Share

Jadi Istri Kedua?

Penulis: Respaty legacy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-06 21:47:47

Andini merasa sudah mengkhianati bosnya sendiri. Rasa bersalah ada dalam hatinya. Jadi, dia mengunjungi Anya yang belum siuman.

“Bu Anya, apa yang harus saya lakukan?” ratap Andini sambil menggenggam tangan wanita itu. Tidak ada jawaban sama sekali. Biasanya, Bu Anya punya semua jawaban dan jalan keluar dari pertanyaan Andini.

Alat monitor jantung yang seolah menjawab pertanyaan Andini. “Apakah saya harus menerima pernikahan ini? Lagi pula, untuk apa dia mengaku sebagai suamiku? Apa memang dia centil dan suka cari penyakit, ya, Bu?”

Mana sangka di luar kamar ada Stefan yang mendengar semua perkataan Andini. Lelaki itu tersenyum. Mengapa sekretarisnya itu naif sekali?

Lagi pula, Stefan melakukan ini semua hanya untuk melindungi Andini. Selain itu, kalau Andini adalah istrinya, tidak akan ada yang meremehkannya. Walau istri kedua.

 Stefan masuk ke kamar perawatan.

“Siapa yang kamu maksud centil?” tanya Stefan, suaranya mengagetkan Andini.

Andini membeku mendengar suara itu. Dia menatap Stefan lalu menggeleng. Sadar kalau dia baru saja menangis, jadi, Andini menghapus air matanya.

Stefan mendekat ke arah Andini yang duduk di sisi ranjang pasien. “Kamu tidak perlu merasa bersalah begitu.”

“Apa?” Andini masih belum bisa menerima kenyataan kalau Stefan adalah calon suaminya. Dia bangkit dengan cepat. “Maaf, Pak, saya pikir semua wanita tidak ingin jadi istri kedua.”

Stefan menghentikan langkah. Sadar diri kalau Andini belum siap.

“Walau kamu istri kedua, tapi, saya tidak akan menomorduakan kamu. Saya juga akan meminta izin kepada Anya.”

“’Izin kepada Bu Anya?’ Mana bisa?” cibir Andini, dia, kan masih koma.

“Kalau begitu, kita batalkan saja semua. Biarkan perusahaan Anya hancur. Dan penyelewengan dana itu tidak tahu ke mana. Beres, kan?” cetus Stefan, berkata dengan tenang.

Stefan, duduk di sisi Anya. Memegang tangan wanita itu. “Anya sayang, aku meminta izin menikahi asistenmu. Semua ini demi kebaikan perusahaanmu. Kebaikan keluarganya juga. Dan pernikahan ini hanya sementara, setelah kamu sadar dan bisa memimpin perusahaan seperti sedia kala, aku akan menceraikan Andini.”

Mata Andini membesar, “Bapak kira pernikahan ini kayak mainan? Dinikahin abis itu ditinggalin begitu?!”

“Jadi kamu tidak mau saya tinggalkan?” tanya Stefan menatap Andini, dan bangkit dari kursi, badannya tegap terus mendekati Andini hingga terpojok di tembok.

“Bu—bukan begitu, Pak. Asal bapak tahu, saya juga punya pacar yang saya sayang,” Andini mengaduh dalam hati. Apakah jawaban ini akan menjadi alasan kuat dan bisa mengurungkan niat Pak Stefan?

“Siapa?” tanya Stefan mengurung Andini dengan kedua tangannya. “Apa pacar kamu itu membantu masalah keuangan kamu?”

Andini diam menunduk, mengapa dia selama ini sial sekali. “Dia … dia,” Andini menelan ludah pelan. Lalu mendongak menatap Stefan. “Dia sayang saya, paling tidak seperti itu.”

Andini lalu mencari celah, agar bisa meloloskan diri dari Stefan.

Stefan tersenyum tipis ketika secepat kilat Andini meloloskan diri.

“Baik, kalau begitu, pernikahan ini gagal. Dan kamu secepatnya cari pekerjaan baru, karena saya sendirian tidak akan bisa mempertahankan perusahaan Anya. Walaupun bisa bertahan, perusahaan itu pasti akan mengurangi karyawan.”

Andini membeku, tidak bekerja berarti: dari mana dia akan dapat uang untuk adik-adiknya nanti? Untuk ayahnya yang sakit-sakitan?

Perkataan Stefan seolah final, tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Lelaki itu lantas pergi dari kamar perawatan setelah mencium kening istrinya.

Mata Andini lantas menatap Anya. “Kenapa saat begini Bu Anya nggak bangun?” tanyanya lugu. “Masa Bu Anya diam aja, suaminya mau menikah lagi?”

Ponsel Andini yang ada di saku bergetar. Nama yang muncul di layar ponselnya, Edo, adik paling kecil yang masih SMA.

“Hallo?” sapa Andini ragu, jantungnya berdetak dengan keras.

“Kak, bapak jatuh lagi di kamar mandi, Sekarang dibawa ke rumah sakit dibantu tetangga.”

Andini panik tak karuan, tangannya gemetar.

“Kak, Kakak mau ke sini, kan? Edo bingung, nih, Kak,” rajuknya dengan suara bergetar.

“I—iya, Kakak ke sana,” kata Andini, hal yang terakhir dia lakukan adalah, menggenggam tangan Anya sekilas.

Andai saja Bu Anya sedang sadar, dia pasti akan tanya, ‘apa yang bisa aku bantu, An?’ Atau bosnya itu hanya memeluk Andini, itu sudah merupakan obat sabar yang sangat berarti.

Andini rindu sekali dengan bosnya yang baik dan penyabar.

Dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat, Andini mengucap-ucap doa. “Semoga Bu Anya lekas sadar. Dan semoga bapak tidak apa-apa.”

***

Sesampainya di rumah sakit, Andini melihat Edo yang gelisah, ketakutan hingga wajahnya pucat tak karuan.

“Gimana, bapak?” tanya Andini, langsung menghampiri Edo.

“Gawat, Kak, kata dokter bapak gawat ….”

Tidak lama seorang dokter mendatangi Edo. “Keluarga Pak Tarso?” tanyanya.

“Iya, Dok, ini kakak yang saya ceritakan tadi,” jelas Edo suaranya masih gemetar.

“Jadi, bagaimana ayah saya, Dok?” tanya Andini.

“Pak Tarso mengalami pendarahan otak. Karena ini adalah serangan stroke yang kedua, ada kemungkinan dia untuk selamat, asal dilakukan bedah. Tapi, waktu kita tidak banyak. Pak Tarso juga belum enam puluh tahun. Jadi, kesempatan sembuhnya lebih besar. Walau tidak ada operasi yang sempurna, apalagi berhubungan dengan organ vital manusia.”

“Kalau begitu, lakukan saja operasinya, Dok,” jawab Andini cemas. Ada secercah harapan dalam hatinya.

“Baiklah, saya hanya perlu persetujuan dari keluarga. Dan bisa mengurus biayanya di administrasi.”

Jantung Andini berhenti entah berapa detik, soal biaya. “Ba—baik, Dok,” jawabnya. Dia membalik badan menggandeng tangan adiknya menuju ruang administrasi.

“Kakak tidak tahu kalau ini tidak masuk pembayaran asuransi sosial kesehatan,” kata Andini.

“Tadi, dokternya jelasin kalau ini adalah operasi besar. Jadi ada biaya yang harus dibayar.”

Andini mengangguk pasrah menuju loket administrasi. “Pak, pembayaran atas nama Pak Tarso, apakah asuransi menanggung operasinya?”

“Saya cek dulu,” kata pegawai administrasi. Mengetik sesuatu di kibor komputer, lalu muncul keterangan. “Ibu, maaf untuk bedah syaraf, tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan sosial. Jadi, ibu harus menanggung biayanya sendiri.”

“Berapa biayanya, Mbak?”

“Seratus juta rupiah,” jawab si pegawai administrasi.

“Apa?” Andini membeliak, mana mungkin biayanya sebesar itu.

“Biaya ini hanya untuk operasinya saja, jika ada tindakan tambahan maka ada biaya lain lagi.”

Andini mendengus, membuang pandangan, Edo tak kalah cemas.

“Kak, tapi kalo bapak nggak dioperasi … Edo nggak bisa kehilangan bapak, kita, kan udah nggak punya ibu.”

Andini menatap adiknya, lalu melihat ke arah pegawai administrasi itu.

“Tapi, dari mana kakak bisa dapat uang? Tabungan kakak sudah habis untuk biaya berobat bapak sehari-hari.”

Baik Edo atau pun Andini mencelus hatinya, bagaimana ini?

“Apa nggak ad acara lain, Kak? Pinjam sama atasan kakak misalnya? Bu Anya, kan, kata kakak baik.”

Andini menggenggam ponselnya, “Aku coba pinjam pacarku dulu, mungkin dia bisa bantu.”

Respaty legacy

Hallo, Hallo ... Aku harap kalian suka cerita ini, ya...

| Sukai

Bab terkait

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Malam Sial Andini

    Namun, kenyataan pahit harus Andini terima, pacarnya Joshua tidak angkat telepon darinya.Edo menatap Andini, menunggu kabar yang melegakan atau paling tidak akan menggembirakan. “Gimana, Kak?”“Tidak diangkat,” jawaban Andini membuat Edo lemas.“Jadi gimana, Kak? Gimana dengan bos kakak? Bukannya Bu Anya, Bu Anya itu selalu bersedia membantu kakak?” desak Edo. “Edo hanya takut kalau kita mengabaikan perawatan untuk bapak, bapak malah nggak ketolong,” desakan Edo membuat Andini sesak.Andini tidak sanggup kalau harus kehilangan bapak. Saat ibunya pergi, hatinya hancur dan semua hampa. Dunia ini gelap. Tapi lebih kejam, waktu terus berjalan, Bum tetap berputar. Wanita itu menatap layar ponselnya. Ada nama Stefan di sana.Entah berapa kali jemari Andini mengusapnya, apakah dia akan membantuku kali ini, batinnya bertanya. Apakah kali ini dia harus meminta bantuan Stefan?Hatinya setengah ragu, tapi ada kekuatan kalau dia harus menghubungi Stefan. Jadi, Andini menghubungi lelaki itu.***

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Keadaan Mendesak Stefan

    Satu minggu kemudian, kondisi Pak Tarso makin membaik. Sementara, keadaan Anya tidak lebih baik dari kemarin. Masih koma, malah ada permasalahan lain, kalau keadaan organnya menurun. Jadi ada operasi tambahan.Stefan yang mendengar kabar itu syok, hatinya mencelus, menatap Anya. Ingin bertanya, tapi rasanya, Stefan tidak bisa.“Tindakan ini harus segera kita ambil. Agar organnya kembali berfungsi,” kata dokter ahli bedah itu.Stefan menghela napas, “Apa dokter yakin dengan keputusan ini? Apakah istri saya akan baik-baik saja nanti? Setelah dioperasi, apa dia akan bangun dari koma?”“Tidak ada yang bisa menjamin, kapan Bu Anya akan sadar dari koma. Kalau dia sadar setelah operasi ini, itu adalah keajaiban.”Stefan mengacak rambutnya, lalu menatap Anya lagi. “Kalau begitu, lakukan saja, Dok.”“Baik. Saat ini pihak rumah sakit memerlukan persetujuan dari Pak Stefan. Saya akan panggilkan perawat agar bisa bawakan berkasnya.”“Baik.”Sebagai suami yang baik, Stefan tidak bisa menahan kesed

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Harapan Palsu dan Hari sebagai Dirut

    “Kalau begitu saya antar saja, sekalian tahu rumah calon istri,” ujar Stefan, lalu berjalan mendahului Andini.Apa? Andini membatin dalam hati.Ucapan itu membuat dada Andini makin berdebar keras. Dalam hatinya Andini merasa kalau Stefan menyukainya. “Kayaknya ngga usah, Pak, saya bisa pulang sendiri,” katanya yakin, membuat Stefan menghentikan langkahnya.“Kamu yakin?” tanyanya menatap Andini.Andini sebenarnya ketakutan pulang malam dan sendirian. Walau naik taksi. Apalagi, baru-baru ini ada kabar tentang gadis yang dirampok dan dirudapaksa di taksi. Meski ketakutan sampai merinding, dia mengangguk meyakinkan Stefan.“Oke,” sahut Stefan langsung pergi dari hadapan Andini.Wanita itu menghela napas panjang, mana sangka Stefan mudah sekali dikelabui. Andini—terlalu polos dan naif, tentu saja Stefan mencemaskan Andini.Jadi, lelaki itu diam-diam mengikuti Andini. Sejak naik taksi dari depan rumah sakit.—Felix pun bekerja dengan caranya sendiri, dia meminta teman kantor memantau status

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Hari Menegangkan untuk Stefan

    Sebelum rapat pengangkatan, Stefan mati-matian menjelaskan laporan keuangan perusahaan Anya dan pengangkatan Andini sebagai dirut di rapat pemegang saham.Salah satu pemegang saham, Pak Indra mengangkat tangan, “Kenapa ini baru kamu lapor sekarang? Kita juga perlu kredibilitas Andini. Harusnya dia melaporkan dulu keadaan keuangan di perusahaan itu.”Stefan menghela napas, “Sudah tidak ada waktu lagi, Pak,” jawab Stefan dengan penuh wibawa. “Perusahaan yang Anya tinggalkan dalam keadaan di ujung tanduk. Ada beberapa transaksi keuangan yang belum jelas peruntukkannya. Saya mengantisipasi perusahaan itu bangkrut.”Winata yang duduk di kursi depan sebagai penanggung jawab, hanya mampu menghela napas, melonggarkan dasi. Paparan Stefan benar, jadi, Winata tidak bisa berbuat apa pun.“Tapi, kalau rugi besar-besaran dan dana tidak tahu ke mana mengalirnya pun percuma, Stef,” protes yang lain, yang ini Tuan Birawa—cukup berpengaruh dalam para pemegang saham.“Hal ini sedang ditelusuri oleh tim

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Profesi dan Ancaman Baru

    Mata Stefan seperti terror, tajam mengikuti gerakan Aska. Perlahan Aska menghilang dari pandangannya dan sekitar ruang rapat. Stefan menarik napas, lalu menatap Andini yang masih gemetar ketakutan.“Kamu harus belajar dengan saya, Andini. Mulai malam ini. Dan ….”“Dan apa?” tanya Andini masih panik. Tangan dan kakinya gemetar, sulit sekali dikendalikan. Napasnya memburu.Stefan merasakan kemarahan, kecemasan dan kepanikan pada diri Andini.“Aku nggak bisa, Pak,” kata Andini terbata, matanya berkaca-kaca. “Kenapa bapak kasih jabatan ini ke saya. Saya hanya mau berbakti kepada Bu Anya.”Stefan cepat-cepat bangkit dari duduknya, lalu menutup ruangan itu dengan vertical blind seluruh ruangan.Perlahan Stefan duduk di meja depan Andini. “Kamu tidak perlu memikirkan semua omongan Aska,” katanya tenang dan berwibawa.Andini menatap Stefan, kalau tidak karena utang, Andini maunya kabur dari tempat ini.“Terus, saya harus bagaimana?” sentaknya dengan nada tinggi. Lalu terisak-isak, kebigungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Jadikan Saya Anda!

    “Bar dan kelab ini hanya menjual minuman keras, musik keras, tidak ada transaksi prostitusi dan narkoba,” ujar Anya sebelum dia menyerahkan semua dokumen kepemilikan kelab, termasuk akta pendirian perusahaan ke Aska.“Janji, dong, Sayang,” jawab Aska tersenyum lebar, mereka duduk di ruang rapat kecil. Saling berpandangan.Anya menyerahkan semua dokumen kepemilikan bar dan kelab itu, Manson. Aska yang memberikan nama itu.“Aku harap kamu menepati semua janji,” kata Anya tenang dan berwibawa. “Karena kalau sampai Stefan tahu, bisa gawat.”“Stefan itu, kan bukan siapa-siapa, kenapa kamu mencemaskan dirinya?”Anya tersenyum, tangannya bersedekap. “Dia itu suamiku yang sah secara hukum dan agama.”“Tapi, semua perusahaan milik papamu, kan? Dia tidak ambil andil.” ujar Aska memicing, menunggu jawaban dari Anya. Berharap Stefan hanya pesuruh Winata yang posisinya tidak penting dalam perusahaan.Anya menghela napas, “Gimana, ya, Ka. Selain suami resmi, Stefan itu …. Tangan kanan papiku. Jadi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Nikah Dadakan

    “Jadikan saya budak bapak!” pekik Andini lantang. Apa yang dia ucapkan malam ini muda-mudahan tidak salah. Semua ini hanya untuk membayar budi baik Stefan. “Apa?” Stefan dan Andini saling bertatapan lurus.Edo pun membesarkan mata menatap kakaknya, “kakak nggak salah bicara, kan?” tanyanya lalu mendesah, semua ini gara-gara Mas Biyan, batin Edo.“Nggak,” jawab Andini masih menatap Stefan. “Saya terlalu banyak menerima kebaikan bapak. Jadikan saya …. Istri, sekali pun hanya pelepas nafsu bapak. Atau sebagai pelayan yang bapak injak harga dirinya.”Stefan mengerutkan dahi, memang pernikahan ini harus terjadi. Lelaki itu juga lupa untuk membahasnya.Andini tidak tahu kalau bapaknya sudah pulang dari rumah sakit. Perlahan, tertatih-tatih, lelaki tua itu berjalan keluar dari rumah karena suara ribut di teras.“Pak!” Edo dengan cepat menghampiri bapaknya yang masih lemas. Andini dan Stefan kaget, tidak menyangka kalau bapaknya sudah pulang. Bagaimana ini? Andini membatin sendirian, Wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kegelisahan Setelah Menikah

    Season 1Bab 14“Apa kamu mau membatalkan pernikahan?” tanya Stefan datar dan dingin, wajahnya yang panik dan cemas menatatap Andini.Dan Andini tidak tega, baru kali ini dia melihat ekspresi Stefan begini.“Um, maksud saya … bisa kita ulang sekarang?” tanya Andini kepada penghulu.“Baik. Jadi, nanti sampai tiga kali, kalau masih gugup, saya akan serahkan kepada saksi yang ada di ruangan ini,” jelas penghulu.Stefan bertekad dalam hati kali ini harus berhasil. Atau seluruh kredilitasnya akan dipertanyakan. Tangannya berjabat dengan bapak Andini.“Stefan Wiraatmadja, saya nikahkan saya kawinkan kau dengan anakku Andini Lestari dengan mas kawin dibayar tunai.”Sekilas Stefan tersentak ketika bapak Andini menggerakkan tangannya. Aba-aba agar Stefan bisa menerima ijab dan kabul itu.“Saya terima nikah dan kawinnya Andini Lestari dengan mask kawin dibayar tunai!” katanya dengan lantang.“Bagaimana saksi-saksi, sah?” tanya penghulu.Mereka menjawab dengan serentak, “Sah!”Penghulu mengucap d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Ekstra Part II: Keluarga Berencana

    Season IIBab 122 (Ektra Part)Aska menyampaikan semua maksudnya dengan tenang, semata demi Anya. Agar dia percaya lagi kepadanya.“Demi anak kita, Prayan. Aku ingin menebus semua kesalahan-kesalahanku dulu.”Anya menghela napas perih dalam hatinya. Semua yang dia lakukan bersama Aska adalah kesalahan.Beberapa saat tidak ada yang bicara, hanya helaan napas Anya.“Aku tidak tahu, sejak kamu dipenjara, aku tidak pernah bicara apa pun soal ayah kepada Prayan. Hubungan aku dan papi juga tidak terlalu baik satt ini.”Aska mengangguk-angguk, “Aku mengerti. Aku tidak akan memaksakan apa yang aku inginkan. Hanya satu hal aku ingin minta tolong. Sampaikan semua barang ini untuk Prayan.”Anya melirik semua barang yang ada di meja yang memisahkan kursi mereka. Ada senyuman tipis di bibir Anya.“Aku tidak tahu apa yang anak itu suka,” kata Aska ikutan tersenyum, kalau aku hitung, usianya sudah sebelas tahun, kan? Jadi, aku pikir, dia pasti menyukai semacam mesin permainan.”“Ya, dia suka. Aku ak

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Siapa yang Simpati kepada Mantan Napi

    Season IIBab 121 (Ekstra Part)Beberapa tahun kemudianAska bebas setelah berkelakuan baik dalam sel tahanan.“Sekarang, keinginanku hanya satu,” ucapnya kepada Joshua yang duluan bebas satu tahun lalu.“Apa?” tanya Joshua, tidak ada teman, musuh yang dulu rasanya dekat, sekarang juga menjauh. Jadi, Joshua pikir tidak ada salahnya menjemput Aska dihari dimana dia dibebaskan.“Mantan napi tidak punya tempat di masyarakat,” sambung Joshua lagi, lalu mendesah putus asa.Aska memerhatikan raut wajah Joshua yang muram.“Bagaimana kalau kita memulai usaha?” cetus Aska. “Aku punya tabungan, tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk membeli bahan baku.”Tatapan mata Aska berbinar cemerlang, menatap keluar beranda apartemen Joshua.“Bagaimana?” tanyanya sambil menatap Joshua—yang diam.“Entah,” Joshua mengedikkan bahu, “Sekarang aku hanya ingin praktek lagi. Susah sekali rasanya dapat kepercayaan orang lain. Gagal.”Aska menghela napas, dia tahu persis bagaimana perasaan Joshua.“Aku hanya ingi

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kejutan untuk Andini

    Season IIBab 120“Dan sekarang karena kesalahan kecil, Joshua ada di sini dianggap aib, kalian mau membuang saya begitu saja?” sentak Joshua, menghapus air matanya dengan cepat.Sebagai seorang ibu yang pernah melahirkannya, mama Joshua tentu terpukul. Nuraninya sebagai seorang ibu, tidak mampu membiarkan anaknya menderita dipenjara.Mama Joshua menoleh ke belakang.“Josh selalu ikuti apa yang mama dan papa mau. Jadi juara kelas, sampai masuk kuliah kedokteran dengan nilai sempurna.”Namun, papa Joshua berkata lain, “Biarkan saja. Biar dia kapok. Jangan sekali-kali kamu lemah terhadap anak itu.”Papa Joshua tidak mau lagi mendengar atau menyaksikan drama anaknya. Jadi, dengan cepat lelaki itu meninggalkan ruangan jenguk para narapidana.Mama mau tidak mau mengikuti papa. Selama ini papa yang mengatur semua kehidupannya. Dan selalu benar, jadi apa pun yang papa lakukan kali ini, mama yakin ini pasti benar.“Maafkan Mama, Joshua,” bisik mamanya sambil meninggalkan ruangan itu dengan ha

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Jadi Narapidana

    Season IIBab 119 “Hm,” Sofia menggumam sambil bersedekap menatap tajam ke arah penyidik. Ada hal yang mencurigakan.“Tapi, Bu Andini bisa jadi tersangka kalau pernyataannya ada yang melenceng dari bukti yang ada. Jadi, untuk sementara waktu, Bu Andini kami sarankan tetap ada di dalam kota agar kami bisa berkoordinasi dengan mudah.”“Baik, saya akan menjamin itu,” ucap Sofia. “Adalagi yang bisa kami bantu?” tanya Sofia dengan ramah.Sebagai seorang pengacara dia tahu kalau koordinasi seperti ini akan meringankan Andini.“Kalau begitu, terima kasih atas waktunya, Bu Andini,” ucap si penyidik sambil berjabat tangan.Andini dan Sofia meninggalkan ruangan penyelidikan tanpa banyak kata. Tidak ada senyuman, napas Andini masih memburu. Badannya masih terasa kaku.Dia tidak bisa merasakan kakinya menapak di tanah.Stefan menepati janjinya menunggui Andini sampai selesai. Lelaki itu berdiri begitu melihat Andini dan Sofia keluar dari ruangan investigasi. Dan memberikan Andini pelukan hangat.

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Dijadikan Terdakwa!

    Season II Bab 118Tatapan mata Stefan ke arah Andini terasa begitu intens setelah menutup telepon. Ada getaran yang tidak biasa, Andini bisa merasakannya, hingga ruangan itu terasa begitu tegang.“Ada sesuatu di Jakarta, kita harus segera pulang.”Andini tidak kuasa menahan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya. “Ada apa?”Stefan tidak menjawab, dia memasukan semua barang ke dalam koper. Dan Andini tidak bisa menolak, atau adu argumentasi. Dia mengikuti Stefan mengemas semua barang dengan cepat, lalu dalam waktu singkat, memasukkan barang bawaan ke mobil.Berpamitan kepada ayah dan ibu Stefan.Dan sudah ada di mobil, perjalanan ke Jakarta.“Polisi, menangkap Joshua,” Stefan membuka obrolan sambil fokus menyetir.“Joshua?” Andini mengulang perkataan Stefan. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari lelaki itu. “Tunggu. Ditangkap? Maksudnya ditangkap polisi?”Seingat Andini, Joshua dulu adalah dokter dan dari keluarga yang terhormat. Mana mungkin kalau tetiba lela

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Cemburu Buta Andini

    Season IIBab 117“Mau beli apa?” tanyanya pedagang wanita itu dengan kasar.Stefan melirik Andini yang sedang salah tingkah, dia mengambil sembarang sayuran.Lelaki itu menahan tangan Andini.“Biasanya, pengasuh Adam membeli wortel, jagung dan brokoli untuk kebutuhan sehari-hari.”Andini terpaku dengan analisa Stefan, “Dari mana kamu ….”“Saya, kan, ayahnya, masa tidak tahu,: seloroh Stefan. “Walau saya sibuk bekerja, tapi, saya juga memperhatikan apa saja kebutuhan anak saya.”Andini tidak bisa menyimpan kebahagiaan yang ada di hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu mencium pipi Stefan.“Kamu tahu, kan, kita ada di tempat umum,” peringat Stefan tetapi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Pipinya menghangat.Andini menoleh ke arah penjual sayuran, wajahnya makin memerah. Napasnya berembus cepat.“Maafkan aku, aku hanya tidak menyangka kalau suamiku perhatian,” kata Andini malu-malu.“Jadi, tiga puluh ribu,” kata si penjual ketus. Lalu menaruh barang yang dibeli Stefan dengan k

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kekasih Lain Stefan?

    Season IIBab 116Andini merasa asing, pagi ini terbangun di ranjang yang berbeda.Ah, terang saja ini masih di rumah mertuanya.Tidak seperti Andini yang merasa asing, Stefan malah masih tidur dengan pulas. Jadi, Andini memutuskan untuk ke kamar mandi, cuci muka, sikat gigi, dan mandi.Sekalian saja, karena dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Jadi, apa yang harus dilakukan dihari pertama menginap di rumah mertua? Pikir Andini.Mungkin keluar dari kamar adalah ide yang tidak buruk.“Memangnya kamu mau ke mana?”Andini hampir melonjak mendengar pertanyaan Stefan yang tiba-tiba. Sejak kapan dia bangun?“Kamu …”“Saya sudah bangun dari tadi. Kamu saja yang tidak tahu.”Andini mengedikkan bahu. Acuh tak acuh, ini adalah balasan atas ketidak acuhan Stefan tadi malam.Ranjang mereka malam ini pun rasanya dingin. Sangat dingin.Memang, Stefan itu kenapa, sih, begini?Andini membatin, sambil becermin, matanya melirik ke arah suaminya yang perlahan bangkit, lalu ke kamar mandi.Apa

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Rahasia Stefan yang Terpendam

    Season II Bab 115Sepanjang perjalanan, Andini hanya bisa mengira-ngira akan ke mana.Arahnya, si, akan ke rumah pantai. Tapi, untuk apa Stefan bilang, katanya akan mengungkap masa lalunya.Apa masa lalunya dengan perempuan dekat pantai?Andini memicing menatap Stefan.Lagian, awas saja kalau Stefan ternyata punya pacar sebelum Andini.Stefan hari ini setir sendiri. Adam dengan pengasuhnya di jok belakang.“Mungkin, kamu akan kaget nanti kalau kita sudah sampai di tempat tujuan.”Andini makin curiga ketika Stefan berkata demikian.“Kamu belum pernah bertemu dengan orang tua saya, kan? Dan dua adik saya.”Andini membeku, menatap Stefan dari samping. Astaga! Jadi, selama ini Andini salah sangka.“Jadi ini adalah jalan ke ….” Andini tidak bisa meneruskan perkataannya.“Ya,” jawab Stefan singkat. “Selama ini, saya selalu minta cuti dalam satu bulan 2 atau 3 hari untuk mengunjungi orang tua. Apa kamu tidak memperhatikan?”Andini membuang pandangan ke arah jendela. Ternyata prasangkanya sa

  • Istri Kedua Tuan Stefan   Kecemburuan Mereka

    Season IIBab 114“Saya rasa, perlu bawa baju untuk kita, And,” kata Stefan tetiba sambil menatap ke laptop.Andini sudah menyiapkan keperluan Adam sejak malam. Karena Stefan mengubah jadwal kepergiannya menjadi besok.“Baju ganti untuk kita?” Andini sekadar mengkonfirmasi. “Sebenarnya kita mau ke mana?”Stefan menutup laptopnya, lalu menatap Andini. “Sudah saya bilang, kan, ini kejutan.”Andini menghela napas dan memutar bola mata.Stfena bisa melohat kejengkelan istrinya yang penasaran. Lelaki itu tersenyum tipis, lalu bangkit dari ranjang menghampiri istrinya.Berlutut, memperhatikan Andini yang sedang sibuk mengepak pakaian. “Apa yang kamu perlukan biar saya ambilkan,” tawar Stefan.Andini menggaruk kepala, “Baju yang kamu mau pakai selama di sana dan baju aku. Lalu pakaian dalam.”“Baik, saya akan ambilkan di lemari,” ucap Stefan sambil berjalan menuju lemari besar yang ada di kamar itu.“Terima kasih,” ucap Andini begitu Stefan memberikan beberapa pakaian untuk dimasukkan ke kop

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status