Angga menjelaskan kalau dia menyukai warna Jingga. Jadi memberikan nama perusahaan tersebut dengan nama Jingga Group. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu dia hanya berbohong tidak ingin Jihan mengetahui perasaan yang sebenarnya.
Jihan mempercayai ucapan Angga, sebab ia memang tahu kalau pria itu menyukai warna jingga dari mereka duduk di bangku SMA dulu.Setelah sampai di perusahaan Jingga Group, Angga dan Jihan langsung bergegas turun dan disambut hangat oleh para karyawan yang sudah menanti mereka sejak tadi di lobby."Selamat pagi Bu CEO yang baru!" ujar para karyawan dengan serempak, membuat Jihan sangat bahagia disambut hangat oleh mereka."Pagi juga semuanya," sahut Jihan rama.Kemudian, Jihan dan Angga menghampiri semua karyawan yang ingin bersalaman dengan Jihan dan berkenalan dengan wanita itu, kemudian Angga berpesan agar mereka tidak membuat sang CEO baru lelah sebab tengah mengandung."Wah, ternyata CEO kita tengJihan tertawa, karena Angga membisikkan bahwa ia sudah mencintai Abraham. Ya walaupun kenyataannya itu benar. Tapi, dia tetap tidak mengaku hal tersebut, sebab takut Mikhaela tahu kalau dia sudah melanggar janji dan mencintai sang suami."Kenapa hanya diam? Kalau memang benar bukankah itu tidak masalah, seorang istri mencintai suaminya sendiri?" tanya Angga pelan."Ya memang benar, karena aku tidak mencintai dia makanya tidak mengakui hal itu," sahut Jihan. Angga hanya tersenyum, karena dia tahu saat ini Jihan berbohong terlihat dari wajah wanita itu saat ia mengucapkan nama Abraham maka, wanita itu langsung senyum berbinar-binar dari wajahnya.Walaupun Angga sedikit sakit melihat kebenaran itu. Namun, dia senang Jihan sekarang ada bersamanya dan dipastikan segera menikah dengannya setelah melahirkan.***Sudah satu minggu berlalu. Namun, Abraham masih belum menemukan Jihan. Bahkan ia juga sudah pergi ke kota tetangga untuk menc
Jihan tercengang saat mendengar Abraham menelepon Angga, kemudian dia mendekati pria itu dan melihat ponsel Angga."Jawab saja!" perintah Jihan.Angga menganggukkan kepalanya, kemudian dia bergegas pergi dari sana agar lebih enak ngobrol dengan Abraham. Lagi Pula, ia takut saat mengangkat panggilan dari suami Jihan, wanita itu malah bersuara dan terbongkar sudah semua.Angga: Halo Abraham.Abraham: Angga, kenapa kamu kembali ke kota A tidak memberitahu saya?Angga bernapas lega, karena Abraham tidak bertanya tentang Jihan padanya. Sebab, dia sangat takut pria itu mengetahui rencananya.Angga: Maaf, aku lupa. Jadi, tidak memberitahu kalian semua.Abraham: Tidak masalah, saya ingin bertanya. Apakah di sana ada nama desa Air kencana?Angga: I-ya. Memangnya kenapa? Air kencana adalah desa yang tidak jauh dari apartemenku berada.Angga menjawab dengan gugup, karena takut Abraham datang ke sini dan bertemu de
Satu bulan kemudian … Jihan merasa sangat bahagia, karena kandungannya sudah mulai membesar dan tinggal menghitung minggu saja ia akan bertemu dengan sang anak.Namun, di satu sisi ia juga merasa sedih, karena calon anaknya adalah pewaris Abraham Wijaya, yang sangat dinanti-nanti oleh pria itu. Mala sekarang dia pergi jauh membawa pewaris tunggal.Akan tetapi, semua ia lakukan atas perintah Mikhaela dan dia tidak akan pernah menyesali keputusan yang ini."Bos, semuanya harus ditandatangani ya!" ujar Angga yang baru saja tiba ke ruangan Jihan.Jujur saja selama satu bulan lebih menjadi seorang CEO, Jihan merasa kesulitan. Namun, ia dibantu oleh Angga mengerjakan tugasnya."Kenapa melamun ibu hamil? Itu tidak baik untuk kesehatanmu dan juga calon anakmu," ujar Angga pelan."Aku tidak melamun, hanya saja tengah memikirkan nama apa yang cocok untuk anak saya," sahut Jihan pelan.Angga berpikir, kemudian ia memikirk
Satu minggu sudah berlalu, kini Angga akan berangkat menuju kota tercinta untuk tiga hari kedepan. Sebab, ia memiliki sedikit masalah di perusahaannya dan juga ingin membantu keuangan perusahaan Abraham.Kini Angga tengah mempersiapkan barang-barang yang harus ia bawa dan juga beberapa berkas, di sana juga ada Jihan, wanita itu terlihat sedih. Namun, dia tidak mengatakannya secara langsung kepada Angga.Akan tetapi, Angga tahu kalau Jihan bersedih dia akan pergi dan meninggalkan wanita itu, sebab wajah wanita hamil tersebut terlihat jelas sangat sedih."Jihan, jika terjadi sesuatu padamu tolong cepat kabari aku ya!" pesan Angga."Baik, kamu jangan lupa pesanku untuk mengambil foto tuan Abraham," jawab Jihan.Angga tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya. Walaupun hatinya sedikit sakit melihat cinta Jihan untuk Abraham. Namun,ia tetap berpikir positif bahwa dia akan mendapatkan Jihan setelah wanita itu melahirkan.Setelah selesai, Angga bergegas pergi dari sana menuju bandara agar
Tidak terasa kini hari kelahiran anak Jihan yang ditunggu-tunggu sudah tiba, hari ini ia akan melakukan Caesar sebab tidak bisa melahirkan secara normal, karena letak kepala bayinya ada di atas.Rasanya Jihan sangat bersedih, karena seharusnya hari ini ia bersama sang suami. Namun, dia malah bersama dengan Angga yang menemaninya."Jihan tolong jangan pikirkan apapun ya! Aku tidak ingin tekanan darahmu naik, dan kita harus menunda operasi ini," ujar Angga lembut."Kamu tenang saja Angga! Saya tidak akan pernah memikirkan hal yang aneh-aneh, sekarang saya pikirkan berjuang bersama Jibran agar dia bisa melihat dunia," sahut Jihan pelan.Angga tersenyum, kemudian memegang tangan Jihan yang tengah berbaring di tempat tidur pasien.Seorang suster datang untuk memeriksa keadaan Jihan yang sebentar lagi akan masuk ke dalam ruangan operasi. Wanita itu memeriksa tekanan darah Jihan dan yang lainnya."Baik, keadaan Bu Jihan semuanya normal,
Setelah Jihan dipindahkan ke ruang rawat, bayinya juga dibawa masuk ke dalam sana, karena Jihan harus memberikan ASI pertama untuk sang anak.Angga tersenyum sambil membawa bayi Jihan yang berada dalam gendongannya, sebab Jibran menangis tadi dan pria itu memeluknya agar dia berhenti menangis."Jihan, ini Jibran silahkan kamu berikan asi, aku akan menunggu di luar saja ya," ucap Angga sambil meletakkan Jibran di samping Jihan."Kenapa Bapak pergi? Seharusnya bantuin istrinya memberikan ASI untuk anak kalian," ujar suster tersebut.Sontak saja membuat Angga langsung menatap ke arah Jihan, terlihat warna itu sangat terkejut. Namun, dia hanya diam tidak mengatakan apapun, sebab mereka sekarang tengah berpura-pura menjadi suami-istri."Angga, kamu tidak usah pergi, di sini saja bantu saya untuk memberikan Jibran asi," ujar Jihan.Angga menganggukan kepalanya, kemudian dia membantu Jihan memberikan asi, dengan menutup mata. Sebab
Sudah satu minggu berlalu, kini Jihan dan sang anak sudah diperbolehkan pulang. Pada pagi ini mereka semua pulang dengan mobil jemputan supir Angga.Sebab, Jihan belum bisa menggendong sang anak jadi Angga yang menggendong bayi mereka. Ya pria itu sudah menganggap Jibran sebagai anak kandungnya."Pak supir, tolong pelan-pelan ya! Aku takut Jihan terluka jika Bapak bawa mobil terlalu kencang," pesan Angga."Baik Pak," sahut supir tersebut.Selama di perjalanan, Angga terus-menerus mencium Jibran karena ia sangat gemas akan bayi kecil itu, ya walaupun wajahnya mirip Abraham tetap ia sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri.Sedangkan Jihan, dia juga sangat bahagia karena keinginannya sudah terpenuhi, sang anak mirip dengan suaminya dengan menatap wajah Jibran ia bisa melepaskan rindu yang terdalam untuk Abraham.Setelah sampai di apartemen, Angga mendorong kursi roda Jihan dan wanita itu menggendong sang anak, saat di perj
Jihan menjelaskan mungkin Angga ingin keluar agar mereka memompa asi tidak terganggu jika Jibran menangis, kemudian membantu sampai selesai.Sedangkan Angga di luar merasa sangat kepanasan, sebab berpikir yang bukan-bukan karena percakapan Jihan dan Salsa di dalam tadi."Para wanita itu benar-benar tidak tahu perasaan pria," gumam Angga, sambil terus mengipasi tubuhnya menggunakan kipas.Pada saat itu juga, Jibran terbangun kemudian Angga mencium cium pria kecil itu membuat anak Jihan menangis."Ya ampun sayang, kenapa kamu tidak ingin dicium oleh ayah?" gumam Angga sambil berjalan masuk ke dalam kamar."Kenapa Jibran menangis Ngga?" tanya Jihan cemas melihat sang putra menangis.Angga memberikan Jibran kepada Jihan, kemudian menjelaskan apa yang terjadi tadi membuat wanita itu tertawa. Sebab, sang anak tidak suka dicium saat baru bangun tidur.Kemudian, Salsa menggendong Jibran dan memberikan asi yang sudah ia pompa tad
Tidak terasa hari-hari yang dijalani oleh keluarga Abraham benar-benar sangat membahagiakan. Karena, saat ini mereka sudah sampai di negara asal Mikhaela dan mereka kini tengah di perjalanan menuju rumah kediaman orang tua Mikhaela."Baru kali ini kami berada di sini Papa, ternyata tempatnya begitu indah ya. Tapi kenapa malah bu Mikhaela memilih tinggal di Indonesia?" tanya Inara dengan polos.Abraham menjelaskan jika Mikhaela diusir dari rumah karena tetap ingin menikah dengannya, dan keluarga wanita itu pergi ke negara asal mereka dan meninggalkan Mikhaela sendiri di Indonesia, hal itu juga diketahui oleh Jihan sebab orang tuanya sudah bekerja lama dengan orang tua Mikhaela sejak ia masih kecil."Sekarang kita sudah sampai jangan lupa nanti bila bertemu dengan nenek dan kakek kalian, yang sopan ya anak-anak papa," pesan Abraham kepada ketiga anaknya."Tentu saja Pa kami akan bersikap sopan k
Angga dan juga Seem langsung menatap tajam Abraham. Sebab, pria itu mengatakan mereka berdua adu domba di ranjang. Padahal, di sini ada lima remaja yang masih belum mengerti adegan dewasa yang mereka tengah bicarakan."Mas, kamu nih ngomong apa sih malu didengar anak-anak," berisik Jihan sambil mencubit lengan sang suami."Sudah kalian lupakan semua ya, ini orang-orang tua nggak ada akhlak bicara yang bukan-bukan!" tegas Abraham. Padahal, dirinya juga termasuk tetapi ia malah tidak merasa."Padahal dia juga sudah mencemari pikiran anak remaja ini. Tapi, dia tidak ingin mengaku," sindir Seem."Sudahlah tidak usah ribut-ribut lagi, sekarang kita makan malam setelah itu pulang soalnya aku lelah sekali ingin segera beristirahat. Karena, sejak tadi banyak sekali mengurus masalah," ucap Angga dengan bijak.Mereka semua langsung duduk di bangku masing-masing. Kemudian, memakan makanan yang sudah terhidang di meja makan dengan sangat lahap.Selama makan mereka hanya diam tidak ada yang berbic
Kini keluarga Abram sudah berada di kediaman mereka. Karena, Inara sudah diperbolehkan pulang karena dia tidak mengalami luka berat jadi tidak perlu dirawatnya. "Semuanya saat weekend nanti kita akan pergi ke luar negeri ya, anggap saja sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan keluarga ibu sambung kalian," jelas Abraham."Hore, kita jalan-jalan lagi!" ucap ketiga anak Abram secara bersamaan.Mereka sangat bahagia. Karena, akan pergi ke luar negeri untuk berjalan-jalan ya walaupun sekalian ingin menghampiri semua keluarga Mikhaela, tetap mereka bahagia bisa menghabiskan waktu di sana."Mas, apa sebaiknya saya tidak usah pergi saja biar kalian yang pergi takutnya keluarga kak Mikhaela tidak menerima saya, dan menganggap saya ini adalah seorang pelakor," ujar Jihan dengan lirih.Abraham menatap sang istri. Kemudian, dia memegang tangan istrinya dengan lembut dan berkata, "Tidak akan ada orang
"Papa!" teriak Inara saat memeluk sang papa dia senang papanya datang menghampirinya, itu artinya semua urusan sama papa sudah selesai."Kamu jangan sedih ya sayang, semua sudah beres papa sudah memasukkan Zizah ke penjara yang ternyata adalah buronan di sini dulu," ucap Abraham dengan lembut.Jibran menghampiri sang papa. Kemudian, dia ingin berbicara empat mata dengan papanya dan Abraham menyetujui permintaan Putra pertamanya sehingga mereka keluar dari ruang rawat Inara."Sebaiknya uang yang diinginkan oleh tante Zizah berikan saja kepadanya, Jibran tidak masalah jika uang itu diberikan kepadanya, lagipula itu ada hak dia juga malah tidak memiliki hak apapun," ucap Jibran dengan lembut.Sebab, dia tidak ingin lagi adanya orang yang mengusik kedamaian keluarga kecil mereka seperti yang sudah-sudah. Bahkan, mereka juga akan menghampiri keluarga Mikhaela yang berada di luar negeri sebab ini menjelaskan kepergian wanita itu."Ya sudah kamu tenang saja nanti semuanya akan diurus sama pa
Abraham membawa sang anak ke rumah sakit terdekat, dan Inara sudah ditangani oleh Dokter. Sekarang gadis itu sudah pulih dari traumanya. Ya walaupun ia baik-baik saja tetap tadi trauma. Karena, kejadian itu cepat sekali berlalu."Adik manis jangan lupa minum obatnya ya, nanti setelah diberikan makan oleh suster langsung minum obatnya," ujar Dokter tampan tersebut."Baik Dok, saya akan minum obat tepat waktu," sahut Inara dengan lembut.Dokter muda tampan itu bergegas pergi dari sana, dan Jihan langsung memeluk sang anak. Karena, dia masih sangat cemas dan tidak habis pikir mengapa Zizah tega melakukan untuk kepada keluarganya sampai ingin melenyapkan sang Putri."Di mana papa, Ma? Inara ingin memeluk papa," ucap Inara dengan sangat manja."Papa tidak ada sayang, papa pergi untuk menyelesaikan kasus tante Zizah. Ya, semoga saja dia dapat pelajaran yang setimpal," sahut dengan lirih.Jihan masih berharap jika Zizah itu saudara kembarnya. Tetapi dia sudah melihat sendiri jika wanita itu
Jihan menampar pipi Zizah dengan sangat kuat. Sebab, sakit hati saat anak hampir saja dilenyapkan untung dia dan sang suami cepat datang jika mereka terlambat maka Inara akan lainnya dari dunia ini."Saya pikir kamu itu adalah saudara saya kita memiliki dara yang sama. Tapi, ternyata kamu itu musuh untuk keluarga saya, kamu hampir saja melenyapkan anak saya! kesal Jihan dengan sangat emosi.Zizah hanya diam karena semua rencananya telah terbongkar. Padahal, ia hampir saja melenyapkan Inara tadi jika dia menit saja mereka tidak datang, maka gadis cantik itu akan lenyap suaranya dan muka bumi ini maka dendamnya akan terbalas."Saya tidak menyangka kamu rela merubah wajahmu agar mirip dengan saya, hanya untuk menghancurkan keluarga saya. Sebenarnya apa keinginanmu biar saya berikan, agar kamu tidak mengusik keluarga kami lagi?!" tanya Jihan dengan sangat emosi. Bahkan, semua orang yang berada di sana langsung berkerumun menyaksikan p
Seem menolak dan mengatakan jika dia sudah kenyang. Kemudian, dia meminta agar Zizah yang memakannya. Namun. ia tidak mau karena sama sekali tidak suka membuatnya dan aman."Inara bisa temani Tante tidak untuk berkeliling di pantai ini?" ujar Zizah dengan lembut. Namun, tidak jelas dari wajahnya jika wanita itu memiliki niat yang buruk pada anak-anak Abraham."Tentu saja mau Tante, ayo kita pergi sekarang. Kak Jibran kami pergi dulu ya," ucap Inara dengan sangat gembira sambil mengedipkan sebelah mata.Sebab, itu adalah pertanda jika dia meminta bantuan kepada kedua kakaknya, dan mereka pun mengerti. Seem dan juga Jibraham serta Jibran meminta agar Angga dan juga kedua orang tua mereka datang. Karena, saatnya inilah mereka memergoki Zizah akan berbuat yang tidak-tidak kepada keluarga mereka."Di mana Inara?" tanya Jihan dengan sangat cemas saat baru saja tiba, dia berpikir jika Jibraham lah yang pergi dengan saudara k
Seem cepat-cepat keluar dari mobil. Karena, dia takut digebuki oleh Zizah. Kemudian, dia berlari mencari ketiga keponakannya tanpa disadari oleh Seem, ternyata Angga dan juga Abraham beserta Jihan ada di tempat yang sama. Namun, mobil mereka sedikit berjauhan agar tidak ketahuan. Sebab, mereka berada di sini juga."Ngapain Seem berada di dalam mobil bersama dengan Zizah, apa dia mulai lesbian," celetuk Angga sambil terus menetap sang sahabat yang berlari."Kalau ngomong tolong di filter sedikit saja!" ancaman Abraham. Sebab, dia tidak ingin Jihan berpikir yang bukan-bukan dan akan semakin stress karena ucapan Angga tadi.Karena, dia tahu di dalam hati Jihan masih berharap kalau Zizah itu benarlah seorang wanita dan dia lebih berharap lagi jika wanita itu memang saudara kembarnya."Maaf, apa sebaiknya kita langsung menjalankan rencana kita yang poin kedua?" tanya Angga yang mengalihkan pembicaraan. Sebab, dia tidak ing
Inara memberitahu kedua saudaranya kalau Zizah itu memang benar wanita, dan ia mengatakan Zizah memiliki gunung kembar seperti seorang wanita sesungguhnya. Bahkan, juga datang bulan hal itu sudah dipastikan seratus persen adalah seorang wanita."Hah, yang benar saja dia itu wanita. Tapi, kelakuannya terlihat seperti laki-laki, apa dia sudah merubah semuanya," gumam Jibran sambil terus menatap layar ponselnya yang terlihat pesan dari sang adik."Sudahlah Kak, mungkin dia memang ingin jadi laki-laki seperti itu sedikit tomboy. Ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lagipula kita itu akan memberinya pelajaran nanti tidak peduli dia itu wanita atau laki-laki," sahut Jibraham."Kamu ini gila atau apa sih? Aku tidak pernah menyakiti wanita karena adikku seorang wanita ibuku juga seorang wanita. Jadi, jika dia wanita sesungguhnya aku tidak sanggup melukainya," jelas Jibran.Jibraham hanya menggelengkan kepala. Sebab, dia rasanya ing