginannya dan mengancam Veera membeberkan hubungan mereka.Veera sangat ingin menyingkirkan Gading agar dia tidak terus mengganggunya. Membunuhnya lebih baik. Dengan begitu kebenaran di ‘masa lalu’ terkubur dan Veera akan terus hidup sebagai istri Baskara.Memikirkan Dhara sedang mengandung anak dari suaminya membuat amarah Veera mendidih. Setelah menyingkirkan Gading, dia juga akan menyingkir cewek murahan itu! Tidak ada yang boleh menganggangu hubungannya
Sudut bibir Veera melengkung dengan ekspresi mencibir melihat ekspresi tenang Dhara. “Sudah berapa lama kamu hamil? Bagaimana kamu bisa dekat dengan suami aku?” Veera langsung menanyainya tanpa basa-basi. “Kami nggak dekat tapi suamimu yang mengambil kesempatan saat aku nggak sadar hingga aku hamil,” balas Dhara tenang. Veera tertawa dingin. “Maksudmu suamiku memperkosamu saat kamu nggak sadar? Kamu pikir Baskara orang macam apa? Bercermin dong! Wajahmu itu udah murahan banget, kamu jelas-jelas dekatin suami aku karena dia kaya dan membiusnya agar kamu bisa tidur dengannya kan? Orang macam kamu tuh banyak di sekitar. Murahan dan menjijikkan!” desisnya. Untungnya kafe itu cukup sepi dan mereka berada di lantai dua yang dikhususkan untuk VIP hingga tidak ada mendengar percakapan mereka. “Pada kenyataannya seperti itu. Kenapa nggak tanya sendiri ke suamimu,” balas Dhara datar, tidak mau bertengkar dengan Veera. Veera menggertak gigi. Dia tidak berani menanyakan hal itu pada Baskara
Baskara dibuat terdiam melihat tatapan Dhara padanya seolah dia adalah pelaku pelecehan seksual. Dia batuh kecil dan berdeham.“Dhara, jangan membuatku habis kesabaran. Aku hanya ingin anakku dilahirkan dengan sehat dan selamat. Kamu nggak bisa menggugurkan kandungan di negara ini secara ilegal. Dan kamu juga nggak mau kan anak kita dilahirkan tanpa status? Jika begitu berat bagimu menjadi istri kedua, kamu bisa meminta cerai setelah melahirkan anak itu dan anak kita pun tetap mendapat status. Pikirkan tawaran aku baik-baik,” ujar Baskara dan menyerahkan kembali surat pengunduran Dhara ke wanita itu.Wajah Dhara cemberut sedih. Dia menghentak kaki kesal. “Kamu nggak bisa memaksaku menuruti semua yang kamu mau. Selama kamu menceraikan istrimu, aku akan melahirkan anak ini. Jika tidak, aku akan menggugurkan anak ini!” ancam Dhara berani.Salah Baskara karena mencampakkannya demi Veera dan tidak percaya bahwa istrinya berselingkuh. Salah Baskara juga karena membuatnya hamil dan mengambil
Jika mereka mengadopsi anak, Baskara tidak akan mengambil anak yang sedang dikandung Dhara.Rio menatapnya. “Kamu nggak masuk beberapa hari karena itu kamu nggak tahu selama hampir seminggu ini suasana hati Pak Baskara jelek. Banyak direktur yang dimarahi karena salah memberi laporan dan macam-macam lah. Pokoknya semua orang dimarahi, termasuk aku dan Pak Hadi. Pak Baskara sampai bertengkar dengan istrinya. Kamu sebaiknya berhati-hati saat bertemu Pak Baskara.”“Rio, kembali bekerja. Jangan mengobrol di jam kerja,” tegur Hadi memutuskan percakapan Dhara dan Rio.“Ah maaf Pak,” kata Rio lalu buru-buru kembali ke meja kerjanya.“Mbak Dhara, bukannya kamu mau bertemu dengan Pak Baskara? Sebaiknya kamu cepat temui Pak Baskara,” ujar Hadi pada Dhara.Dhara menggigit bibirnya bawahnya ragu-ragu. Baskara baru saja bertengkar dengan istrinya. Jika dia masuk sekarang saat bosnya sedang marah, dia takut Baskara akan langsung mengusirnya. Mereka juga sempat bertengkar beberapa hari yang lalu kar
Beberapa karyawan yang mendengar itu tidak berkomentar tapi melirik Dhara sinis.Dhara mengepalkan tangannya berpura-pura tidak mendengar dan menunggu pintu lift terbuka. Begitu lift terbuka semua karyawan berbondong-bondong masuk. Dhara terhuyung hampir jatuh ketika seorang karyawan menabraknya. Tubuh Dhara terdorong oleh beberapa karyawan entah disengaja atau tidak. Dhara meringis dan mundur ke samping agar tidak didorong lagi. Bagaimana pun dia sedang hamil. Jika ada orang yang mengaja mendorong dan membuatnya jatuh, dia bisa saja keguguran.Dhara menatap dengan sedih ke lift yang sudah penuh dan tertutup di depan matanya. Dia hanya bisa menghela napas dan menunggu lift berikutnya.Beberapa menit kemudian Dhara sampai ke kantor Baskara. Hadi dan Rio ada di meja mereka. Dhara datang tanpa memberi kabar hingga mereka terkejut melihat kedatangannya.“Dhara, bagaimana kabarmu?” Rio yang terlihat senang melihat kedatangan Dhara dan menghampirinya dengan cepat. “Kenapa nggak ngabarin ka
Dia tidak menyangka Miranda sangat berani dan jahat. Dia menggunakan namanya menjual data teknologi yang dia curi dan kabur begitu saja. Mengingat panggilan telepon terakhir dengan ayahnya Dhara sangat sakit hati. Ayah kandungnya lebih membela adik tirinya dan bahkan mengancam akan mengeluarkan Dhara dari kartu keluarga.Matanya memerah, air mata mengenang di pelupuk matanya. “Ya, PT. Nexus Tecnhology menggunakan alasan ini balik menuntut kami. Mbak Dhara kamu mungkin akan jadi tersangka kasus ini,” ujar Hadi.Dhara menarik napas dalam-dalam menenangkan sakit di dadanya.“Pak Hadi, saya bersumpah nggak pernah bekerja sama dengan adik saya atau memberi data proyek pada adik saya untuk dijual. Tapi semua ini salah saya karena nggak bisa menjaga data proyek. Saya siap datang ke pengadilan untuk membuktikan diri dan menerima sanksi dari perusahaan karena karena perilaku adik saya,” ujarnya dengan suara bergetar.Hadi mendesah tidak puas mendengar kalimat terakhir Dhara. Jika bukan karen