Annabelle akhirnya meminta bantuan Samuel agar menghadapi orang bank yang datang ke rumahnya, karena kedua orangtuanya yang sudah berusia hampir enam puluh tahun itu sudah terguncang mendengar kabar rumahnya akan disita.Annabelle bukan tidak memiliki saudara selain kakak lelakinya yang kini sedang bekerja di Jakarta, tetapi dua kakak perempuan lainnya tinggal bersama suami mereka, dan jaraknya tak bisa ditempuh dengan waktu satu atau dua jam.Elli, kakak keduanya tinggal di Jawa bersama sang suami dan anak-anaknya. Sementara Hani, kakak ketiganya ikut merantau ke Lampung bersama suaminya, dan Annabelle tahu bahwa keadaan ekonomi dan komunikasi keluarganya sangat terbatas.Bahkan, sudah hampir satu tahun mereka tak datang berkunjung, dan itu pasti lagi-lagi karena besarnya biaya ongkos yang harus mereka keluarkan. Jadi, semenjak Annabelle menjanda, dialah yang paling tua di antara kedua adik perempuan dan satu adik laki-lakinya.Meski baru dua kali bertemu dengan Samuel, tetapi Annabe
"Bismillahirrahmanirrahim."Malam itu, Pak Yunus—bapak Annabelle mengawali ucapannya sambil berjabat tangan dengan Samuel di hadapan beberapa saksi."Yaa Samuel Khadafi bin Rifan Atmaja, saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau dengan pinanganmu, putri kandungku Annabelle Maisara, dengan mas kawin satu juta rupiah dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Annabelle Maisara binti bapak Yunus dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana para saksi?" tanya si penghulu sambil menoleh pada empat orang yang menyaksikan jalannya pernikahan siri tersebut. "Sah?""Sah!""Sah!""Sah!""Alhamdulillah."Samuel memang berencana menikahi Annabelle dan menjadikan wanita itu sebagai istri mudanya, apa pun caranya. Namun, dia tak menduga bahwa pernikahan akan dilangsungkan pada hari itu juga, tepat setelah percakapannya dengan Annabelle tak sengaja didengar oleh orang tua wanita itu.Jadi, ketika orang tua Annabelle menyelidik seberapa jauh hubungan mereka, Samuel dengan terang-terangan m
"Jadi, Nak Samuel," bapak Annabelle menambahkan sambil menatap Samuel penuh harap. "Biar Annabelle berkelakuan buruk sekali pun, tapi dia anak Bapak. Sekarang kamu suaminya, kamu berhak bawa Annabelle dan ngedidik dia dengan cara baik-baik. Tapi, bapak mah khawatir istri kamu tahu kalau kamu udah nikah, terus datang nyamperin Annabelle. Pan nggak mungkin kamu belain Annabelle yang belum ketahuan bakalan berjodoh panjang apa nggak sama kamu …""Tapi, istri kamu kan udah ke uji," lanjut bapak Annabelle pahit. "Pan kamu bilang udah nikah hampir sepuluh tahun. Itu berarti istri kamu sabar, tapi belum tentu bisa sabar kalau dia tau dimadu. Jadi, walaupun kita baru aja ijab kabul dan Annabelle menjadi tanggung jawab dan hakmu sebagai suami, tapi bapak cuma mau minta, kalau Annabelle mending tinggal di sini dulu aja, khawatir—""Tapi, Pak," potong Samuel, menahan diri agar tak memekik, terutama ketika tenggorokannya terasa dicekik akibat kata-kata terakhir yang diucapkan bapak Annabelle. "Aku
Semalam Annabelle mendesak Samuel agar pria itu pulang, karena dia belum terbiasa dengan kehidupannya yang tiba-tiba jungkir balik dan berubah 180 derajat hanya dalam beberapa jam.Namun, Annabelle justru terkejut saat ibunya membangunkan untuk sholat subuh, dan meminta dia membangunkan adik lelakinya agar pergi ke mesjid menyusul bapaknya.Annabelle mendapati Samuel tertidur di tengah ruangan bersama Fathur—adik lelaki Annabelle yang masih kelas lima SD, pantas saja sang ibu menyuruh dia membangunkan adik lelakinya. Mungkin belum berani membangunkan menantu dadakannya, sehingga sengaja mengandalkan Annabelle.Setelah percekcokan antara dia dan Samuel semalam, Annabelle langsung mengunci pintu kamar dan tidur secepat yang dia bisa—berharap pernikahannya dengan Samuel hanya mimpi buruk semata.Annabelle bahkan seolah lupa bahwa dia terbiasa tidur dengan dua adik perempuannya, sementara adik lelakinya tidur di ruangan—karena rumah itu hanya memiliki dua kamar tidur yang salah satunya ada
Annabelle tertohok hingga matanya terbelalak. Dia ingin tertawa, mengerti bahwa kemungkinan Samuel mengalami mimpi basah—meski dalam hati kecilnya bertanya-tanya, kenapa Samuel justru menyalahkan bibirnya? Bukankah semalam bukan Annabelle yang mencium Samuel?Samuel tahu bibir Annabelle yang merapat sedang berupaya agar tidak menertawakan apa yang baru saja dia katakan.Jadi, sebelum Annabelle bisa berkomentar apa pun tentang pengakuannya, Samuel kembali menambahkan dengan jengkel, "Handuk kamu aja lah. Dingin tau pulang bawa motor pagi-pagi gini."Annabelle mendecakan lidah, mengejek dengan suara pelan, "Percuma badan tatoan kalau sama udara dingin aja masih takut!"Alih-alih marah, Samuel justru terkekeh-kekeh melihat ekspresi Annabelle yang mendelik sebelum berlalu pergi sambil membereskan alas tidur bekas Samuel. Tak lama kemudian wanita itu kembali dengan membawa handuk berwarna ungu, sarung bersih, dan pouch monokurobo berisi alat mandi."Ada sikat gigi baru yang baru dibeli kem
Sekali lagi Samuel tidak bisa memaksa penolakan Annabelle yang tak ingin ikut pergi dengannya. Mengingat selisih usia mereka terpaut begitu jauh, nyaris separuh dari usia Samuel, akhirnya pria itu sadar bahwa dia mungkin harus lebih bersikap pengertian. Tak peduli meski Annabelle pernah berumah tangga atau tak ingin disebut sebagai anak-anak.Meski Annabelle tampaknya masih tak bisa menerima statusnya sekarang, tetapi Samuel cukup lega karena wanita itu tak marah marah lagi saat dia akan pergi. Setidaknya, sindiran Annabelle tidak terlalu galak seperti semalam atau saat dia bangun tidur tadi pagi.Tepat pukul delapan pagi, Samuel terlebih dulu mengontrol villa dan penginapan, memeriksa berapa banyak kamar atau villa yang terisi malam itu. Dia menemui salah satu pekerjanya, yang bertugas mencatat penjualan kamar, sekaligus mengambil uang yang didapat malam itu.Setelah terlibat percakapan dan menerima laporan yang mengatakan bahwa water heater di salah satu penginapan tersebut rusak,
Yunita tampak terkejut, tetapi dia tak lantas memberikan ponselnya, melainkan terburu-buru mengganti akun F******k-nya yang bernama Yunita Pusvitasari sari, dengan akun Mama Alfian.Tampaknya keberuntungan sedang berpihak pada Yunita, karena saat Samuel menyambar ponsel dari tangan istrinya, beranda F******k-nya yang Samuel lihat sudah menampilkan akun bernama Mama Alfian.Tak ada yang aneh di dalam wall sosial media milik Yunita, hanya beberapa unggahan foto makanan, kebersamaan dia dengan orang tua teman-teman Alfian di sekolah, juga deretan foto selfie di setiap sudut rumahnya.Samuel bukan sekali dua kali menegur Yunita agar tak memposting foto dirinya yang dandan berlebihan, tetapi tampaknya Yunita tak menggubris peringatan Samuel.Sebenarnya, Samuel bukan merasa cemburu, tetapi suami mana yang senang jika istrinya bertingkah berlebihan? Terutama Yunita kerap memamerkan kemewahan yang tak sepantasnya dipamerkan, mengingat Samuel sendiri kerap tampil sederhana, meski dia sekarang m
Ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Samuel baru saja tiba di penginapan dalam suasana hati gusar. Dia memang tak yakin apakah Annabelle menantikannya atau tidak, tetapi tetap saja Samuel merasa kesal pada diri sendiri.Tadi siang, Samuel sendiri yang mengatakan bahwa dia akan menjemput Annabelle selepas magrib. Namun, siapa yang menduga bahwa Alfian dan Yunita terlalu betah bermain air.Meski awalnya Samuel tak berencana mengajak Yunita, tetapi karena dia mengatakan akan mengajak Alfian ke Pantai Pelabuhan, yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari rumahnya, akhirnya Yunita memutuskan untuk ikut dengan mereka.Hanya saja, dia tidak memprediksi akan terjebak macet selama tiga jam ketika menuju perjalan pulang. Jadi, saat dia tiba di rumah pukul delapan malam, Samuel langsung bergegas mandi serta berganti pakaian, lalu pergi ke tempat kerjanya terlebih dahulu, dan Yunita tak pernah bertanya apakah dia akan pulang atau tidak, seperti itulah ketidakpedulian Yunita ter
Samuel berhasil tiba di rumah ketika waktu menunjukkan pukul lima subuh, persis seperti yang Annabelle ingatkan.Selimut tebal berbulu lembut menggulung di atas betis Annabelle, dan Samuel memperkirakan wanita itu tampaknya berulang kali terbangun. Lalu, keadaan kembali menyeret Samuel pada realita tentang Annabelle. Menyadarkan dirinya tentang apa yang sudah dia lakukan pada wanita itu.Wanita yang sekali lagi Samuel paksa untuk masuk ke kehidupan dirinya dengan sisa-sisa kebahagiaan yang mungkin masih dia miliki. Jika Samuel berpikir masa lalunya begitu mengerikan, lalu bagaimana dengan Annabelle yang tadi siang histeris di rumah sakit?Samuel berjalan mengendap-endap ke arah tempat tidur, menarik selimut dan menutupi tubuh Annabelle. Meski gerakan Samuel begitu hati-hati, tetapi tetap saja hal itu membuat Annabelle terperanjat dengan mata terbelalak sekaligus. Untuk beberapa saat, keterkejutan jelas mewarnai Annabelle.Lalu, kemudian wanita itu mengembuskan napas lega— meskipun wa
"Banyak, Om, banyak ..." Annabelle menaikkan dagu dan menatap Samuel dengan angkuh."Misalnya?" Samuel menaikkan sebelah alis, mendesak penjelasan yang sama sekali tidak bisa dia pahami."Kan waktu itu kamu kasih aku sembilan juta, waktu kamu bilang mau pergi ke Bali sama istri dan anakmu selama sebelas hari, kamu janjinya mau luangin waktu seharian buat aku kalau udah pulang—""Anna, aku udah hampir dua minggu ini nemenin kamu seharian, masa kamu masih mau ungkit—""Dengerin dulu ih!" gerutu Annabelle kesal.Jadi, Samuel mengamati Annabelle sambil menahan sorot geli. Samuel menatap Annabelle lekat-lekat sementara dia menanti untaian kalimat yang akan bergulir di bibir ranum istrinya."Nih, yah, dengerin ... Kalau sebelas hari kepergian kamu sama dengan satu hari buat aku, aku perkirakan waktu kita berpisah itu selama dua ratus dua puluh hari, yang artinya utang waktu kamu buat aku itu ada dua puluh hari ..."Annabelle memelototi Samuel ketika pria itu hampir menertawainya, dan saat S
Tepat pukul sepuluh malam, Annabelle dan Samuel bersama anak mereka tiba di villa. Annabelle sudah terlihat sangat lelah, seolah ingin segera melemparkan tubuhnya ke tempat tidur— tak berbeda dengan Samuel.Namun, sayangnya Samuel tak bisa langsung beristirahat, terutama karena dia sudah ditunggu Dika sejak tadi.Selama tinggal di villa, Annabelle sudah terbiasa melihat kehadiran adik lelaki Samuel yang datang setiap malam, dan dia tak pernah mempertanyakan apa yang dilakukan Samuel dan adiknya.Saat itu, dia memilih untuk sama sekali tak peduli dengan apa yang dilakukan Samuel, atau pun ke mana pria itu pergi.Akan tetapi, kali ini mungkin dia harus sedikit peduli dan mencari tahu lebih banyak tentang suaminya. Terutama setelah dia Annabelle menyadari bahwa rumah tangganya dengan Samuel kali ini benar-benar dimulai dari awal, dengan status yang jelas berbeda dari sebelumnya."Kamu istirahat duluan, nanti aku nyusul," kata Samuel setelah mengantar Annabelle ke kamar. "Kalau mau mandi
Untuk pertama kalinya Annabelle memindai wajah Yunita, seolah merekam wajah dan penampilan wanita tersebut dalam memorinya. Namun, semakin menyadari bahwa wajah Yunita begitu mulus dan pandai bersolek, Annabelle semakin membandingkan dirinya dengan wanita itu, dan tak salah jika dia berkecil hati untuk saat ini.Yunita mengenakan jeans hitam ketat, dipadu atasan merah muda yang juga ketat, sehingga membentuk setiap lekuk tubuh wanita itu. Bahkan, kerah bajunya yang berpotongan rendah sedikit memperlihatkan payudaranya yang penuh dan tampak sintal.Harus Annabelle akui, bahwa dirinya lebih pendek dari pada Yunita. Posisi mereka yang berdekatan membuatnya tersadar bahwa tinggi Annabelle hanya sebatas dagu Yunita. Dari awal melihat wanita itu, pandangan Annabelle memang hanya terfokus pada bibir dan mata Yunita, tetapi kini dia juga bisa melihat hidung Yunita sedikit lebih mancung dibanding dirinya.Hal tersebut membuat Annabelle berpikir, pantas saja dulu Samuel langsung menceraikan Ann
"Kamu aja yang ke sana, aku nunggu di sini. Ngambil Samantha doang, terus nanti kamu langsung—""Kamunya ikut turun, Anna," tukas Samuel yang berdiri sambil menahan pintu di dekat Annabelle. Terkadang, Samuel harus ekstra sabar saat mendapati Annabelle bersikap kekanak-kanakan seperti itu. "Aku khawatir bakalan sedikit lama, soalnya si Alfian udah seminggu nggak ketemu aku. Ikut turun, ya?""Ish, tapi kan aku malu sama kakak kamu, Om!" Annabelle memberingis masam. "Pas ketemu waktu itu aku bentak-bentak kakak kamu. Masa sekarang—""Sayang, nggak apa-apa, dia juga nggak ambil hati, kok," Samuel membujuk sambil mengulurkan tangan, tetapi Annabelle tetap tak bergerak dari kursinya. "Lagian, kamu bilang kan waktu itu kaget karena Samantha nggak ada. Turun, yuk? Kakakku nggak suka gigit orang, kok."Annabelle tampak ragu. Sekali lagi dia mengedarkan pandangan ke depan, pada sederet motor yang terparkir di pelataran rumah. Sesungguhnya, dia benar-benar malu saat berpikir akan berhadapan den
"Kamu mah bener-bener keterlaluan. Udah mah ngasih hadiah ke cowok lain, ngerepotin sampe harus nemenin kamu nyari kantor pos buat kirim barang. Terbuka sih terbuka sama suami, nggak mau nyembunyiin hal apa pun, tapi kalau sampe perhatiannya kayak gitu, aku juga bisa sakit hati, Anna."Annabelle memiringkan kepala melihat bagaimana wajah Samuel begitu kusut, sementara bibir Samuel terus menggerutu selagi pria itu melaju dengan kecepatan tinggi.Bahkan, manuver-manuver yang dilakukan Samuel sedikit kasar. Dan Annabelle hanya bisa kasihan sekaligus berbunga-bunga melihat kecemburuan Samuel yang begitu besar.Sebelumnya, Annabelle tak pernah merasa dicemburui sebegitu terang-terangan oleh pria. Jadi, ketika Samuel bersikap demikian, bukan salah Annabelle jika dia ingin berlama-lama melihat suaminya terbakar cemburu. Entah mengapa, ada kebanggaan tersendiri bagi Annabelle dicemburui oleh pria yang dia cintai, suaminya."Ya udah ntar mah nggak usah bilang-bilang kamu kalau aku mau kasih ha
"Bisa nggak sih beli susunya di minimarket pertigaan villa aja? Kanapa harus ke mall cuma mau beli susu doang?""Nggak ada salahnya mampir sekalian lewat 'kan?" Samuel menggandeng tangan Annabelle ketika berjalan memasuki gedung pusat perbelanjaan."Emang susunya Samantha beneran udah mau abis?" Annabelle berusaha mengingat-ingat sebelum akhirnya kembali berkata, "Perasaan aku liat masih ada dua kaleng yang belum dibuka. Minggu lalu kan kamu belinya tiga, masa seminggu udah abis semua sih?"Samuel tak menjawab, hanya mengulum senyum nakal sambil melirik Annabelle ketika mereka berjalan ke ekskalator.Annabelle mendongak dan menyadari bahwa susu Samantha yang katanya habis hanya alasan Samuel agar dia mau diajak mampir ke mall. Jadi, tak heran jika sekarang Annabelle mendengkus jengkel dan mengempas tangan Samuel yang menggandengnya."Dasar pria licik," gerutu Annabelle ketika mereka tiba di lantai dua. "Udah pulang aja sekarang. Ini udah sore, kasian Samantha.""Pulang sekarang atau
"Jadi itu alesannya kenapa kamu juga konsultasi ke dokter Cheppy?" Annabelle tak tahu sejak kapan air matanya bercucuran saat lagi-lagi mengetahui fakta yang dialami Samuel selama ini.Ketika Samuel hanya mengangguk dan mengembuskan napas berat, Annabelle kembali menambahkan dengan pedih, "Kenapa Om nggak datang sejak awal dan ngasih tau aku, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh aku?"Air wajah Samuel masam dan serba salah ketika sejak tadi tak bisa menghentikan tangis Annabelle. "Akunya malu, Anna. Aku sadar udah nyakitin kamu, aku takut kamu nggak maafin aku," kata Samuel pahit. "Lagian, aku bener-bener takut, takut aku bawa penyakit yang ujung-ujungnya bakal nular ke kamu. Aku nggak mau kamu sampe kenapa-kenapa gara-gara aku.""Nyampe nahan diri nggak mau nemuin aku, padahal kamu kangen pengen ketemu aku? Gitu?" Annabelle terisak-isak menahan sesak. "Padahal, setelah aku tau kalau aku hamil, tiap hari aku nungguin kamu. Tiap hari aku berdoa supaya Tuhan buka hati kamu biar sek
Malam itu, seusai menjatuhkan talak tiga pada Yunita, Samuel langsung pergi tanpa membawa Alfian. Awalnya, Samuel berpikir dia bisa melepaskan Alfian begitu saja.Akan tetapi, kehilangan Alfian ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada kehilangan Annabelle dan pengkhianatan yang dilakukan Yunita.Ketika malam semakin larut dan semakin banyak Samuel meneguk Marteel, dia mendapati dirinya semakin hancur dalam kesendirian dan rasa sakit.Dalam kondisinya yang berada di bawah pengaruh alkohol, benak Samuel dipenuhi oleh bayang-bayang Annabelle yang begitu terluka ketika dia menceraikannya tadi sore.Samuel tertawa getir saat berkelebat pemikiran bahwa karma tersadis yang dia lakukan pada Annabelle dibayar kontan sebelum dua puluh empat jam. Samuel tak bisa menebak seberapa terlukanya Annabelle, tetapi dia sadar, rasa sakit yang dia dapatkan saat ini mungkin tak sebanding dengan luka yang dirasakan Annabelle.Meski demikian, Samuel hanya berharap wanita itu belum benar-benar jatuh cinta p