Share

Bab 20

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 23:33:24

"Bos, udah!" Leo menahan tangan Abian saat pria itu akan menghajar kembali para bodyguard itu. Bahkan mereka semuanya sudah jatuh terkapar tak berdaya, mereka juga tidak mungkin berani melawan Abian.

Abian mendengus, ia mengibaskan tangan Leo dengan kasar. Lalu ia melirik ke arah Zahra yang tampak melongo menyaksikan semua itu.

Abian berjalan mendekati Zahra, ia langsung menarik tangan Zahra, menyentak tangan itu dengan rahang yang mengeras.

Zahra meringis. "Sa-sakit pak." Ucap Zahra

Abian mana peduli, ia bahkan menatap tajam ke arah Zahra. "Saya tidak suka dengan orang terlalu pembangkang seperti kamu, Zahra! Kita pulang sekarang, mungkin kalau saya tidak datang tadi, kamu sudah habis sama mereka semuanya!" Rasanya membayangkan Zahra akan di cium tadi saja membuat darah Abian mendidih. Ia bahkan paling benci jika miliknya di sentuh.

Jangan salah paham dulu, Abian belum memiliki perasaan apapun pada Zahra, namun apa yang di lakukan oleh bodyguardnya tadi sungguh membuat Abian
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 21 Zahra sakit

    Matahari pagi itu mulai menunjukkan kehangatannya, sinar-sinar emasnya menari melalui celah-celah jendela yang tertata rapi di rumah tersebut. Cahaya tersebut menerobos masuk, membentuk pola geometris yang bergerak perlahan di lantai kayu yang mengilap. Partikel debu tampak berkilauan seakan berenang dalam kolam cahaya matahari, menciptakan suasana yang hening dan damai di dalam ruangan tersebut. Di sisi lain, dinding-dinding yang dicat dengan warna pastel menambah kesan lembut dan menenangkan, sementara beberapa pot bunga di pojok ruangan menambahkan sedikit warna dan kehidupan ke dalam kesederhanaan pagi itu. Ruang tersebut terasa seperti lautan yang tenang, dengan dominasi warna biru yang mendalam pada setiap sudutnya. Dindingnya dilapisi dengan wallpaper berpola gelombang tenang, memberikan ilusi seperti berada di bawah permukaan air yang damai. Di tengah kamar, terdapat tempat tidur berukuran besar dengan sprei berwarna biru muda yang lembut, seolah-olah mengundang untuk menyel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 22 Merawat Zahra...

    Abian menghela nafasnya kasar, suhu tubuh gadis itu benar-benar sangat tinggi. Ia bahkan tak rela melihat gadis itu menggigil seperti ini. Abian memang membenci Zahra karena pernikahan ini, namun ia juga masih punya rasa manusiawinya. Abian membawakan air hangat serta obat yang memang tersedia di rumahnya itu. Ia langsung menghampiri Zahra. "Bangun, minum dulu obatnya." Ucap Abian, "nanti setelah minum, saya akan pesankan bubur untuk kamu" sambung Abian lagi, membuat Zahra mengerjapkan kedua bola matanya. Ini seriusan dosen galaknya itu? Ini beneran nyata dan tidak mimpi? "Jangan lama-lama! Saya itu sibuk, cepat!" Pekik Abian galak, membuat Zahra langsung tersentak, gadis itu tersadar jika ini semuanya bukan mimpi, tapi nyata. Zahra berusaha keras bangun, namun kepalanya sangat pusing, membuatnya kembali jatuh lagi ke atas tempat tidur sana. Abian yang melihat itu mendengus. Pria itu dengan terpaksa menarik tangan Zahra, dan membantu gadis itu untuk bersandar di headb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 23

    Zahra menggeliatkan tubuhnya, ia bahkan merasakan tubuhnya ringan daripada sebelumnya. Zahra mengerjapkan kedua bola matanya, ia lalu mengingat apa yang sudah terjadi tadi pagi, membuat pipi Zahra kontan memerah. Abian memberikan perhatian kecil padanya, dan hal tersebut membuat Zahra senang bukan main. Zahra menggigit bibirnya dengan kencang, rasanya hatinya sungguh dag dig dug membayangkan semuanya. Kalau seperti ini bisa menarik perhatian suami galaknya itu, Zahra lebih baik sakit aja deh. Saat tersadar, Zahra memukul kepalanya. "Kamu mikir apa sih, Ra. Ya ampun, Zahra..." Monolog Zahra. Ceklek Pintu kamarnya tiba-tiba di buka, membuat Zahra langsung mendongak, matanya langsung bertemu dengan mata hitam legam milik Abian. Deg Jantung Zahra berdebar sangat kencang, ia sungguh tak kuasa melihat wajah tampan dja mempesona itu. Apalagi saat pria itu mengenakan pakaian santainya. Kaos hitam yang membuat otot bisepnya tampak, dan celana training yang pas di badann

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 24

    Abian menghembuskan nafasnya kasar. Kepalanya terasa sangat pusing, ia tidak tau entah mengapa ada yang aneh padanya. Tapi, ia selalu memikirkan Zahra. Ck, sialan, padahal niat hatinya ingin menjadikan neraka di dalam kehidupan gadis itu, namun siapa sangka, malah Abian yang sepertinya terjerat oleh gadis itu. Bahkan, melihatnya kemari dia sakit saja, Abian sama sekali tidak tega. Abian bahkan merawat gadis itu. Abian mengacak rambutnya. Kepalanya langsung menggeleng. Ia tidak boleh terpikat pada gadis itu. Ia harus tetap membentengi dirinya. "Den Abian, ini kopinya. Masih hangat den." Pembantu yang di suruh Landra datang ke rumah anaknya itu meletakkan gelas yang berisi kopi hangat untuk tuannya. Wanita paruh baya itu menundukkan kepalanya sopan, lalu pamit ingin kembali lagi mengerjakan pekerjaannya. Namun, Abian menahannya. "Iya den, ada yang bisa bibik bantu? Aden barangkali ingin makanan apa?" Tanya pembantu yang bernama bik Sumi itu. Abian menggelengkan kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 25

    Abian pergi ke salah satu club' yang ada di kota Jakarta malam itu . Dalam suasana malam yang hidup, club tersebut berdenyut dengan irama musik yang menggema melalui dinding-dindingnya. Lampu-lampu yang berkelip-kelip dengan ritmis menciptakan kilauan spektakuler di atas lantai dansa, di mana orang-orang berkumpul dan bergerak tanpa henti. Cahaya dari lampu strobo yang berwarna-warni mengikuti ketukan musik, menyorot wajah-wajah yang tertawa dan tersenyum dalam semangat pesta. Lantai dansa itu sendiri, dilapisi dengan ubin yang berkilau, bercahaya di bawah sinar lampu yang reflektif, menambahkan kesan glamor pada malam yang tak terlupakan. Di sudut-sudut, meja-meja kecil dikelilingi oleh sofa empuk, memberikan sedikit ruang bagi mereka yang ingin beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk kegembiraan yang tak kenal lelah. Abian duduk di depan meja bartender, ia terus menyesap wiskinya, "Udah lama gue nggak lihat lo Bi" celetuk salah satu bartender yang Abian juga mengenalnya itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 26 Abian berubah

    Jodoh sudah di atur oleh sang Tuhan... Lalu aku bisa apa? Ketika jodohku itu tidak sesuai dengan yang aku inginkan? Namun aku tetap berpikir positif, bahwa Tuhan pasti mempunyai rencana yang terbaik untukku. Dan hal yang paling menyesakkan itu, saat kamu tiba-tiba berubah. Entah dimana kesalahanku, sehingga membuatmu berubah seperti ini. ~Istri Kedua Sang Dosen Matahari pagi yang baru terbit memancarkan sinarnya yang lembut, menyinari bumi dengan hangatnya. Cahaya keemasan tersebut menembus celah-celah dedaunan, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang menari di tanah. Setiap sinar yang menerobos tersebut menambahkan nuansa keindahan yang begitu nyata, mengubah pemandangan menjadi sebuah lukisan hidup. Ranting-ranting pohon yang bergoyang lembut oleh angin pagi menambah kesan damai, sementara daun-daun bergerak halus, seolah-olah menyapa setiap makhluk yang melintas di bawahnya. Abian turun dari tangga sambil menenteng tas kerjanya. Ia bahkan menampilkan raut wajah datarnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 27

    "Jadi terus kenapa aku harus di kenalkan sama dia?" Tanya Rani masih menatap sengit pria yang ada di depannya itu. Bani dan Jaka saling lempar pandang, lalu keduanya menganggukkan kepalanya. "Jadi begini dek, Abang mau kamu dan pak Fatih ini menikah. Kebetulan kan, kalian sama-sama masih jomblo. Ya, walaupun pak Fatih ini sudah berumur, tapi dia kaya raya, dan dia bisa menjamin kehidupan kamu. Terlebih mukanya juga nggak nampak kayak orang tua." Kata Jaka tanpa beban membuat Fatih mendengus mendengarnya. Sialan, ia harus di katai tua segala. Mata Rani terbelalak mendengarnya. "Apa bang, aku harus nikah sama nih orang songong?" "Hei enak saja, aku bukan songong ya. Aku itu ganteng paripurna, baik hati dan tidak sombong." Rani berdecih mendengarnya. "Ganteng dari Hongkong." "Kamu–" Jaka dan Bani menghela nafasnya kasar, keduanya membiarkan saja mereka adu mulut. * Hari ini tepat dimana hari pernikahan Fatih dengan Rani. Ya Rani adik dari Jaka, yang ternyata adala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Istri Kedua sang Dosen   bab 28 Abian dan Zahra 21++

    "Eghhh" Zahra menggeliat, ia terus berusaha tersadar, ia bahkan menolak beberapa sentuhan Abian, namun pria itu terus menyerangnya, membuat Zahra mengerang. Ini baru pertama kali yang Zahra rasakan. Sesuatu yang aneh yang tiba-tiba muncul begitu saja. "Pak, ah ah" Zahra mendesah kala lidah jangan Abian menyapu di leher jenjangnya, bahkan Abian memberikan gigitan kecil di sana, membuat Zahra memejamkan kedua bola matanya. "Saya mau kamu! Dan kamu harus layani saya malam ini" bisik Abian sambil menggigit cuping telinga Zahra. Mata Zahra terbuka, ia menatap mata sayu Abian yang sudah di penuhi oleh kabut gairah itu. "Pak, ah–" "Tidak ada penolakan Zahra!" Tegas Abian, dan tidak membiarkan Zahra berbicara lagi, pria itu langsung membungkam bibir milik Zahra, menghisap rakus bibir berwarna pink alami itu. Sungguh bibir Zahra benar-benar sangat manis, dan Abian sangat menyukainya. Dan Zahra hanya pasrah di bawah sana. Ia bahkan sesekali membalas ciuman Abian, walaupun ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27

Bab terbaru

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 28 Abian dan Zahra 21++

    "Eghhh" Zahra menggeliat, ia terus berusaha tersadar, ia bahkan menolak beberapa sentuhan Abian, namun pria itu terus menyerangnya, membuat Zahra mengerang. Ini baru pertama kali yang Zahra rasakan. Sesuatu yang aneh yang tiba-tiba muncul begitu saja. "Pak, ah ah" Zahra mendesah kala lidah jangan Abian menyapu di leher jenjangnya, bahkan Abian memberikan gigitan kecil di sana, membuat Zahra memejamkan kedua bola matanya. "Saya mau kamu! Dan kamu harus layani saya malam ini" bisik Abian sambil menggigit cuping telinga Zahra. Mata Zahra terbuka, ia menatap mata sayu Abian yang sudah di penuhi oleh kabut gairah itu. "Pak, ah–" "Tidak ada penolakan Zahra!" Tegas Abian, dan tidak membiarkan Zahra berbicara lagi, pria itu langsung membungkam bibir milik Zahra, menghisap rakus bibir berwarna pink alami itu. Sungguh bibir Zahra benar-benar sangat manis, dan Abian sangat menyukainya. Dan Zahra hanya pasrah di bawah sana. Ia bahkan sesekali membalas ciuman Abian, walaupun ti

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 27

    "Jadi terus kenapa aku harus di kenalkan sama dia?" Tanya Rani masih menatap sengit pria yang ada di depannya itu. Bani dan Jaka saling lempar pandang, lalu keduanya menganggukkan kepalanya. "Jadi begini dek, Abang mau kamu dan pak Fatih ini menikah. Kebetulan kan, kalian sama-sama masih jomblo. Ya, walaupun pak Fatih ini sudah berumur, tapi dia kaya raya, dan dia bisa menjamin kehidupan kamu. Terlebih mukanya juga nggak nampak kayak orang tua." Kata Jaka tanpa beban membuat Fatih mendengus mendengarnya. Sialan, ia harus di katai tua segala. Mata Rani terbelalak mendengarnya. "Apa bang, aku harus nikah sama nih orang songong?" "Hei enak saja, aku bukan songong ya. Aku itu ganteng paripurna, baik hati dan tidak sombong." Rani berdecih mendengarnya. "Ganteng dari Hongkong." "Kamu–" Jaka dan Bani menghela nafasnya kasar, keduanya membiarkan saja mereka adu mulut. * Hari ini tepat dimana hari pernikahan Fatih dengan Rani. Ya Rani adik dari Jaka, yang ternyata adala

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 26 Abian berubah

    Jodoh sudah di atur oleh sang Tuhan... Lalu aku bisa apa? Ketika jodohku itu tidak sesuai dengan yang aku inginkan? Namun aku tetap berpikir positif, bahwa Tuhan pasti mempunyai rencana yang terbaik untukku. Dan hal yang paling menyesakkan itu, saat kamu tiba-tiba berubah. Entah dimana kesalahanku, sehingga membuatmu berubah seperti ini. ~Istri Kedua Sang Dosen Matahari pagi yang baru terbit memancarkan sinarnya yang lembut, menyinari bumi dengan hangatnya. Cahaya keemasan tersebut menembus celah-celah dedaunan, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang menari di tanah. Setiap sinar yang menerobos tersebut menambahkan nuansa keindahan yang begitu nyata, mengubah pemandangan menjadi sebuah lukisan hidup. Ranting-ranting pohon yang bergoyang lembut oleh angin pagi menambah kesan damai, sementara daun-daun bergerak halus, seolah-olah menyapa setiap makhluk yang melintas di bawahnya. Abian turun dari tangga sambil menenteng tas kerjanya. Ia bahkan menampilkan raut wajah datarnya.

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 25

    Abian pergi ke salah satu club' yang ada di kota Jakarta malam itu . Dalam suasana malam yang hidup, club tersebut berdenyut dengan irama musik yang menggema melalui dinding-dindingnya. Lampu-lampu yang berkelip-kelip dengan ritmis menciptakan kilauan spektakuler di atas lantai dansa, di mana orang-orang berkumpul dan bergerak tanpa henti. Cahaya dari lampu strobo yang berwarna-warni mengikuti ketukan musik, menyorot wajah-wajah yang tertawa dan tersenyum dalam semangat pesta. Lantai dansa itu sendiri, dilapisi dengan ubin yang berkilau, bercahaya di bawah sinar lampu yang reflektif, menambahkan kesan glamor pada malam yang tak terlupakan. Di sudut-sudut, meja-meja kecil dikelilingi oleh sofa empuk, memberikan sedikit ruang bagi mereka yang ingin beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk kegembiraan yang tak kenal lelah. Abian duduk di depan meja bartender, ia terus menyesap wiskinya, "Udah lama gue nggak lihat lo Bi" celetuk salah satu bartender yang Abian juga mengenalnya itu.

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 24

    Abian menghembuskan nafasnya kasar. Kepalanya terasa sangat pusing, ia tidak tau entah mengapa ada yang aneh padanya. Tapi, ia selalu memikirkan Zahra. Ck, sialan, padahal niat hatinya ingin menjadikan neraka di dalam kehidupan gadis itu, namun siapa sangka, malah Abian yang sepertinya terjerat oleh gadis itu. Bahkan, melihatnya kemari dia sakit saja, Abian sama sekali tidak tega. Abian bahkan merawat gadis itu. Abian mengacak rambutnya. Kepalanya langsung menggeleng. Ia tidak boleh terpikat pada gadis itu. Ia harus tetap membentengi dirinya. "Den Abian, ini kopinya. Masih hangat den." Pembantu yang di suruh Landra datang ke rumah anaknya itu meletakkan gelas yang berisi kopi hangat untuk tuannya. Wanita paruh baya itu menundukkan kepalanya sopan, lalu pamit ingin kembali lagi mengerjakan pekerjaannya. Namun, Abian menahannya. "Iya den, ada yang bisa bibik bantu? Aden barangkali ingin makanan apa?" Tanya pembantu yang bernama bik Sumi itu. Abian menggelengkan kepalanya.

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 23

    Zahra menggeliatkan tubuhnya, ia bahkan merasakan tubuhnya ringan daripada sebelumnya. Zahra mengerjapkan kedua bola matanya, ia lalu mengingat apa yang sudah terjadi tadi pagi, membuat pipi Zahra kontan memerah. Abian memberikan perhatian kecil padanya, dan hal tersebut membuat Zahra senang bukan main. Zahra menggigit bibirnya dengan kencang, rasanya hatinya sungguh dag dig dug membayangkan semuanya. Kalau seperti ini bisa menarik perhatian suami galaknya itu, Zahra lebih baik sakit aja deh. Saat tersadar, Zahra memukul kepalanya. "Kamu mikir apa sih, Ra. Ya ampun, Zahra..." Monolog Zahra. Ceklek Pintu kamarnya tiba-tiba di buka, membuat Zahra langsung mendongak, matanya langsung bertemu dengan mata hitam legam milik Abian. Deg Jantung Zahra berdebar sangat kencang, ia sungguh tak kuasa melihat wajah tampan dja mempesona itu. Apalagi saat pria itu mengenakan pakaian santainya. Kaos hitam yang membuat otot bisepnya tampak, dan celana training yang pas di badann

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 22 Merawat Zahra...

    Abian menghela nafasnya kasar, suhu tubuh gadis itu benar-benar sangat tinggi. Ia bahkan tak rela melihat gadis itu menggigil seperti ini. Abian memang membenci Zahra karena pernikahan ini, namun ia juga masih punya rasa manusiawinya. Abian membawakan air hangat serta obat yang memang tersedia di rumahnya itu. Ia langsung menghampiri Zahra. "Bangun, minum dulu obatnya." Ucap Abian, "nanti setelah minum, saya akan pesankan bubur untuk kamu" sambung Abian lagi, membuat Zahra mengerjapkan kedua bola matanya. Ini seriusan dosen galaknya itu? Ini beneran nyata dan tidak mimpi? "Jangan lama-lama! Saya itu sibuk, cepat!" Pekik Abian galak, membuat Zahra langsung tersentak, gadis itu tersadar jika ini semuanya bukan mimpi, tapi nyata. Zahra berusaha keras bangun, namun kepalanya sangat pusing, membuatnya kembali jatuh lagi ke atas tempat tidur sana. Abian yang melihat itu mendengus. Pria itu dengan terpaksa menarik tangan Zahra, dan membantu gadis itu untuk bersandar di headb

  • Istri Kedua sang Dosen   bab 21 Zahra sakit

    Matahari pagi itu mulai menunjukkan kehangatannya, sinar-sinar emasnya menari melalui celah-celah jendela yang tertata rapi di rumah tersebut. Cahaya tersebut menerobos masuk, membentuk pola geometris yang bergerak perlahan di lantai kayu yang mengilap. Partikel debu tampak berkilauan seakan berenang dalam kolam cahaya matahari, menciptakan suasana yang hening dan damai di dalam ruangan tersebut. Di sisi lain, dinding-dinding yang dicat dengan warna pastel menambah kesan lembut dan menenangkan, sementara beberapa pot bunga di pojok ruangan menambahkan sedikit warna dan kehidupan ke dalam kesederhanaan pagi itu. Ruang tersebut terasa seperti lautan yang tenang, dengan dominasi warna biru yang mendalam pada setiap sudutnya. Dindingnya dilapisi dengan wallpaper berpola gelombang tenang, memberikan ilusi seperti berada di bawah permukaan air yang damai. Di tengah kamar, terdapat tempat tidur berukuran besar dengan sprei berwarna biru muda yang lembut, seolah-olah mengundang untuk menyel

  • Istri Kedua sang Dosen   Bab 20

    "Bos, udah!" Leo menahan tangan Abian saat pria itu akan menghajar kembali para bodyguard itu. Bahkan mereka semuanya sudah jatuh terkapar tak berdaya, mereka juga tidak mungkin berani melawan Abian. Abian mendengus, ia mengibaskan tangan Leo dengan kasar. Lalu ia melirik ke arah Zahra yang tampak melongo menyaksikan semua itu. Abian berjalan mendekati Zahra, ia langsung menarik tangan Zahra, menyentak tangan itu dengan rahang yang mengeras. Zahra meringis. "Sa-sakit pak." Ucap Zahra Abian mana peduli, ia bahkan menatap tajam ke arah Zahra. "Saya tidak suka dengan orang terlalu pembangkang seperti kamu, Zahra! Kita pulang sekarang, mungkin kalau saya tidak datang tadi, kamu sudah habis sama mereka semuanya!" Rasanya membayangkan Zahra akan di cium tadi saja membuat darah Abian mendidih. Ia bahkan paling benci jika miliknya di sentuh. Jangan salah paham dulu, Abian belum memiliki perasaan apapun pada Zahra, namun apa yang di lakukan oleh bodyguardnya tadi sungguh membuat Abian

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status