Abraham dan Askara sangat terkejut saat melihat Seem memukul Deni sampai pria itu tersungkur ke tanah. Kemudian, menarik kerah baju Deni dengan sangat kuat.
"Hentikan! Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Abraham dengan kesal."Anda tidak melihat saya tengah mengajar satpam Anda ini yang kurang ajar!" sahut Seem tanpa rasa takut sedikit pun kepada sang Bos."Hei psikopat, hentikan!" sambung Angga.Namun, Seem sama sekali tidak peduli dan dia terus memukuli Deni hingga babak belur sama seperti Askara. Kemudian, ia menenangkan diri agar emosinya tidak meluap-luap."Jika Anda tidak memecatnya, maka aku yang akan memisahkan diriku sendiri!" ancaman Seem sambil bergegas masuk ke dalam.Seem sama sekali tidak ada rasa takut kepada Abraham. Bahkan, dirinya mengancam dan langsung masuk ke dalam rumah sang-bos membuat Abraham menggelengkan kepala."Katanya harus memilih memecatnya atau dirin"Sudahlah jangan banyak bicaramu, katanya kamu ingin pergi dari sini?" tanya Angga dengan ketua sambil menatap ke arah Seem baru saja tiba."Tidak usah ikut campur kamu! Aku ingin mengambil barangku yang tertinggal!" seru Seem sambil mendekati Abraham. Kemudian, mengambil jam tangan yang tertinggal di meja karena ia membukanya tadi.Kemudian, dia bergegas pergi dari sana karena merasa kesel tidak dihargai oleh semua orang. Padahal, tidak begitu kenyataannya dia saja yang terlalu makan hati.***Satu minggu kemudian …Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk Angga dan juga Azizah akan langsungkan pernikahan di hotel berbintang lima.Semua rekan bisnisnya datang dan teman-temannya juga. Bahkan, sanak saudara juga berada di sana menghadiri acara pernikahan Angga dan juga Azizah.Gadis cantik itu memakai kebaya berwarna putih senada dengan Angga, mereka berdua berjalan menuj
Salsa sangat terkejut saat melihat foto Seem bersama dengan Vina mantan kekasih tunangan pria itu, dia berpikir apakah ini alasan mengapa sang kekasih tidak ingin menikah cepat dengannya."Aku rasa memang benar tuan Seem masih sangat mencintai bu Vina, buktinya saja saat ini mereka berdua," gumam Salsa dengan lirih.Salsa meneteskan air mata melihat nomor ponsel yang tidak ia kenali mengirim foto tersebut, dan ia yakini itu adalah Vina sebab melihat foto profil nomor WhatsApp itu adalah Vina. Salsa tidak menghubungi Seem dan dia berpikir biarkanlah waktu yang menjawab semuanya, ia tidak ingin berharap kepada pria itu karena dia tahu hanya menjadi pelampiasan."Seharusnya sejak dulu saya tau kalau sebenarnya memang tuan Seem tidak mencintai saya, dia hanya menyajikan sebagai pelampiasan agar bisa melupakan kekasihnya itu," ucap Salsa lirih.Salsa meyakinkan dirinya kalau ia bisa melewat
"Apa maksudmu mengatakan kami bodoh?!" tanya Seem dengan sangat marah, sambil menatap ke arah Askara yang baru saja tiba.Askara tersenyum. Kemudian, dia menghampiri mereka berdua dan memegang pundak Seem dengan lembut."Tidak ada maksud apa-apa. Tapi, kenyataannya memang seperti itu, 'kan?" sahut Askara dengan nada lembut. Namun, sangat meledek Seem dan Angga."Anak bau kencur mau dikasih belajar kayaknya!" ancam Angga."Benar sekali. Seharusnya pulang sana kamu ke tempat asal!" tambah Seem kesal pada pemuda itu.Entahlah, mengapa mereka berdua belum bisa menerima Askara. Walaupun pemuda itu sudah bersikap baik dan diterima oleh Abraham. Sampai, diri enggan kembali ke negerinya."Sudahlah, dia tidak berarti untuk kita, ayo pergi!" tegas Angga, sembari berlalu dari sana bersama dengan Seem.Askara tertawa. Karena, melihat Seem dan Angga tiba-tiba berbaikan dan sangat akur seperti saat i
"Satpam, usir wanita iblis itu!" perintah Seem dengan tegas.Semua satpam menghampiri Vina dan membawa wanita itu pergi dengan paksaan. Wanita itu memberontak. Sebab, dia tidak mau pergi sebelum menghancurkan hubungan Seem dan Salsa."Seem, kau pria bajingan yang meniduri aku. Lalu, akan menikah dengan wanita lain!" teriak Vina kesal. Memberontak pun tidak bisa. Sebab, semua satpam langsung membawanya pergi.Salsa terdiam saat memikirkan ucapan Vina tadi. Apakah benar sang kekasih meniduri wanita itu. Jujur, hatinya cemas. Sebab, setahunya Seem dan Vina sudah lama berpacaran. Hal itu mungkin saja dilakukan oleh mereka. Karena, saling mencintai."Sayang, jangan dengarkan ucapannya. Aku bukan pria brengsek yang meniduri para wanita dengan sesuka hatiku," terang Seem.Salsa langsung menatap wajah sang kekasih. Berpikir apakah Seem berkata jujur. Atau, hanya alibi agar menutupi kebejatannya? "Aku berani
"Bibi, mengagetkan saja," desah Salsa.Sebab, dia mengira kalau Jihan memergoki dirinya tadi. Kemudian, dia bergegas untuk berganti baju. Sedangkan Sarinah langsung melihat Jibran yang tengah tertidur pulas.Tak, berselang lama akhirnya Salsa selesai berganti baju dan menghapus make-up yang menghiasi wajahnya. Kemudian, menghampiri Sarinah."Kenapa Bibi ke sini?" tanya Salsa pelan sambil menatap wajah wanita itu."Tidak ada Salsa, hanya ingin mengucapakan selamat. Maaf, tadi bibi tidak bisa datang. Karena, ada urusan di rumah," jawab Sarinah lirih.Salsa langsung memeluk Sarinah dengan lembut. Kemudian, mereka saling tersenyum dan gadis itu menguatkan wanita paruh baya itu, dan berdoa masalaj yang dihadapi segera selesai."Terima kasih Salsa, semoga masalah bibi segera selesai," ucap Sarinah lembut."Semoga saja Bi," sahut Salsa.Mereka berdua bergegas tidur, dan bergantia
Semua tamu undangan terkejut melihat Vina menampar Seem, ditambah lagi perut wanita itu membuncit. Membuat semua tamu undangan berbisik-bisik menceritakan kejadian kali ini."Apa masalahmu?!" tanya Seem dengan sangat kesal. Sebab, Vina menampar dirinya saat acara pernikahan. Bahkan, disaksikan banyak orang."Aku hamil!" jawab Vina kesal. Dengan air mata yang mengalir deras membasahi seluruh wajahnya.Seem tertawa mendengar wanita itu hamil. Padahal, dia sama sekali tidak pernah menyentuh. Lantas, bagaimana Vina bisa hamil."Mas, apa yang sudah dia ucapakan?" tanya Salsa lirih sambil menatap wajah sang suami."Sebentar ya," jawab Seem. Kemudian, pria itu meminta agar anak buahnya untuk memutar rekaman video yang didapat beberapa hari lalu. Sebelum pernikahannya.Terlihat percakapan Vina dan pacarnya, yang sengaja ingin menjebak Seem. Membuat semua orang terkejut. Abraham membawa beberapa satpam naik k
Spontan membuat semua yang ada di sana terkejut, saat mendengar Abraham mengatakan memang anaknya tertukar. Namun, beberapa menit kemudian di tertawa."Dasar pria tua!" kesal Seem. Sebab, dia tahu sang-bos berbohong saat pria itu tertawa."Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Semua itu sudah diatur oleh pencipta alam semesta ini," jelas Abraham.Kemudian, pria itu mendekat dan melihat sang anak di dalam tempat tidur bayi. Wajah anak keduanya sangat mirip dengan Jihan. Bahkan, seperti kembar, hanya beda usia saja."Wajahnya sangat mirip Jihan, mana mungkin tertukar," ucap Abraham pelan sambil terus menatap sang anak.Seem dan Angga hanya diam. Kemudian, mereka bergegas pergi dari sana menuju ruang inap Jihan. Sebab, para ibu hamil lelah. Bahkan, Jibra tidur dalam gendongan Angga.Beberapa jam kemudian. Jihan sudah dipindahkan ke ruangannya bersama sang anak. Hatinya sangat bahagia melihat kedua anak y
"Papa pican!" teriak Jibran.Jihan langsung bangun dan membantu sang suami bangun. Sedangkan Jibran terus menangis melihat papanya pingsan gara-gara dirinya."Hayo, kalian cemas, 'kan?" ucap Abraham.Spontan membuat Jibran tertawa dan memeluk sang papa dengan lembut, begitu juga dengan Jihan. Mereka berdua sangat mencemaskan pria itu."Papa berbohong!" kesal Jihan.Abraham tersenyum. Kemudian, dia kembali memeluk mereka berdua dengan lebih, berharap semua akan seperti ini sampai selamanya. "Sayang, papa harap kalian semua tidak akan berubah tetap mencintai papa," ucap Abraham dengan lirih.Pria itu takut seiring berjalannya waktu, istri dan anaknya berubah tidak mencintainya. Sebab, umurnya sudah tua."Tidak akan berubah. Kami semua akan selalu menyayangi Papa, sampai kapan pun," ucap Jihan dengan lembut.Abraham mencium istrinya dengan lembut, dan ia juga m
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing