“Kamu mau mati, huh?” pekik Fery begitu marah kala mendengar ucapan dari Andreas.Pria itu menghela napasnya. “Pa. Lebih baik tidak punya keturunan selamanya daripada harus berpisah dengan Ayuni. Dia ingin berpisah deng—““Papa nggak peduli!” pekiknya lagi. “Lebih baik kamu pisah dengan Ayuni daripada tidak memiliki keturunan!”“Lho, lho. Kamu ini gimana sih, Andreas? Kalau kamu ingin pisah dengan Gita, kamu mau punya anak sama siapa? Ayuni sudah tidak bisa memberi kamu anak.” Dewi juga ikut marah kala mendengar Andreas ingin mengakhiri pernikahan keduanya itu.“Aku nggak peduli, Ma, Pa. Pokoknya aku mau pisah dengan Gita!” ucapnya kemudian berbalik badan.“Andreas! Berani menceraikan Gita, itu artinya kamu sudah siap kehilangan Ayuni selamanya!” ancam Fery kemudian.Andreas memejamkan matanya sekejap kemudian berbalik badan lagi. “Apa sih, yang kalian sembunyikan dari aku? Kenapa harus aku yang jadi korbannya? Selama delapan tahun aku menikah dengan Ayuni, hubungan kami baik-baik saj
Di kediaman istri kedua ….Tak dapat terhitung berapa kali Andreas menggerayangi tubuh Gita. Ia yang tengah kalap akan emosi, sakit hati, takut kehilangan Ayuni membuatnya tak karuan.“Mas! Aku sudah tidak sanggup lagi. Kapan kamu mengakhiri semuanya?” Gita—yang tengah berada di bawah kungkungan Andreas meminta lelaki itu mengakhiri pergulatan mematikan itu.“Masih lama. Aku masih menginginkan ini,” kata Andreas berucap dengan suara penuh amarah.Gita hanya pasrah. Apa yang dilakukan Andreas kepadanya kini ia anggap bila lelaki itu sangat menikmati permainannya. Tak peduli bila tubuhnya akan remuk setelah ini.Tiga jam berlalu ….Andreas melajukan temponya dengan cukup kencang. Akan menaruh benih itu untuk kesekian kalinya. Tak dapat dihitung berapa kali ia mengeluarkan peluh itu.Ia segera beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Tidak ada ucapan terima kasih atau sekadar mengecup kening Gita setelah memberikan pelayanan kepadanya.“Issh! Memangnya pada Ayuni juga b
Andreas lantas menjambak rambutnya. Terlambat datang ke rumah sakit karena Ayuni sudah pulang dari sana.“Kondisinya bagaimana, Dok?” tanya Andreas lagi.“Sebenarnya kondisinya masih belum stabil. Tapi, Bu Ayuni memaksa untuk pulang saja. Kami sudah memintanya agar jangan melakukan bunuh diri lagi. Dan dia berjanji tidak akan melakukannya.” Dokter Firman menjelaskan kepada Andreas mengenai kondisi Ayuni.Andreas kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. “Sama siapa, Ayuni perginya?”“Dengan temannya, Pak. Saya lupa namanya siapa. Sama suaminya juga yang mengantar Bu Ayuni ke sana.”“Apa mungkin Dhita?” gumamnya kemudian berlari ke tempat parkir untuk mengejar Ayuni. Sembari menghubungi Dhita, berharap perempuan itu menerima panggilan darinya.“Angkat, Dhita.” Andreas semakin geram. Ia lantas menaikan kecepatannya. Padahal dia sendiri tidak tahu ke mana Ayuni pergi. Tidak mungkin bila kembali ke rumah mereka.“Ada apa?” Dhita akhirnya menerima panggilan tersebut.“Kamu, yang mengantar p
Setengah jam kemudian, Ryan masuk sembari membawa satu piring nasi hangat, ayam kecap dan sup daging yang dia buat.Ayuni mengulas senyumnya kepada Ryan. “Selain jadi dokter pribadi, jadi pelayan juga kamu, heum? Double dong, bayarannya?”Ryan terkekeh pelan. “Bayarannya kamu sehat aja udah bayaran paling mahal,” ucapnya lalu menyuapi nasi kepada Ayuni.Perempuan itu lantas menatap Ryan yang begitu tulus merawatnya. “Ryan?” panggilanya kemudian.“Heum? Mau lagi?”“Entar dulu. Masih ada di mulut.”“Oh. Kirain udah pengen makan lagi. Tanya bayaran lagi?”Ayuni terkekeh pelan. “Ryan. Kamu tahu kan, kenapa aku ingin berpisah dengan Andreas?”Ryan mengangguk. “Karena ada Gita.”Ayuni lalu tersenyum lagi. “Aku juga tidak bisa menjadi mama untuk Shakira kalau kamu menempatkan dua hati di hati kamu. Sekarang aku mau tanya sama kamu. Menjadikan aku istri kamu karena Shakira, atau karena kamu cinta?"Ryan terdiam sesaat. Hanya menatap Ayuni yang tengah menunggu jawaban darinya. Ia lalu mengambi
‘Argghhhh!!’Andreas memekik sangat hebat di ujung jalan yang saat itu tampak sepi. Napasnya memburu dengan hebatnya. Dadanya naik turun dengan tangan mengepal dengan erat.Ia lalu menundukkan kepalanya setelah melepaskan semua rasa kesal dalam dirinya. Terduduk lemas di pinggiran mobilnya dan menundukkan kepalanya lagi.“Kamu di mana, Ayuni? Kenapa sulit sekali aku mencari keberadaan kamu,” ucapnya dengan lirih.“Aku sudah capek, Ayuni. Capek!” Andreas mengatur napasnya kemudian masuk kembali ke dalam mobil. Kini, ia menundukan kepalanya di atas setir mobilnya.Menelan saliva dengan pelan lalu menoleh pada ponsel yang berdering sejak tadi. Ia hanya melihat nama kontak yang tertera di sana. Bila bukan Ayuni yang menghubunginya, tidak akan pernah ia terima dari siapa pun.“Seharusnya kamu bisa menerima dulu, Ayuni. Kita bicarakan ini baik-baik. Hubungan kita tidak akan seperti ini bila kamu dapat memahami kondisi kita.”Andreas seolah menyalahkan Ayuni yang terlalu menurutkan egonya. P
Ucapan Shakira membuat Ryan terdiam dan hanya bisa menelan saliva dengan pelan. Ia lalu mengulas senyum sembari mengusapi sisian wajah anaknya itu.Sementara Ayuni tengah menyendok nasi goreng dengan canggung melihat kedekatan ayah dan anak itu. Ia lalu menghela napasnya dengan panjang dan kembali tersenyum melihat kedua orang yang sudah menghiburnya di sana.“Tante cepat sembuh, yaa. Biar kita bisa jalan-jalan bareng lagi,” kata Shakira sembari mengusap lembut rambut panjang Ayuni.Perempuan itu kemudian menganggukkan kepalanya. “Memangnya Shakira pengen jalan-jalan ke mana?” tanyanya kemudian.“Eum … ke mana aja boleh. Yang penting sama Papa dan Tante, hehe. Tante Ayuni tinggal sendiri di sini?”Ayuni menoleh kepada Ryan yang tengah menggaruk alisnya karena malu pada Ayuni sebab anaknya yang banyak bertanya sedari tadi. Seolah tengah meniterogasi Ayuni.“I—iya. Tante tinggal sendiri di sini, Sayang,” ucap Ayuni gugup seraya menatap Shakira yang sedari tadi bertanya tentang dirinya.
“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara yang menyeret bayang-bayang kekhawatiran, matanya menembus ruang, mencari jawaban di wajah perawat yang membawa Ayuni.Lelaki berusia tiga puluh tiga tahun itu mengerutkan keningnya, betapa terkejutnya ia ketika pandangannya jatuh pada wajah Ayuni yang berlumuran darah.“Kecelakaan, Dok. Sepertinya pasien habis minum-minum,” jawab perawat yang membawa Ayuni.“Biar saya saja,” ucapnya, nada suaranya memotong keheningan seperti pedang yang membelah kabut.Ia mengangkat tangan, menghentikan dokter lain yang hendak memeriksa keadaan Ayuni yang kini tergeletak tak sadarkan diri, seperti boneka rusak yang kehilangan daya tariknya.“Sus. Siapkan dua kantong darah O. Pasien mengalami pendarahan yang cukup fatal,” titahnya, sementara tangannya bergerak cepat tetapi lembut, mengelap darah dari wajah Ayuni.“Ada apa denganmu, Ayuni?” bisiknya dengan nada yang nyaris seperti doa, seraya menatap wajah Ayuni yang tampak begitu jauh, seolah berada di dunia y
“Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan kamu, Ayuni!” tegas Andreas, suaranya menggema seperti dentuman palu yang mematahkan harapan terakhir.“Apa kamu bilang?! Mas!” Ayuni memegang kepalanya yang kembali berdenyut sakit, seperti ribuan paku menghujam tengkoraknya.Ryan bergegas masuk, langkahnya seperti badai yang membawa ketenangan. Ia menekan tombol di belakang bangsal, merebahkan tubuh Ayuni dengan lembut, seolah mencoba menenangkan lautan yang sedang bergolak.“Kondisi kamu masih lemah, Ayuni. Jangan dulu berteriak-teriak seperti itu,” ucap Ryan, nadanya seperti suara hujan yang menenangkan di tengah malam.Air mata Ayuni berlinang tanpa henti, mengalir seperti sungai yang membawa beban luka yang tak kunjung sembuh. Ia mengusap air matanya dengan lemah, kemudian menghela napas panjang, berat, seolah mencoba mengeluarkan semua rasa sakit dari dalam dadanya. “Tinggalkan aku sendiri di sini. Aku tidak ingin bicara dengan siapa pun, termasuk Andreas!”“Sayang. Kenapa kam
Ucapan Shakira membuat Ryan terdiam dan hanya bisa menelan saliva dengan pelan. Ia lalu mengulas senyum sembari mengusapi sisian wajah anaknya itu.Sementara Ayuni tengah menyendok nasi goreng dengan canggung melihat kedekatan ayah dan anak itu. Ia lalu menghela napasnya dengan panjang dan kembali tersenyum melihat kedua orang yang sudah menghiburnya di sana.“Tante cepat sembuh, yaa. Biar kita bisa jalan-jalan bareng lagi,” kata Shakira sembari mengusap lembut rambut panjang Ayuni.Perempuan itu kemudian menganggukkan kepalanya. “Memangnya Shakira pengen jalan-jalan ke mana?” tanyanya kemudian.“Eum … ke mana aja boleh. Yang penting sama Papa dan Tante, hehe. Tante Ayuni tinggal sendiri di sini?”Ayuni menoleh kepada Ryan yang tengah menggaruk alisnya karena malu pada Ayuni sebab anaknya yang banyak bertanya sedari tadi. Seolah tengah meniterogasi Ayuni.“I—iya. Tante tinggal sendiri di sini, Sayang,” ucap Ayuni gugup seraya menatap Shakira yang sedari tadi bertanya tentang dirinya.
‘Argghhhh!!’Andreas memekik sangat hebat di ujung jalan yang saat itu tampak sepi. Napasnya memburu dengan hebatnya. Dadanya naik turun dengan tangan mengepal dengan erat.Ia lalu menundukkan kepalanya setelah melepaskan semua rasa kesal dalam dirinya. Terduduk lemas di pinggiran mobilnya dan menundukkan kepalanya lagi.“Kamu di mana, Ayuni? Kenapa sulit sekali aku mencari keberadaan kamu,” ucapnya dengan lirih.“Aku sudah capek, Ayuni. Capek!” Andreas mengatur napasnya kemudian masuk kembali ke dalam mobil. Kini, ia menundukan kepalanya di atas setir mobilnya.Menelan saliva dengan pelan lalu menoleh pada ponsel yang berdering sejak tadi. Ia hanya melihat nama kontak yang tertera di sana. Bila bukan Ayuni yang menghubunginya, tidak akan pernah ia terima dari siapa pun.“Seharusnya kamu bisa menerima dulu, Ayuni. Kita bicarakan ini baik-baik. Hubungan kita tidak akan seperti ini bila kamu dapat memahami kondisi kita.”Andreas seolah menyalahkan Ayuni yang terlalu menurutkan egonya. P
Setengah jam kemudian, Ryan masuk sembari membawa satu piring nasi hangat, ayam kecap dan sup daging yang dia buat.Ayuni mengulas senyumnya kepada Ryan. “Selain jadi dokter pribadi, jadi pelayan juga kamu, heum? Double dong, bayarannya?”Ryan terkekeh pelan. “Bayarannya kamu sehat aja udah bayaran paling mahal,” ucapnya lalu menyuapi nasi kepada Ayuni.Perempuan itu lantas menatap Ryan yang begitu tulus merawatnya. “Ryan?” panggilanya kemudian.“Heum? Mau lagi?”“Entar dulu. Masih ada di mulut.”“Oh. Kirain udah pengen makan lagi. Tanya bayaran lagi?”Ayuni terkekeh pelan. “Ryan. Kamu tahu kan, kenapa aku ingin berpisah dengan Andreas?”Ryan mengangguk. “Karena ada Gita.”Ayuni lalu tersenyum lagi. “Aku juga tidak bisa menjadi mama untuk Shakira kalau kamu menempatkan dua hati di hati kamu. Sekarang aku mau tanya sama kamu. Menjadikan aku istri kamu karena Shakira, atau karena kamu cinta?"Ryan terdiam sesaat. Hanya menatap Ayuni yang tengah menunggu jawaban darinya. Ia lalu mengambi
Andreas lantas menjambak rambutnya. Terlambat datang ke rumah sakit karena Ayuni sudah pulang dari sana.“Kondisinya bagaimana, Dok?” tanya Andreas lagi.“Sebenarnya kondisinya masih belum stabil. Tapi, Bu Ayuni memaksa untuk pulang saja. Kami sudah memintanya agar jangan melakukan bunuh diri lagi. Dan dia berjanji tidak akan melakukannya.” Dokter Firman menjelaskan kepada Andreas mengenai kondisi Ayuni.Andreas kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. “Sama siapa, Ayuni perginya?”“Dengan temannya, Pak. Saya lupa namanya siapa. Sama suaminya juga yang mengantar Bu Ayuni ke sana.”“Apa mungkin Dhita?” gumamnya kemudian berlari ke tempat parkir untuk mengejar Ayuni. Sembari menghubungi Dhita, berharap perempuan itu menerima panggilan darinya.“Angkat, Dhita.” Andreas semakin geram. Ia lantas menaikan kecepatannya. Padahal dia sendiri tidak tahu ke mana Ayuni pergi. Tidak mungkin bila kembali ke rumah mereka.“Ada apa?” Dhita akhirnya menerima panggilan tersebut.“Kamu, yang mengantar p
Di kediaman istri kedua ….Tak dapat terhitung berapa kali Andreas menggerayangi tubuh Gita. Ia yang tengah kalap akan emosi, sakit hati, takut kehilangan Ayuni membuatnya tak karuan.“Mas! Aku sudah tidak sanggup lagi. Kapan kamu mengakhiri semuanya?” Gita—yang tengah berada di bawah kungkungan Andreas meminta lelaki itu mengakhiri pergulatan mematikan itu.“Masih lama. Aku masih menginginkan ini,” kata Andreas berucap dengan suara penuh amarah.Gita hanya pasrah. Apa yang dilakukan Andreas kepadanya kini ia anggap bila lelaki itu sangat menikmati permainannya. Tak peduli bila tubuhnya akan remuk setelah ini.Tiga jam berlalu ….Andreas melajukan temponya dengan cukup kencang. Akan menaruh benih itu untuk kesekian kalinya. Tak dapat dihitung berapa kali ia mengeluarkan peluh itu.Ia segera beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Tidak ada ucapan terima kasih atau sekadar mengecup kening Gita setelah memberikan pelayanan kepadanya.“Issh! Memangnya pada Ayuni juga b
“Kamu mau mati, huh?” pekik Fery begitu marah kala mendengar ucapan dari Andreas.Pria itu menghela napasnya. “Pa. Lebih baik tidak punya keturunan selamanya daripada harus berpisah dengan Ayuni. Dia ingin berpisah deng—““Papa nggak peduli!” pekiknya lagi. “Lebih baik kamu pisah dengan Ayuni daripada tidak memiliki keturunan!”“Lho, lho. Kamu ini gimana sih, Andreas? Kalau kamu ingin pisah dengan Gita, kamu mau punya anak sama siapa? Ayuni sudah tidak bisa memberi kamu anak.” Dewi juga ikut marah kala mendengar Andreas ingin mengakhiri pernikahan keduanya itu.“Aku nggak peduli, Ma, Pa. Pokoknya aku mau pisah dengan Gita!” ucapnya kemudian berbalik badan.“Andreas! Berani menceraikan Gita, itu artinya kamu sudah siap kehilangan Ayuni selamanya!” ancam Fery kemudian.Andreas memejamkan matanya sekejap kemudian berbalik badan lagi. “Apa sih, yang kalian sembunyikan dari aku? Kenapa harus aku yang jadi korbannya? Selama delapan tahun aku menikah dengan Ayuni, hubungan kami baik-baik saj
Ada rasa yang tidak Ayuni mengerti setelah mendengar bila Shakira ingin memiliki mama lagi. Seolah dirinya tidak akan bisa bertemu dengan Ryan lagi bila nanti lelaki itu telah menikah lagi.“Arumi udah pergi setahun lebih. Wajar, kalau kamu mau menikah lagi. Orang tuanya Arumi pasti izinin kamu.”“Iya. Orang tua Arumi sudah mengizinkanku untuk menikah lagi sejak enam bulan yang lalu. Tapi, orang yang ingin kujadikan sebagai ibunya Shakira, masih belum jelas statusnya.”Ayuni lantas menoleh dengan cepat kepada Ryan. “Heuh?” tanyanya dengan pelan.Ryan tersenyum tipis. “Shakira ingin kamu, yang jadi mamanya. Kamu mau, jadi mamanya Shakira?" tanyanya dengan jantung yang hampir lepas dari tempatnya.Bugh!Tanpa aba-aba lagi, Andreas datang dan langsung menghantam wajah Ryan dengan segala kekuatan yang dia miliki.“Udah berkali-kali gue peringati elo, jangan pernah bermimpi akan mendapatkan Ayuni. Karena sampai kapan pun gue nggak akan pernah menceraikan dia. Dan sekarang elo berani ngomon
Ayuni memijat keningnya kemudian menatap Andreas dengan datar. “Kenapa kamu berasumsi seperti itu, huh? Kamu tahu apa soal perasaan? Bahkan kamu sendiri yang telah hilang perasaan. Menikah lagi secara diam-diam, kamu pikir punya perasaan?“Kamu sadar kan, saat kamu dan dia melakukan ijab kabul? Tidak dalam keadaan mabuk, kan? Sebelum menuduhku hanya karena Ryan seorang single parent, sebaiknya introspeksi diri. Bahkan kamu dan Gita sudah tidur bersama, kan?”Ayuni geleng-geleng kepala kemudian pergi meninggalkan Andreas. Banyak kecewa yang dia rasakan di dalam dirinya karena Andreas.“Halo, Pak. Memangnya kalau tidak ada tanda tangan dari tergugat, proses cerainya tidak akan bisa dilakukan?” tanya Ayuni menghubungi Alex.“Sayangnya tidak bisa, Bu. Anda ingin bercerai dengan cara yang sah, kan? Kedua belah pihak harus sepakat untuk berpisah. Kalau hanya satu orang saja yang ingin, hakim tidak bisa mengabulkannya.”Ayuni menghela napas lemas. “Dipalsukan saja bisa kali, Pak.”Alex terke
“Kenapa aku ada di sini? Bukannya semalam ada di luar?” gumamnya lalu menggaruk rambutnya dengan pelan.Ia kemudian menoleh pada ponselnya. Ada panggilan dari suaminya. Ia hanya menatapnya sampai panggilan itu selesai.“Nggak penting banget angkat telepon kamu, Mas.” Ia lantas beranjak dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi.Lima belas menit kemudian Ayuni menyelesaikan mandinya. Andreas kembali menghubungi sang istri. Ia menghela napas kasar dan mengambil ponselnya.“Seratus panggilan tak terjawab?” Ayuni geleng-geleng. Ia lantas kembali melangkah dan mengenakan pakaian blouse berwarna hijau tosca dan celana jeans navy.“Sayang. Kenapa panggilan aku sedari tadi tidak kamu terima? Kamu di mana, Ayuni?” Andreas memelas menanyakan keberadaan istrinya itu.“Aku di tempat tinggalku. Dan jangan harap kalau aku akan memberi tahu di mana aku tinggal!” ucapnya sarkas.“Sayang. Gita sudah tidak ada di rumah kita. Please, pulanglah. Kamu mau aku jemput, heum? Kita bisa ketemuan di mana sa