Cuaca mulai mendung. Awan hitam sudah menutupi matahari tepat di atas kepala. Safiya terus memperhatikan rintik hujan yang perlahan mulai turun. Sampai akhirnya ia tersadar kalau mobil Iky sudah berhenti.
“Kita sudah sampai?” tanya Safiya heran.
“Iya,” jawab Iky dengan senyum khasnya. Ia pun turun dan membukakan pintu untuk Safiya. “Ayo,” ajaknya dengan mengulurkan tangan.
Safiya pun memberikan tangannya pada Iky. Ia digandeng menuju sebuah toko. “Toko perhiasan?” tanyanya bertambah bingung.
“Duduk di sini, tunggu sebentar ya.”
Iky memanggil seorang penjaga toko lalu entah berbicara apa padanya. Kemudian penjaga toko itu mengambil satu kotak merah berukuran kecil. Ia memberikannya pada Iky dan Iky pun memberikan uang padanya.
“Sudah. Ayo kita pergi,” ajak Iky lagi.
Safiya lagi-lagi menurut tanpa bertanya. Ia tahu Iky akan menjawabnya seperti saat di mall tadi.
Safiya POV “Aku akan mempertemukanmu dengan Rayan hari ini,” ujar Mbak Allura ketika hendak pulang dari kafe. “Apa? Mbak bersungguh-sungguh?” tanyaku terkejut tak percaya. “Tentu saja Safiya. Tujuanku untuk menikahkanmu dengan Rayan juga bersungguh-sungguh.” “Tetapi dia adalah suami Mbak. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu pada Mbak. Aku tidak ingin menyakiti perasaan Mbak Allura.” “Sudahlah, ini hanya perkenalan biasa.” Mbak Allura mulai mengetik di layar ponselnya. Mengirim pesan singkat agar Mas Rayan menjemputnya. Tidak sampai lima menit, Mas Rayan pun menyetujui permintaan istrinya itu. “Finish, Rayan akan datang beberapa menit lagi, bersabarlah.” Aku hanya terdiam. Entah mengapa hatiku berdebar. Mungkin grogi akan bertemu dengan laki-laki yang kusukai dari aplikasi dating? Ak
Di perjalanan pulang dari kafe, Allura terus membicarakan soal Safiya. Memu-mujinya seakan ia adalah wanita impian semua pria. Tetapi untuk apa Allura melakukan hal itu pada Rayan? Dia sendiri adalah istri Rayan, memuji wanita lain di depan suami sendiri adalah hal yang ganjil. Namun, ia bersikap seperti itu untuk membuat Rayan terkesan dan mengingat Safiya."Mas tahu, Safiya adalah wanita hebat. Adek kagum dengannya, dia lulusan S2 dan mempunyai pekerjaan yang bagus. Apa lagi wajahnya sangat cantik. Sederhana tetapi penampilannya masih elegan. Dia juga mempunyai rambut hitam panjang yang sehat. Dia adalah wanita yang cantik 'kan Mas? Ah, mungkin lebih tepatnya wanita idaman," celoteh Allura."Hmm ...." Hening, hanya terdengar deru kendaraan di jalan raya. Sedari tadi Rayan hanya menanggapi istrinya dengan dehaman yang sama dan bahkan tidak meresponnya sama sekali. Padahal Allura mengharapkan respon positif darinya."Ken
Usai makan malam bersama, Ibu Rayan dan Siska sibuk menyuci piring di dapur. Ibu Rayan meminta Allura untuk tidur bersamanya. Ia ingin menemani Allura dan sedikit mendongeng untuk cucu dalam perut Allura. Sedangkan Rayan dan ayahnya sedang bicara berdua sembari melihat televisi dan meneguk secangkir kopi. "Bagaimana kabarmu dan istri di sana, Nak?" tanya Ayah Rayan. Rayan diam tak mengerti apa yang dimaksud ayahnya. Dia dan Allura 'kan sudah terlihat di depan matanya. Bagaimana ayahnya masih menanyakan kabarnya dan Allura? "Ayah 'kan sudah melihatnya sendiri. Kenapa Ayah masih bertanya seperti itu?" "Maksud Ayah, apa kalian di sana baik-baik saja? Kamu tidak menyembunyikan sesuatu 'kan?" Ayah Rayan memandang wajah Rayan serius. "Tidak ada yang Rayan sembunyikan Yah, lagi pula untuk apa Rayan menyembunyikan masalah serius dari Ayah." Rayan meneguk kopinya yang masih mengeluarkan
Matahari baru menyapa, Rayan sudah menatap layar laptopnya sejak lima menit yang lalu. Sebelum itu ia berbincang dengan atasannya di telepon. Sepertinya ada pekerjaan penting yang harus Rayan kerjakan. Allura baru bangun setelah ditemani tidur oleh ibu mertuanya. Rayan langsung menghampiri istrinya untuk mengucapkan selamat pagi spesial. "Pagi, Sayang. Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Rayan setelah mengecup kening Allura. "Pagi juga, Mas. Nyenyak sekali, Ibu menceritakan banyak hal tentangmu semalam," ujar Allura sedikit terkekeh. Ia teringat masa kecil Rayan yang menggemaskan. "Hm, jadi kalian mulai mengejek Mas lagi." Rayan sudah terbiasa jika ibu dan istrinya selalu membicarakan hal-hal yang menurutnya memalukan. Para pria memang tidak terbiasa menceritakan masa kecilnya. Apa lagi hal-hal yang membuat gengsinya meninggi. "Hehe, suamiku yang cerdas, kenapa pagi begini Mas sudah berpakaian rapi sekali?" t
Rayan baru menginjak hari pertamanya jauh dari sang istri, tetapi ia sudah sangat merindukan wajah Allura. Ia begitu cemas meninggalkan Allura dalam keadaan hamil muda seperti itu. Bagaimana nanti kalau dia ngidam mendengar suaranya? Atau Allura sedang ingin dimanja olehnya? Rayan merasa sangat bersalah jika tidak bisa menuruti keinginan istrinya di kala mengandung si buah hati. Setidaknya Rayan bisa memperlakukan Allura dengan sangat spesial di masa-masa seperti itu. Sejenak mungkin ia lupa dengan kerinduannya pada Allura saat menghitung beberapa digit angka berulang kali. Namun, saat jam istirahat tiba, tentu saja ia langsung teringat pada Allura. Ia pun segera menghidupkan ponselnya dan menghubungi nomor Allura. Tetapi sudah beberapa panggilan darinya tak diangkat oleh Allura. Telepon terhubung setelah beberapa kali terabaikan. "Halo, assalamualaikum, Dek," ujar Rayan. "Waalaikumsalam, Mas," jawab Allura di seberang telepon. "Adek sedang apa? Apa Adek baik-baik saja? Kenapa telep
Dear Diary ...Entah apa yang harus aku tulis untuk hari ini. Aku merasa bahagia sekaligus sedih. Tuhan, bolehkah aku egois untuk satu malam ini saja? Jujur saja aku tidak bisa lagi mengendalikan hati yang terus jatuh terlalu dalam padanya. Iya, dia adalah Mas Rayan. Aku tidak tahu kapan terakhir kali aku merasakan jatuh cinta seperti ini, tetapi untuk kali ini sungguh sangat berbeda! Mas Rayan adalah pria baik-baik dan pekerja keras, siapa yang tidak akan jatuh hati padanya? Kenapa takdir selalu menguji jalan percintaanku seperti ini?Pertama, aku bertemu seorang pria yang sangat mencintaiku, tetapi nyatanya ia hanya bernafsu. Cinta dan kasih sayang yang ia beri hanyalah bisikan setan belaka. Lalu kedua, aku bertemu pria yang baik, tetapi ia menolakku saat tahu riwayat pendidikanku. Dan sekarang, aku bertemu pria yang membuat kepalaku hampir pecah dibuatnya. Ia pria yang sudah beristri, tetapi istrinya sendiri menjodohkanku de
Dear Diary .... Aku benar-benar bahagia hari ini! Tahu kenapa? Alasannya adalah karena Mas Rayan mengajakku sarapan bersama! Tentu saja hatiku sedang melompat-lompat kegirangan seharian ini! Rasanya aku ingin teriak agar seisi dunia tahu bahwa diriku sedang jatuh cinta. Aku tahu ini salah, tapi maafkan aku Mbak Allura, aku sudah benar-benar jatuh hati pada suamimu itu. Harus bagaimana kukatakan padamu? Mas Rayan adalah pria yang selama ini aku cari. Pikiranku terus mengutuk hatiku yang berani menaruh rasa begitu saja pada suami orang. Tetapi aku bukan wanita munafik, hatiku memang menginginkannya. Sekali lagi aku tegaskan, maafkan aku atas kelancangan hatiku ini Mbak Allura. Semua ini bisa terjadi juga berkat dirimu. Jika seandainya Mbak Allura tidak membuat akun dating untuk Mas Rayan, mungkin hari ini aku tidak akan merasa ssperti terbang ke langit ke tujuh. Tuhan ... jika benar Mas Rayan adalah jodohku, maka berilah aku
Safiya dan Rayan sudah tiba di Pusat Oleh-Oleh Jumbo. Tepatnya di jalan Padjajaran No. 3F. Baru saja hendak masuk ke dalam, wangi roti beraneka ragam sudah tercium. Pantas saja kalau toko oleh-oleh ini selalu ramai oleh pengunjung lokal maupun asing. Makanan-makanan khas Bogor yang beragam sudah tersaji dengan rasa dan isian yang berbeda. Safiya langsung mengajak Rayan untuk membeli beberapa roti khas Bogor. Salah satunya adalah Roti Unyil. Bentuknya yang kecil dan imut membuat mulut tidak bisa berhenti untuk melahapnya kembali. Varian rasanya pun beragam, ada rasa cokelat, keju, stroberi, cokelat keju, pisang, dan lain-lainnya. "Mas, cobain deh." Safiya menyodorkan satu Roti Unyil dengan rasa keju ke mulut Rayan. Mau tidak mau pun Rayan membuka mulutnya dan menerima suapan dari Safiya. "Gimana? Enak 'kan?" tanya Safiya setelah Rayan mengunyahnya. "Emm," jawab Rayan dengan anggukan masih dengan mengunyah ro
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tidak terlalu cepat jaraknya sejak Rayan datang ke rumah orang tua Allura di kampung halamannya yang lumayan jauh jaraknya dari Jakarta. Pernikahan digelar di kampung saja karena Rayan sangat-sangat menghargai keputusan ibu dan ayah Allura yang ingin menjalankan tradisi adat di kampung beliau juga, ibu dan ayah Rayan tidak keberatan dengan hal itu karena menurut mereka apapun yang membuat anaknya bahagia maka biarlah seperti itu.Allura sudah mandi kembang di pagi-pagi hari sekali sesuai adat kampungnya, tidak ada yang menyalahi syariat dalam ajaran agama Islam menurut Rayan juga Allura karena itulah kedua sama-sama yakini.Acara pernikahan akan dilaksanakan pagi hari sekali di aula perkampungan. Seluruh warga di kampung sangat bersyukur dapat juga berpartisipasi dalam menyiapkan aula kampung sebagai tepat ijab kabul nanti dilakukan.Suasana kampung sangat meriah di hari sebelum hari pernikahan ini. Ada yang memasak, merapikan
Jujur saja seperti tidak ada pilihan yang tepat selain jawaban iya dari Allura karena memang itulah yang sekarang ada di hatinya. Rayan benar-benar mengagetkannya dengan lamaran yang mendadak ini dan mengatakan akan melakukan semuanya dalam waktu cepat, jika tidak ada yang sedang ditunggu-tunggu dan jika bisa.Saat ini hatinya benar-benar sedang berbunga-bunga karena Rayan akhirnya melamarnya dan mengatakan akan segera juga menyampaikan niat baiknya kepada keluarganya Allura di kampung.Seusai ke area panahan pun Rayan mengajak Allura ke tempat makan di kapal yang ada di tengah sungai tidak jauh dari tempat panahan itu. Allura masih dalam mode diam yang senang, tidak bisa merespon apapun yang sedang Rayan ingin lakukan dengannya.“Allura,” panggil Rayan sambil sedikit menepuk pundak Allura hingga gadis yang sudah mengetahui perasaannya juga tujuannya untuk masa depannya itu menoleh ke arahnya.Masih gugup, masih sangat gugup.
Sudah sejak ia bertemu Allura Rayan memikirkan banyak cara untuk memberi Allura sesuatu yang mengejutkan di kehidupan Allura.Ingin sekali Rayan selalu memberi kebahagiaan kepada Allura yang saat ini sedang menghiasi pikirannya di setiap malam yang kini selalu terasa panjang karena rindu.Seminggu sudah Rayan menyiapkan satu kejutan besar untuk Alluara. Harinya telah tiba, hari di mana Rayan akan memberi Allura sesuatu yang sepertinya akan terjalin seumur hidupnya, rencana Rayan.Semuanya Rayan lakukan sangat rahasia, karena Rayan ingin menjadi satu hal yang paling membahagiakan di hidup Allura. Rayan selalu berpikir itulah tujuannya kanapa dirinya selalu bernafas hingga saat ini.Rayan sudah janjian dengan Allura tiga hari yang lalu, ketika Rayan sudah yakin kalau kejutannya sudah siap.Kebetulan sekali Allura tertarik kepada panahan, Rayan mengajaknya ke tempat panahan yang berada di taman yang cukup indah, Taman Cornalia yang berte
Hari nampak mendung kebetulan yang sangat langka kembali terjadi, ini seakan pertemuannya yang pertama dengan Allura. namun kali ini tidak sama dengan kali pertama karena Rayan sudah banyak sekali mengetahui tentang kehidupan Allura dengan baik, bahkan dengan sangat baik. “Hay,” sapa Rayan kepapa Allura yang tengah berdiri seperti biasa menunggu bus yang tak kunjung datang. “Masih jadi misteri ya, Rayan.” Allura tiba-tiba mulai berkata namun terhenti setelah melihat wajahnya. Rayan bertanya, “Misteri, kenapa?” Allura malah tersenyum. “Ini … kenapa setiap mendung busnya telat datang, padahal kan semua orang kalau sudah mendung seperti ini pasti tergesa-gesa dan menjadi cepat kerena takut nanti hujan. Lah, coba lihat bus yang sekarang tidak ada di sini, ini sudah melanggar etika duniawi. Busnya malah telat datang. Aneh sekali, bukan?” tanya Allura kepada Rayan yang sangat tertawa karena Allura yang tidak seperti biasanya memikirkan hal ya
Rayan dan Allura sudah jarang bertemu untuk jalan-jalan bersama semenjak keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Namun, keduanya masih sempat mengirim kabar melalu pesan singkat ataupun telepon suara. Allura kini sudah bisa memaklumi kalau Rayan begitu sibuk dan kadang tidak membalas pesannya walaupun masih dengan sedikit rasa kesal karena terabaikan. Ia juga masih sering curhat perihal Rayan pada Jena. Tentu saja Jena sebagai wanita yang lebih berpengalaman dalam hal pacaran daripada Allura pun memberinya banyak saran dan masukan. Walau terkadang saran dari Jena itu agak melenceng dan berbau hal-hal dewasa, tetapi Allura bisa memilahnya. Ia juga paham bagaimana sifat sahabatnya yang satu itu.Allura sangat senang karena ia baru saja mendapatkan kenaikan gaji setelah bekerja begitu keras. Ia sangat ingin membagi kebahagiaannya itu bersama Rayan. Saat itulah muncul ide untuk memberi sang kekasih kejutan. Allura berniat untuk datang ke rumah Rayan tanpa sepengetahuannya. U
"Jen, tanganmu kok jadi kekar begini sih? Kamu sering olahraga, ya?" tanya Allura memandang ke arah bawah tempat ia mengambil biji popcornnya. Ia merasa takut ketika tangan itu bukanlah tangan putih susu milik Jena. Melainkan tangan dengan warna tone yang lebih gelap.Allura langsung mengarahkan pandangannya ke samping. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui pemilik tangan itu bukanlah Jena. Pemilik tangan itu langsung tersenyum lebar ketika Allura memandangnya dengan tatapan terkejut. Mungkin jantungnya sudah hampir copot saat itu."Apa kabar, sayang?" tanya Rayan dengan senyum yang masih mengembang."Uhuk uhuk!" Allura langsung tersedak popcorn yang baru saja ia telan. Bagaimana bisa teman kostnya berubah menjadi Rayan?"Hei, pelan-pelan kalau makan. Ini minumlah," Rayan menyodorkan minuman lemon tea yang sudah ia beli sebelum masuk ke bioskop. "Kalau makan juga jangan sambil berbicara, yang ada kamu akan tersedak seperti ini."'Astaga bisa-bisa
Pagi-pagi sekali Allura sudah terbangun untuk memeriksa ponselnya. Padahal ini hari weekend, tidak biasanya ia bangun sepagi itu, terlebih langsung memeriksa ponselnya. Penyebab perubahan tingkah laku Allura itu tak lain adalah Rayan kekasihnya. Sudah beberapa hari ini Rayan tidak membalas pesan dari Allura. Ia tahu kalau Rayan sedang sibuk, tetapi apakah begitu sibuknya sampai tidak bisa mengirim satu pesan pun pada pacarnya sendiri?Dengan kesal Allura melempar ponselnya sembarangan ke kasur. Kemudian menenggelamkan kepalanya di bawah tumpukan bantal. Mencoba untuk memejamkan matanya kembali lalu menikmati kebahagiaan di alam mimpi. Daripada menunggu kabar dari Rayan yang seperti menunggu Bang Toyib pulang saja."Arrgghh!" teriak Allura frustasi. Ia tidak bisa begini terus. Mencoba tidur pun gagal ketika pikirannya hanya terus diisi oleh Rayan. "Aku harus bagaimana untuk menghilangkannya dari kepalaku?" tanya Allura sembari memegangi keningnya.
"Gadis yang aku sukai itu kamu, Allura," ucap Rayan sembari menyerahkan buket mawarnya pada Allura. "Aku sudah jatuh hati padamu sejak awal pertemuan kita. Bagaimana aku bisa melakukan saran yang kamu berikan tadi kalau gadis yang aku sukai itu adalah kamu?"Tiap kata yang dikeluarkan oleh Rayan saat itu bak mantra sihir yang bisa membuat orang menjadi patung. Begitulah yang dialami Allura sekarang, hanya diam tak bergerak. Betapa ia merasa malu karena sudah bertingkah sangat bodoh di depan Rayan saat itu. Semburat merah langsung terpampang jelas di permukaan pipinya. Ia sudah tidak bisa menahan lagi desiran hangat itu. Sebelum Rayan mengatakan hal yang lebih lanjut lagi, cepat-cepat Allura menghabiskan makanan penutupnya.Rayan bingung ia harus bersikap bagaimana. Jelas-jelas sang gadis sedang merasa malu karena sikapnya sendiri, tetapi Rayan tidak bermaksud untuk seperti itu. Sikap Allura yang salah tingkah pun tampak menggemaskan bagi Rayan. Sampai-sampai ia sangat
Satu pekan sudah berlalu, keadaan Ayah Allura pun sudah membaik. Itu berarti saatnya Allura kembali ke Jakarta untuk bekerja. Selama perjalanan pulang pikiran Allura selalu terganggu dengan satu lelaki yang belakangan ini memang sering berada di kepalanya. Hatinya gelisah ketika memikirkan wanita yang disukai oleh Rayan. Ia tak ada niat untuk berharap lebih, tetapi apalah daya jika hati tak sanggup tuk berdusta. Allura sudah terlanjur memiliki perasaan pada Rayan, tetapi Rayan malah menyukai wanita lain–begitu pikirnya.Melihat pemandangan melalu jendela adalah hal yang sangat menyenangkan. Apalagi jika pemandangan seperti desa tempat Allura dibesarkan. Namun, tatapan Allura hanya kosong seolah tak menikmati pemandangan yang ditangkap oleh netranya."Ah, untuk apa aku memikirkannya. Lagi pula dia pasti sedang memikirkan gadis yang disukainya," gumam Allura yang masih saja menatap kosong ke arah luar.Beberapa menit berlalu Allura masih saja memikirkan Raya