"Waktu dia datang dan denger ibu kamu nyebutin nama Zuco, aku baru inget beberapa bulan lalu saat bawa hp kamu, aku sempet liat dia di sosial media kamu. Terus liat postingan foto pernikahan dia," Samuel mengakui dengan jujur. "Jangan nikah sama laki-laki yang udah punya istri lagi, Annabelle. Katanya—""Dia udah cerei, rumah tangganya hanya bertahan tiga bulan," tukas Annabelle, kemudian terdiam sejenak.Melihat satu-satunya reaksi dan tanggapan Samuel hanya ketenangan, Annabelle sedikit kesal kenapa pria itu tak terlihat cemburu. Entah mengapa, terbersit dalam benak Annabelle untuk memberitahu Samuel tentang siapakah Zuco baginya."Dia mantan pacarku sebelum aku nikah." Lalu Annabelle melihat mata Samuel tampak terkejut, hanya sekilas sebelum akhirnya pria itu kembali santai. "Aku putusin dia dan minta bapak cari calon suami. Waktu itu, kebetulan ada kolega jauh keluarga almarhum ibuku. Kaya jadi makelar perjodohan gitu, terus aku dikenalin sama mantan suamiku. Pertemuan berikutnya a
Ketika terdengar deru motor yang menjauh, Annabelle menduga bahwa Samuel memutuskan untuk pulang tak lama setelah pria itu keluar kamar.Namun, melihat ransel hitam Samuel masih berada di dalam kamar, Annabelle tak bisa menebak ke mana pria itu akan pergi. Dia tak ingin memikirkannya, itu bukan urusan Annabelle.Kendati demikian, tetap saja kalimat Samuel terasa masih berdengung di telinganya yang mengatakan, 'Semua terjadi tanpa bisa aku kendalikan.'Jadi, Annabelle bertanya-tanya dalam hati, apakah Samuel sudah mengetahui sosok yang mengikutinya adalah budak istrinya sendiri? Kapan pria itu mengetahuinya? Apakah harus sebegitu berbulan-bulan, bahkan hingga Samuel tak pernah menjenguk atau sekedar menghubunginya semenjak mereka bercerai?Hanya saja, rasa sakit dari luka yang tak pernah kering dalam hatinya seolah-olah menolak untuk memikirkan hal tersebut. Sepersekian detik berikutnya, dampak dari rasa sakit karena merindukan Samuel selama berbulan-bulan itu berhasil mengalahkan log
Samantha Faradisa— akhirnya itu yang dipilih Annabelle untuk menamai bayi perempuannya.Selain karena nama bayi sebelumnya memiliki arti yang menyangkut masa lalu Samuel tentang 'Tiara', Annabelle juga cukup menyukai nama Samantha. Annabelle sudah memberitahu Samuel alasan dia memilih nama tersebut, tetapi tetap saja komentar yang terucap dari Samuel adalah, "Itu hakmu. Kamu yang mengandung dan ngelahirin dia. Terserah nama apa yang mau kamu kasih ke dia."Walau bagaimana pun, Samuel tak ingin terus berdebat dengan Annabelle, terutama karena saat ini dia butuh lebih dekat dengan anaknya sendiri.Hanya saja, selain Samuel harus mencoba menghindari perdebatan dan meributkan pepesan kosong, Samuel juga tampaknya perlu menyiapkan hati sekuat baja. Terutama ketika Sabtu ini Zuco kembali datang menemui Annabelle."Kok kamu nggak ngasih tau aku kalau kamu tinggal sama pria lain? Udah berapa lama dia nginep di sini? Jangan bilang kalau kamu tidur sama dia?"Meski Samuel berada di luar rumah s
"Coba dari dulu kamu nikah lagi, pasti anak kamu sekarang udah gede. Lah, ini mah umur udah tiga puluh sembilan, kamu baru punya—""Bisa diem nggak sih, Na? Berisik banget dari tadi," tegur Samuel pada Mirna, kakak perempuannya yang menimang-nimang Samantha sambil menguliahi Samuel sejak dua jam lalu. "Aku dateng ke sini buat ketemu Alfian sekaligus pamerin anak perawanku, bukan butuh diceramahin. Udah padet kupingku dari tadi sama ceramah …"Samuel menghentikan kalimatnya ketika terpikirkan Annabelle. Setelah menerima telepon dari Zuco yang dengan lancang mempertanyakan mengapa dia membawa Samantha, entah mengapa Samuel ingin sekali mencekik calon suami Annabelle itu.Dia tahu dirinya memang salah karena pergi diam-diam. Semua itu karena dirinya tak tahan melihat Annabelle berbicara dengan pria lain. Terutama nada bicara Annabelle yang mengalun lembut, seperti dulu ketika mereka masih berumah tangga.Harus diakui, Samuel amat sangat merindukan sikap Annabelle yang seperti itu padanya
Annabelle nyaris kesulitan menyelesaikan kalimat yang ingin dia ucapkan. Lidahnya tiba-tiba kelu saat sesuatu sebesar gunung Pangrango seolah menyumbat tenggorokan.Namun, Annabelle harus mengatakannya. Dia terlalu lelah mendengar Samuel mengungkit sesuatu dari masa lalu, yang sangat jelas ingin dia tutup rapat dan tak ingin mengingat-ingat segala episode terburuk dalam kehidupannya."Hampir dua tahun aku rumah tangga sama Angga, selama itu juga kami nggak pernah lepas dari alat kontrasepsi pria." Akhirnya Annabelle kembali menemukan suaranya setelah berhasil menelan sumbatan air mata di tenggorokan."Yang aku tau, benda itu cuma buat nunda kehamilan aja. Aku sama dia sepakat nunda kehamilan karena dua anak dia masih terlalu kecil," lanjut Annabelle, tak memberi kesempatan pada Samuel untuk mencela apa yang ingin dia paparkan. "Waktu kamu bilang tentang 'pengaman' yang nggak kita pake saat pertama kali kita bertemu, yang kamu bilang aku juga mungkin dengan yang lain nggak pake alat it
Samuel tidak membiarkan Annabelle pergi sendiri dari villanya, tidak ketika wanita itu berjalan cepat sambil menangis, ditambah posisinya yang menggendong Samantha.Terutama Samuel tahu benar Annabelle tidak datang bersama Zuco, bahkan sebelumnya dia mendengar deru motor yang membawa Annabelle langsung pergi setelah wanita itu masuk villa.Jadi, ketika Annabelle keluar dari villanya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang, Samuel pun mengikuti wanita itu tanpa suara.Lalu, ketika melihat Annabelle berhenti melangkah di depan gerbang dengan tubuh yang sedikit limbung, tentu saja Samuel melangkah cepat ke arahnya.Sebelum Samuel mengulurkan tangan untuk menarik Annabelle yang tampaknya tak menyadari keberadaan Samuel, dia melihat bahu wanita itu bergetar semakin hebat— sementara tangisnya semakin pilu.Samuel menduga Annabelle akan memberontak ketika dia tak bisa menahan diri lagi untuk menarik Annabelle agar berbalik, kemudian merengkuh wanita itu dan Samantha tanpa kata.Namun, alih-ali
"Kamu mah beli makanan cuma maunya doang," kata Samuel dengan sedikit tak senang. "Itu jajanan sebanyak itu masa cuma buat diliat doang sih, Anna? Makan lagi atuh jajanannya."Amara hanya meninggikan bahu untuk menanggapi ucapan Samuel.Sambil mengemudikan mobil setelah melewati kawasan yang membuat lalu lintas terhambat, Samuel kembali berupaya membujuk dengan lembut, "Katanya tadi laper? Masa makan sebutir mochi doang langsung bilang kenyang? Ngga enak?""Bukan nggak enak," kata Annabelle pelan. "Tapi nggak nafsu."Sesungguhnya, saat Annabelle menggigit sebutir mochi rasa durian dalam boks kecil yang terbuat dari anyaman bambu itu, sebenarnya dia hanya merasakan dirinya seolah menelan serpihan gergaji.Saat itu, Annabelle tengah berupaya untuk menyusui Samantha, tetapi si bayi tampak sedikit rewel. Hal itu berhasil membuat Annabelle gelisah hingga duduknya sedikit tak karuan dan tak nyaman."Kamu kenapa sih, De?" Annabelle bergumam murung sambil berupaya mengarahan putik payudaranya
Meskipun Annabelle menolak gagasan Samuel untuk membelikan pakaian dan berbagai kebutuhannya, tetapi pria itu tetap berjalan masuk ke area kebutuhan wanita sambil mendorong kereta bayi— dan meninggalkan Annabelle seorang diri yang berdiri tercengang.Jadi, mau tak mau Annabelle menghentakkan kaki sambil menggerutu, "Ya udah tungguin!"Sambil menyeringai puas, Samuel berhenti sejenak dan berbalik sambil mengulurkan tangan pada Annabelle. "Nah, gitu dong, nggak usah jaim-jaim gitu sama aku," goda Samuel dengan seringai jahil.Kemudian Annabelle tak menangkis tangan Samuel ketika pria itu menggandeng tangan Annabelle— meremas jemarinya seolah dia sedang menggandeng anak kecil yang khawatir akan tersesat di antara kerumunan orang yang berlalu lalang.Dulu, Samuel bukan tak pernah berkeliling di pusat perbelanjaan bersama istri dan anaknya— Yunita dan Alfian. Hal terakhir yang dia lakukan satu tahun lalu, sebelum akhirnya mereka bercerai di hari yang sama ketika dia menceraikan Annabelle
Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa
"Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S
Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi
Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann
"Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den
"Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha
"Bisa nggak sih beli susunya di minimarket pertigaan villa aja? Kanapa harus ke mall cuma mau beli susu doang?""Nggak ada salahnya mampir sekalian lewat 'kan?" Samuel menggandeng tangan Annabelle ketika berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan."Emang susunya Samantha beneran udah mau abis?" Annabelle berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya kembali berkata, "Perasaan aku liat masih ada dua kaleng yang belum dibuka. Minggu lalu kan kamu belinya tiga, masa seminggu udah abis semua sih?"Samuel tak menjawab, hanya mengulum senyum nakal sambil melirik Annabelle ketika mereka berjalan ke ekskalator.Annabelle mendongak dan menyadari bahwa susu Samantha yang katanya habis hanya alasan Samuel agar dia mau diajak mampir ke mall. Jadi, tak heran jika sekarang Annabelle mendengkus jengkel dan mengempas tangan Samuel yang menggandengnya."Dasar pria licik," gerutu Annabelle ketika mereka tiba di lantai dua. "Udah pulang aja sekarang. Ini udah sore, kasian Samantha.""Pulang sekarang atau
"Jadi itu alesannya kenapa kamu juga konsultasi ke dokter Cheppy?" Annabelle tak tahu sejak kapan air matanya bercucuran saat lagi-lagi mengetahui fakta yang dialami Samuel selama ini.Ketika Samuel hanya mengangguk dan mengembuskan napas berat, Annabelle kembali menambahkan dengan pedih, "Kenapa Om nggak datang sejak awal dan ngasih tau aku, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh aku?"Air wajah Samuel masam dan serba salah ketika sejak tadi tak bisa menghentikan tangis Annabelle. "Akunya malu, Anna. Aku sadar udah nyakitin kamu, aku takut kamu nggak maafin aku," kata Samuel pahit. "Lagian, aku bener-bener takut, takut aku bawa penyakit yang ujung-ujungnya bakal nular ke kamu. Aku nggak mau kamu sampe kenapa-kenapa gara-gara aku.""Nyampe nahan diri nggak mau nemuin aku, padahal kamu kangen pengen ketemu aku? Gitu?" Annabelle terisak-isak menahan sesak. "Padahal, setelah aku tau kalau aku hamil, tiap hari aku nungguin kamu. Tiap hari aku berdoa supaya Tuhan buka hati kamu biar sek
Malam itu, seusai menjatuhkan talak tiga pada Yunita, Samuel langsung pergi tanpa membawa Alfian. Awalnya, Samuel berpikir dia bisa melepaskan Alfian begitu saja.Akan tetapi, kehilangan Alfian ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada kehilangan Annabelle dan pengkhianatan yang dilakukan Yunita.Ketika malam semakin larut dan semakin banyak Samuel meneguk Marteel, dia mendapati dirinya semakin hancur dalam kesendirian dan rasa sakit.Dalam kondisinya yang berada di bawah pengaruh alkohol, benak Samuel dipenuhi oleh bayang-bayang Annabelle yang begitu terluka ketika dia menceraikannya tadi sore.Samuel tertawa getir saat berkelebat pemikiran bahwa karma tersadis yang dia lakukan pada Annabelle dibayar kontan sebelum dua puluh empat jam. Samuel tak bisa menebak seberapa terlukanya Annabelle, tetapi dia sadar, rasa sakit yang dia dapatkan saat ini mungkin tak sebanding dengan luka yang dirasakan Annabelle.Meski demikian, Samuel hanya berharap wanita itu belum benar-benar jatuh cinta p