Home / Pernikahan / Istri Kedua Yang Buta / 5. Istri Kedua Yang Buta

Share

5. Istri Kedua Yang Buta

Author: Listya
last update Last Updated: 2023-02-14 19:32:06

“Bawa, Nyonya kalian ke kamarnya!” perintah Winarta, dengan ekspresi wajahnya yang terlihat datar.

“Baik, Tuan,” jawab para maid yang ada di samping Desti, di kanan dan di kiri.

Siska yang melihat hal itu pun, mengepalkan tangannya. Bagi Winarta mungkin itu bukan sebuah perhatian untuknya. Namun, bagi Siska itu adalah perhatian yang sangat besar karena Siska sendiri belum pernah mendapatkan perhatian walau itu sedikit.

Setelah melihat Desti dan para maidnya menghilang di balik pintu masuk mansion. Winarta pun melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya. Yap, Walaupun Winarta saat ini sudah memiliki dua orang istri, tetapi Winarta tidak akan tidur dengan salah satu istrinya. Karena ia takut jika nanti akan tergoda oleh salah satu dari istrinya itu dan situasi itu akan dimanfaatkan oleh para istri.

Siska yang melihat Winarta akan melangkah menuju kamar pribadinya pun, menggenggam tangan Winarta dan dengan nada manja ia pun berkata, “Sayang … kenapa kau tiak tidur di kamarku sekali ini aja.”

“Urus dirimu sendiri dan jangan menggangguku!” ucap Winarta dengan penuh penekanan dalam setiap perkataannya.

Winarta tidak akan semudah itu luluh dengan bujuk rayu, wanita ular di depannya ini. Ia justru akan merasa jijik dengan sikap manja Siska. Karena Winara sangat mengetahui bagaimana sikap asli dari wajah istrinya ini.

Siska yang mendapat perkataan seperti itu pun berusaha menenangkan hatinya. Sudah pasti di dalam hati Siska akan bergetar takut saat mendengarkan kalimat dengan nada menyeramkan itu. Namun, Siska berusaha untuk memutar otaknya agar dapat membuat dirinya dan Winarta berduaan saja.

“Jika, kau tidak ingin tidur di kamarku bagaimana jika temani aku makan? Aku belum makan sedari tadi,” ucap Siska dengan bergelayut manja di lengan Winarta.

Pria yang sudah memasuki kepala tiga itu pun menghembuskan nafasnya kasar dan berkata, “Baiklah ….”

Winarta pasrah karena ia tau Siska tidak akan berhenti sebelum ia menyetujui permintaannya itu. Mendengar jawaban Winarta membuat sebuah senyuman terukir dengan indah di bibir Siska yang tipis itu. Buru-buru Siska mengajak Winarta menuju meja makan dengan sangat sopan seperti seorang raja dalam cerita dongeng, Siska menarik sebuah kursi dan membungkukan badannya dengan menunjuk kursi itu.

Winarta tidak mengharapkan hal itu, ia hanya menatapnya datar, tidak ada reaksi apa pun di Wajah Winarta. Namun, Siska merasa sangat senang dengan Winarta yang duduk di kursi yang ia sediakan. Siska tersenyum dan berkata, “Tunggu sebentar ya, Sayang ... aku akan memasak makanannya dulu.”

Winarta tidak menanggapi perkataan Siska, ia hanya fokus pada layar handphone miliknya yang ada di tangannya saat ini. Sementara Siska terus tersenyum, seperti orang gila. Sampai Siska menghilangga dari depan Winarta.

Di sisi lain, tepatnya di kamar Desti. Kamar itu terlihat sangat mega. Walaupun Desti tidak bisa melihat semuanya, tetapi kedua maid yang setia menemani Desti terkagum-kagum melihat kemewahan yang ada di depan mereka. Kamar Desti bernuansa putih dan juga emas, dinding yang berwarna putih dan ukiran dinding yang berwarna emas. Jangan lupakan lampu yang sangat mencolok di atas kepala mereka saat ini, lampu itu berwarna emas dengan sebuah permata yang terdapat pada ujung lampu.

“Nyonya … sepertinya tuan memang sangat menyayangi Anda! Lihat saja semua benda yang ada di sini, semua benda ini adalah benda yang sangat berharga, dan harganya juga sangat fantastis. Bahkan tidak ada yang bisa membeli beberapa benda yang ada di kamar ini.” Kedua maid itu melupakan bahwa mereka saat ini sedang menuntun Desti dan mereka melepaskan pegangan tangannya mereka di lengan Desti dengan kepala yang terus melihat ke langit-langit kamar.

Desti yang mendengar itu hanya tersenyum dan berkata dalam hati, “Asal kalian tau saja, aku dan tuan kalian itu hanya melakukan nikah kontrak untuk keuntungan pribadi. Mana ada dia mencintaiku.”

Desti yang sudah tidak di tuntun lagi oleh kedua maidnya dan kakinya itu pun mencoba berjalan sendiri ke arah ranjang. Desti meraba-raba tembok di sekitarnya, sampai kedua maid itu mendengar suara benda jatuh. Hal itu membuat kedua maid itu tersadar dan segera menghampiri nyonya mereka.

"Nyonya … Anda tidak apa-apa?" tanya kedua maid itu panik dan segera menghampiri Desti yang berada di dekat tembok dan terdapat pecahan kaca di sampingnya.

"Aku tidak apa-apa … tapi … yang jatuh itu apa? Apakah itu benda mahal?" tanya Desti dengan nada cemas. Ia tidak ingin jika di suruh untuk mengganti rugi dengan harga mahal jika Winarta mengetahui hal itu.

"Tidak nyonya, itu hanya gelas kaca biasa," jawab Nita dan membantu Desti untuk berjalan menuju ranjang.

Bagaimana bisa Nita mengatakan jika itu hanya sekedar gelas biasa saja? Padahal tanpa mereka ketahui gelas itu harganya hampir menyetarai 2 unit mansion. Mungkin jika Nita ataupun Jona mengetahui hal itu mereka akan terkena serangan jantung saat itu juga.

Mendengar jawaban itu, membuat Desti sedikit tenang. Pasalnya jika Winarta menyuruhnya untuk ganti rugi, ia tidak perlu membayar harga mahal untuk benda itu. Setelah Desti sampai di atas ranjangnya, Nita segera membersihkan gelas kaca itu begitu saja dan membuangnya ke tong sampah.

Cruuuukkkk

Terdengar suara perut Desti, yang berbunyi. Membuat kedua maid yang sedang membereskan benda-benda berserakan, menoleh ke arah Desti. Desti tanpa tau jika kedua maidnya sedang menoleh ke arahnya hanya mengusap perutnya dan menunjukan gigi putihnya.

"Apa Anda lapar, Nyonya?" tanya Jona berjalan perlahan menghampiri Desti.

"Ehhh … ternyata kau mendengarnya, hehehe …." Desti hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Karena ia mengira kedua maidnya itu sedang berada jauh darinya.

"Iya, aku lapar … di mana kita bisa mendapatkan makanan?" tanya Desti dengan tangannya yang mengusap perutnya.

"Mari, Nyonya kita turun. Biasanya jika di rumah megah bak istana seperti ini pasti ada kokinya. Kita bisa meminta bantuan koki untuk membuat makanan untukmu," ucap Jona dengan menggenggam pergelangan tangan Desti.

Jona keluar dari kamar dan menuntun Desti menuju dapur. Namun, langkah Jona berhenti membuat Desti mengerutkan alisnya dan bertanya, "Jona, kenapa kau berhenti? Apa ada sesuatu di depan?"

Desti bertanya dengan tangannya yang meraba-raba di depan. Namun, sayang di depan Desti hanya terdapat angin tidak ada benda ataupun orang di sana. Jona melihat tangan Desti yang ke sana ke mari pun mengambil tangan Desti dan menggenggamnya lalu berbisik di telinga Desti, "Nyonya, di meja makan ada tuan …."

"Ya sudah kita balik saja. Aku akan makan di kamar," ucap Desti dan ingin melangkahkan kakinya kebelakang.

Namun, mendengar suara panggilan Winarta membuat langkah Desti berhenti. "Kenapa ingin berbalik? Duduk!"

Terdengar suara Winarta yang memerintah dan tegas. Desti yang mendengar perkataan Winarta pun akhirnya duduk tepat di samping Winarta. Mungkin Winarta tidak menganggap itu perhatian ataupun sebuah tanda peduli. Tetapi bagi Desti itu sangat mampu membuat jantung Desti berdetak kencang seperti saat ini.

"Ini jantung kenapa gak bisa diam? Aku ikat kau supaya tidak bergerak baru tau rasa," batin Desti yang diselimuti rasa gugup.

Tak lama kemudian dari arah dapur Siska ingin menyajikan makanan untuk Winarta. Namun, hatinya tiba-tiba panas saat dari dapur ia melihat Desti yang duduk di samping Winarta. Siska yang merasa kesal pun akhirnya menambahkan sesuatu ke dalam makanan yang ada sisanya. Karena sudah pasti Winarta akan menyuruhnya untuk menyajikan untuk Desti juga.

"Rasakan … kau akan tau akibatnya karena bersaing denganku."

Related chapters

  • Istri Kedua Yang Buta    6. Istri Kedua Yang Buta

    Saat Siska membawakan makanan ke meja makan, Siska dengan pura-pura berkata, "Ohh … ada Desti juga toh …." Siska tidak berniat untuk mengambilkan makanan untuk Desti. Dia berniat untuk menyuruh kepala pelayan, untuk membawakan sisa makanan yang ada di dapur untuk Desti. Namun, baru saja Siska akan mendudukkan bokongnya itu di kursi depan Winarta, Siska kembali mendengar suara Winarta yang dingin itu kepada dirinya. "Siska, bawakan juga untuk Desti." Siska yang mendengar itu hanya bisa menuruti perkataan Winarta, ia tidak berani membantah karena takut jika akan membuat Winarta marah dan semakin menjauhinya. Siska pun melangkah menuju dapur dengan membawa makanan yang sudah ia siapkan di dalam mangkuk. Siska menaruh mangkuk itu sedikit kasar di depan Desti karena tidak terima jika ia harus melayani Desti. Winarta yang melihat perlakuan Siska hanya melirik saja, ia masih tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh kedua istrinya. Namun, Winarta menghentikan suapannya yang akan masuk ke

    Last Updated : 2023-02-22
  • Istri Kedua Yang Buta    7. Istri Kedua Yang Buta

    Dalam perjalanan pulang menuju mansion, Winarta masih teringat dengan perkataan Jemi saat di kantor. “Apa iya Desti adalah anak Burdan?” Winarta menggelengkan kepalanya cepat, dan berkata, “Tidak mungkin Desti adalah anak Burdan, setauku anak Burdan masih perawan.” Satu alasan itulah yang membuat Winarta masih menyangkal kebenaran yang ada. Winarta sangat mengutamakan keperawanan wanita karena baginya wanita yang tidak perawan lag adalah wanita yang dengan mudah menyodorkan tubuhnya kepada pria.Tak lama kemudian, mobil Winarta memasuki gerbang mansion. Winarta melangkah masuk ke dalam mansion yang mana di depan pintu masuk mansion sudah ditunggu oleh Pak Karja kepala pelayan yang bertugas mengurus semua kebutuhan sehari- hari Winarta. Pak Karja juga, merupakan salah satu orang tua yang berjasa untuk Winarta. Karena semejak Winarta kecil Pak Karjalah yang menguus Winarta. “Di mana istriku, Pak?” tanya Winarta membuat Pak Karja bingung. "Istri yang mana, Tuan?" tanya Pak Karja menga

    Last Updated : 2023-02-25
  • Istri Kedua Yang Buta    8. Istri Kedua Yang Buta

    Mendengar suara Winarta membuat Desti semakin takut. Sementara Winarta bingung melihat keadaan ketiga orang yang ada di depannya ini dengan sangat menyedihkan. Winarta mengerutkan alisnya dan bertanya, "Apa yang terjadi pada kalian? Kenapa kalian berantakan seperti ini?"Nita dan Jona pun juga tidak berani mengeluarkan suara, mereka mengingat perkataan Siska. Mereka tidak ingin mengambil resiko dan membuat mereka serta Desti dalam masalah. Desti meraba ranjangnya mencari tangan Jona dan Jona pun menggenggam tangan Desti. "Aku bertanya kepada kalian kenapa kalian diam? Apa kalian semua bisu?" Suara Winarta terdengar meninggi dan aura di wajahnya mulai semakin dingin dan menakutkan. "Ti-tidak, Tuan … kami tadi terjatuh," jawab Desti bohong dengan tangannya yang gemetar. BrraaakkkDengan marah Winarta berjalan keluar dan menutup pintu dengan keras. Winarta bukanlah orang bodoh yang percaya begitu saja dengan ucapan tak masuk akal Desti. Winarta masuk ke dalam kamar pribadinya dan men

    Last Updated : 2023-02-25
  • Istri Kedua Yang Buta    9. Istri Kedua Yang Buta

    "Ah … mungkin dia yang menyulamnya?" gumam Winarta dan kembali berkata, "Heh, dasar munafik … berlaga sok suci, sok tak suka, sok cuek. Tapi dia sendiri menyulam namaku di saputangan itu." "Lalu apa yang harus aku lakukan pada mereka? Apa aku harus memberi pelajaran pada Siska?" gumam Winarta. "Sudahlah, biarkan saja. Tidak ada urusannya denganku … biarkan dia mengatakannya," ucap Winarta dengan wajah datarnya. ***"Nyonya," panggil Nita ragu. Desti yang mendengar nada suara Nita terdengar ragu pun tersenyum dan berkata, "Ada apa … kenapa suaramu terdengar ragu begitu? Apa ada masalah?” Desti yang sedang duduk di sofa dengan dibantu oleh Jona untuk mengobati luka yang ada di bibirnya. Desti menunggu jawaban dari Nita. Jona yang melihat raut wajah partnernya yang gelisah pun bertanya, “Ada apa denganmu ….”“Nyonya … bolehkah saya bertanya?” tanya Nita ragu-ragu. terlihat di sofa yang berhadapan dengannya Nita terlihat takut dan sedang memikirkan sesuatu. “Boleh, siapa yang melara

    Last Updated : 2023-02-26
  • Istri Kedua Yang Buta    10. Istri Kedua Yang Buta

    “Desti … apa kau mau aku lempar ke api unggun terlebih dahulu baru kau mau turun untuk memasak?” bentak Siska yang tiba-tiba datang dengan membuka pintu kamar Desti dengan kasar. “I-iiya …,” jawab Desti dengan kepala tetunduk. “Buruan! Winarta sudah menunggu di meja makan,” bentak Sika. Untung saja kamar Desti memiliki alat kedap suara, sehingga tidak akan ada yang mendengar suara teriakan Siska. “Tapi … saya ‘kan tidak bisa melihat, bagaimana caranya saya akan memasak?” tanya Desti berusaha membuat dirinya tenang. “Tidak ada alasan kau tidak bisa memasak karena matamu itu! Kau ‘kan memiliki dua dayangmu itu. Untuk apa suamiku menyewa dayang juka bukan untuk membantumu?” ucap Siska terdengar sinis. Setelah mengucapkan itu, Siska turun menuju ruang makan. Selagi Desti turun dengan di tuntun oleh Nita dan Jona. Melihat Siska yang turun dan duduk di hadapanya membuat Winarta mengerutkan alisnya dan bertanya, “Kenapa kau duduk? Siapa yang akan masak?” “Semua chef dan beberapa maid k

    Last Updated : 2023-02-26
  • Istri Kedua Yang Buta    11. Istri Kedua Yang Buta

    Melihat kedatangan Winarta membuat Siska kalap. Dengan cepat Siska berdiri dari duduknya dan berkata, "Bukannya aku sudah bilang … biarkan aku saja yang mencuci semua piring ini, kau ini sangat keras kepala!" Siska segera mengambil spon pencuci dan mengganti posisi Desti. "Dia pasti sengaja melakukannya untuk membuatku terkena marah Winarta, awas saja kau akan aku beri pelajaran padamu nanti," batin Siska dengan tangannya yang mencuci piring. Namun, Siska lupa jika Desti baru saja menjatuhkan piring, dan tanpa sengaja Siska menginjak pecahan piring itu. "Aarhh …." "Ada apa Mbak? Kenapa Mbak teriak?" tanya Desti terlihat panik saat mendengar teriakan Siska. Winarta yang melihat derama dari istrinya pun hanya bisa memutar bola matanya malas. Bukannya ia tidak tau jika Siska saat ini sedang berakting, Winarta bukanlah orang bodoh yang bisa ditipu dan dibodohi begitu saja. Jika Winarta memang orang yang bodoh tidak mungkin ia mendirikan perusahaan terbesar se-Asia sekarang. "Ikut ak

    Last Updated : 2023-02-27
  • Istri Kedua Yang Buta    12. Istri Kedua Yang Buta

    "Lalu saya akan tinggal di mana Tuan? Saya tidak memiliki tempat tinggal lagi," ucap Desti, ia pikir jika dirinya akan dibuang oleh Winarta tanpa Winarta menepati kontrak yang sudah mereka tanda tangani. "Di Amerika," ucap Winarta yang mana semakin membuat Desti bingung. "Tapi aku tidak punya rumah di sana … dan lagi aku tidak bisa bahasa Inggris," ucap Desti menundukan kepalanya. "Tidak perlu … itu urusanku," ucap Winarta yang mana masih mengompres bibir Desti. "Balik ke kamarmu," ucap Winarta dengan ketua. "Iya Tuan," ucal Desti. Namun saat akan menurunkan kakinya ternyata ia salah jalan. Yang Desti injak adalah lemari sepatu Winarta dan itu membuat Desti kembali menarik kembali kakinya ke atas kasur. "Wanita ini … sudah tau tidak bisa melihat, bukanya meminta tolong malah asal jalan," batin winarta menggelengkan kepalanya saat melihat Desti. Winarta menggenggam pergelangan tangan Desti dan menuntunnya menuju pintu keluar kamarnya. Saat sampai di luar kamar Winarta pun berter

    Last Updated : 2023-02-27
  • Istri Kedua Yang Buta    13. Istri Kedua Yang Buta

    Winarta keluar dari kamar Desti untuk menelpon Dimas, dokter pribadi yang memang bekerja sebagai dokter untuknya. Selain menjadi dokter Dimas juga adalah sahabat Winarta yang sudah bersama Winarta sejak mereka duduk di bangku SD. Cukup lama Winarta menunggu panggilannya tersambung sampai dari seberang sana terdengar suara seorang pria. [Hallo.] Terdengar suara pria dari dalam telepon. [Datang ke mansionku sekarang juga!] Suara Winarta terdengar sangat dingin dan menyeramkan dari dalam telpon. "Gila, habis makan apa ni orang sampai bisa seperti singa yang sedang terusik?" batin Dimas menjauhkan handphonenya dari telinganya. [Untuk apa? Bukankah kau baik-baik saja?] tanya Dimas. Karena selama ini dimas tidak memeriksa siapa pun di keluarga Winarta selain Winarta sendiri bahkan untuk memeriksa Siska yang sedang demam beberapa hari lalu saja tidak di izinkan oleh Winarta. Winarta memilih untuk memanggil dokter lain untuk memeriksa Siska. [Datang sekarang atau gajimu akan hangus!] Anc

    Last Updated : 2023-03-01

Latest chapter

  • Istri Kedua Yang Buta    36. Istri Kedua Yang Buta

    Waktu terus berlalu, dan kini sudah hari kelima Desti berada di rumah sakit. Sesuai dengan apa yang dikatakan Dimas hari itu, Desti bisa pulang dalam waktu satu minggu jika kondisinya selalu berjalan membaik. Hari itu adalah besok jadi hari ini, hari terakhir Desti di rumah sakit. “Sayang, aku akan ke ruang kerja dulu, apa kau menginginkan sesuatu sebelum aku pergi?” ucap Winarta yang berharap jika Desti bisa sedikit saja bersikap manja kepadanya. “Aku tidak menginginkan apa pun, aku akan tidur,” ucap Desti. Mendengar jawaban Desti membuat wajah Winarta cemberut, dan berkata, “Baiklah ….” “Sayang … aku pinjam Jona dan Nita dulu, ya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Winarta. “Iya … tapi nanti saat kau kembali bawakan aku es krim,” ucap Desti dengan memeluk guling. Mendengar itu membuat Winarta tersenyum dan berkata, “Baiklah, Sayang ….”Winarta berjalan ke ruangan kerjanya yang mana ruangan yang berada di samping kamar Desti itu menjadi ruang kerja Winarta selama Desti

  • Istri Kedua Yang Buta    35. Istri Kedua Yang Buta

    “Ada apa denganmu? Seperti kalah perang saja,” ucap Dimas dengan sebelah alisnya yang naik. Nico berjalan ke arah Winarta dan melihat layar laptop Winarta. “Astaga … untuk apa kau sampai meretas keamanan sistem negara?” Mendengar itu membuat Dimas yang bermain handphone kaget. "Ta, yang bener aja, lo pakek laptop gue buat meretas keamanan negara. Bisa abis gua, Ta." Bhuggg"Diam, sialan," umpat Winarta seraya melempar bantal yang ada di sofanya ke arah Dimas. “Untuk apa kau meretas keamanan negara?” tanya Nico, memperhatikan isi dari laptop Winarta, dan kembali berkata, “apa kau meretas keamanan negara hanya untuk mencari pelaku yang menaruh ular di ruangan Desti?” Mendengar jika masalah keselamatan istrinya yang dianggap sepele oleh Nico membuat Winarta menatap tajam ke arah Nico. Yang mana membuat Nico tidak melanjutkan perkataannya. “Di dunia ini keselamatan istriku yang utama!” ucap Winarta dengan tegas. “Okey … oke, tapi kenapa kau sampai harus meretas keamanan negara? Kej

  • Istri Kedua Yang Buta    34. Istri Kedua Yang Buta

    Dimas yang merasa bersalah melihat Nita yang menangis seperti itu pun mengejar Nita. Tak lama setelah mereka keluar, Zirah pun datang dengan membawa nampan yang berisi makanan, dengan pakaian yang menggoda Zirah pun berkata, “Tuan, ini makanan untuk nyonya.”Winarta tidak menjawab, tetapi melihat ke arah Jona yang sedang duduk di sofa. Jona yang mengerti arti tatapan itu pun segera bangun dan mengambil nampan itu dari tangan Zirah. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Zirah kesal. Melihat wajah kesal Zirah membuat Jona senang dan hal itu membuat Jona teringat hal yang Zirah katakan saat ia akan memasuki ruangan Desti. Jona menaruh nampan itu di nakas samping tempat tidur Desti dan kembali duduk di sofa diikuti dengan Zirah. Sampai 4 jam mereka duduk di sana tanpa melakukan apa pun dan tak lama kemudian datanglah Dimas, Nita dan Nico memasuki ruangan Desti. Saat Nita duduk di samping Jona, Jona pun berkata, “Hebat kau Nit, keluar bawa satu cowok dan masuk bawa dua, Good girls.” Jon

  • Istri Kedua Yang Buta    33. Istri Kedua Yang Buta

    “Kakiku seperti digigit,” ucap Desti yang terdengar rintihan kesakitan di sela-sela ucapannya.Mendengar itu Winarta pun langsung menyingkap selimut Desti, alangkah kagetnya Winarta saat melihat kaki Desti yang dililit dan digigit ular. Winarta tanpa menunggu lama pun langsung mengambil ular itu dan membuangnya melalui jendela, dengan sigap Winarta menyobek selimut Desti dan mengikatnya di kaki Desti yang di gigit ular. Setelahnya Winarta langsung memencet tombol yang mana akan langsung terhubung ke Dimas. Winarta memeluk Desti dan membenamkan kepalanya di dada Winarta. “Sayang, tahan ya … sebentar lagi DImas datang,” ucap Winarta dengan suara yang gemetar. Tak lama kemudian Dimas datang dengan membawa peralatannya dan berkata, “Ada apa?” “Perlukah kau bertanya? Tidaknya kain itu bisa menjelaskannya!” ucap Winarta dengan suara yang tertahan. Dimas yag melihat kain yang terlilit di kaki Desti pun langsung mengeluarkan peralatannya sampai beberapa waktu kemudian Dimas selesai. Namu

  • Istri Kedua Yang Buta    32. Istri Kedua Yang Buta

    Melihat wanita itu, membuat Winarta memasang wajah garang dengan alis yang mengerut. Dimas yang melihat ekspresi itu pun segera berbicara, "Wou … Wou … tenang dulu, tenang … dia itu suster yang akan menjaga istrimu selama dia sakit." "Kenapa kau memilih wanita menjijikan seperti ini?" Tatapan mengerikan itu berganti kepada Dimas dan membuatnya panik. "Astaga Zirah kenapa menggunakan pakaian seperti itu sih! Sekarang aku jadi harus menghadapi siang 'kan!" umpat Dimas dalam hati. "Maaf Tuan, apa yang salah dengan saya?" ucap Zirah dengan berjalan mendekat dan nada menggoda.“Menjauh dariku!!!” bentak Winarta membuat langkah Zirah terhenti. “Winarta! Kenapa kau mesti membentaknya! Dia hanya meminta maaf,” bentak Desti, bahkan Desti sampai mengerutkan keningnya. Winarta yang mendengar itu pun terdiam seketika. Mengingat kondisi Desti yang sedang sakit membuatnya tidak ingin memperburuk keadaan Desti. Winarta menatap ke arah Dimas tajam.“Sayang–”“Sus, nama Anda siapa?” tanya Desti

  • Istri Kedua Yang Buta    31. Istri Kedua Yang Buta

    Desti mendengar itu pun tersentak dan perlahan melihat ke arah wanita paruh baya yang mengaku adalah ibunya. “Apa itu artinya aku sudah meninggal?” “Tidak, Sayang … Rohmu masih bisa masuk ke dalam tubuhmu. Itu semua tergantung dengan keinginanmu, Di sana ada suamimu yang sedang menunggumu. Apa kau tidak ingin kembali?” Wanita paruh baya itu memegang tangan Desti dan menumpuknya dengan tangannya. “Jika aku kembali, bagaimana denganmu, Bu … bukankah kau mengatakan kau ibuku? Akankah kau kembali bersamaku juga?” tanya Desti dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Wanita itu tersenyum dan perlahan mengusap pelan kepala Desti dan berkata, “Aku tidak bisa lagi kembali ke dunia, Nak. Namun, aku akan selalu ada di sisimu dalam bentuk roh. “ Air mata Desti pun meluncur ke luar dari matanya. “Kenapa kau menangis, Nak?” “Aku ingin selalu bersamamu, Bu … tetapi aku juga ingin bersama suamiku. Jujur seiring berjalannya waktu, aku semakin mencintainya, rasa sayang itu mulai muncul, seiring be

  • Istri Kedua Yang Buta    30. Istri Kedua Yang Buta

    Terlihat wajah Winarta yang sudah berubah warna, bahkan aura di dalam ruangan itu pun terasa sangat menyeramkan. "Astaga … sepertinya aku baru saja memasuki kuburan," ucap Nico saat baru saja ia membuka pintu ruangan Desti dan merasakan aura yang sangat menyeramkan dari dalam ruangan itu. Saat Nico akan menutup kembali pintu, Winarta berkata dengan suara berat, "Kau melangkah satu langkah saja keluar dari ruangan ini, aku akan membasmi semua bisnismu yang ada." Mendengar ucapan Winarta membuat Nico mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruangan tersebut. Nico pun dengan rasa takutnya berjalan masuk ke dalam ruangan Desti dan berkata, "Winarta Sayang … apa yang membuatmu marah? Bisakah kau redam sedikit aku akan membantumu." Nico berbicara dengan bersikap manis, membuat seolah-olah dirinya terlihat imut. "Singkirkan wajah menjijikanmu itu!" bentak Winarta seraya mendorong wajah Nico. "Kejam," gumama Nico dan mendapatkan plototan dari Winarta. "Sekarang kau bawa wanita bernama Lil

  • Istri Kedua Yang Buta    29. Istri Kedua Yang Buta

    Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit di mana Desti di rawat. “Berani kalian membawaku lebih jauh lagi habis kalian!" Ancam Winarta yang mana saat ini sedang berada dalam mobil Nico dengan mata dan tangan yang teriakan. Mendengar ancaman itu membuat Nico dan Wirlond yang ada di dalam mobil menjadi ketakutan. Namun, keingintahuan mereka lebih besar dari rasa takut akan ancaman Winarta. "Tenang kawan, aku hanya ingin menunjukan calon istriku saja. Sebentar lagi kau pasti akan mengakui kecantikannya. Tapi maaf dia milikku kau tidak boleh merebutnya dariku," ucap Nico dengan nada sombong dan sebuah seringai di bibirnya. "Aku tidak peduli secantik apa calon istrimu, aku hanya ingin menemukan istriku! Tidak ada yang lebih cantik darinya," ucap Winarta acuh tak acuh. "Hehe … kita lihat saja nanti bagaimana reaksimu saat kau melihatnya." Seringai tipis terukir di bibir Nico. "Tuan kita sudah sampai," ucap sopir pribadi Nico."Wirlond," ucap Nico sembari menunjuk Winarta dengan m

  • Istri Kedua Yang Buta    28. Istri Kedua Yang Buta

    "Bocah tengik, lepas … aku ini bapakmu bukan bantalmu," ucap Pak Karja mendorong jauh wajah Wirlond. "Dasar kau seperti anak perempuan saja, alat," ucap Nico. "Namanya juga sudah lama tidak ketemu Tuan, kangen saya," ucap Wirlond dengan menggaruk kepala belakangnya. Yap, Pak Karja adalah ayah dari Wirlond tangan kanan dari Nico. "Owh ya, Pak kenapa bapak bisa ada di mansion ini?" tanya Nico."Loh, Anda tidak tau? Ini 'kan mansionnya Tuan Winarta," ucap Pak Karja. "Apa? Sejak kapan manusia es itu pindah ke Amerika?" ucap Nico kaget. "Tak lama setelah pernikahan Tuan Winarta dan juga Nyonya Desti, Tuan." Bukan Pak Karja yang menjawab melainkan Wirlond. "Winarta menikah lagi? Dan kau tidak memberitahuku?" ucap Nico dengan sorot mata tajam kepada Wirlond. "Eh … hehehe … bukan begitu maksud saya, Tuan. Saat itu saya ingin memberitahu Anda tapi karena Jecky menyerang markas saya tidak mengatakannya dan say

DMCA.com Protection Status