Angin malam yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela, membawa getaran yang tidak menyenangkan ke dalam ruangan. Kiara merasakan dinginnya hingga ke tulang-tulangnya, namun bukan hanya karena suhu udara—aura pemilik rumah itu lebih dingin dari hawa malam itu sendiri.Kiara dengan suara yang ragu-ragu. “Tuan, saya… saya bersedia menerima pekerjaan ini. Tapi, mohon waktu sebentar untuk saya bicarakan dengan ibu kost saya.”Pemilik Rumah dengan nada tajam dan tidak sabar. “Hem, pergilah. Tapi ingat, besok pagi kamu harus sudah ada di sini. Jika terlambat, kamu yang akan menanggung akibatnya!”Kiara mengangguk, merasakan berat tanggung jawab yang kini dia pikul. Dia tahu mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, terutama dengan latar belakang pendidikannya yang hanya SMA dan tanpa keterampilan khusus. Namun, kebutuhan untuk bertahan hidup—untuk dirinya dan anak yang belum lahir—mendorongnya untuk mengambil risiko ini.Kiara berbicara pada diri sendiri saat meninggalkan rumah. “Ak
Sementara Kiara yang berulang kali hampir jatuh saat berjalan sudah tiba di kamar kos yang sempit. Dengan sekali hentak tubuh kecilnya ambruk di kasur. Dia tidak peduli pinggangnya terasa sakit akibat benturan benda yang tidak begitu empuk tersebut.Baru memejamkan mata beberapa menit terdengar suara orang mengetuk pintu. Suara yang familiar di telinga Kiara, yaitu ibu kosnya.“Kiara … buka pintunya. Kamu baru datang yak?!” panggil ibu kos dengan pelan.“Iya, Buk. Bentar saya rapikan dulu tempatnya.”Bergegas gadis itu merapikan kasur yang berantakan akibat ulahnya merebahkan diri sembarangan. Tubuhnya yang letih membolak balikkan badan sehingga sprei yang tertata rapi menjadi kusut dan naik ke permukaan.Pintu dibuka senyum mengembang tiba-tiba di bibir ibu pemilik kos. Tidak terlihat sama sekali kejudesan yang kemarin di mata Kiara. Ada rasa lega sekaligus curiga dengan sikap perempuan yang ada di depannya. Tapi Kiara berusaha positif thinking karena sudah diberikan tumpangan untuk
Kiara berdiri di depan pintu rumah besar yang megah, napasnya tercekat. Ibu kosnya, Bu Sari, telah memintanya untuk bekerja, namun dengan syarat yang tidak biasa—Kiara harus tetap tinggal di kos meskipun bekerja di rumah sang majikan. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa pemilik rumah, Pak Harun, adalah seorang tajir yang sangat loyal kepada para pekerjanya, sehingga dia bersikeras agar Kiara kembali ke kos setiap hari setelah bekerja.Saat Kiara memasuki rumah itu, firasat buruk menyergapnya. Aura dingin dan tidak bersahabat dari Pak Harun membuatnya semakin tidak nyaman. Namun, demi sesuap nasi untuk calon bayinya, dia nekat menerima pekerjaan itu. Di balik keangkuhan Pak Harun, Kiara merasakan ada misteri yang menyelimuti rumah itu, dan pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benaknya.“Bu Sari, saya mengerti Anda ingin saya bekerja, tapi mengapa saya harus tetap tinggal di kos?” tanya Kiara.“Kiara, Pak Harun itu orang baik. Dia ingin kamu aman. Rumah ini besar dan banyak kamar
Alex menggaruk tengkuknya dengan canggung. "Maaf, Kiara. Aku tidak bermaksud menipumu. Sebenarnya aku merasa bersalah kepadamu. Dulu aku yang menculikmu atas perintah atasan."Kiara terpaku. Pikirannya dipenuhi bayangan masa lalu yang kelam. Penculikan, Andra, dan Mimi menyatu menjadi sebuah gambaran yang mengerikan."Mas Andra menyuruhmu menculikku?" Kiara nyaris tidak percaya."Tidak." Alex menggeleng. "Dia tidak tahu menahu soal itu. Istri pertamanya, Mimi, yang menyuruh kami menculikmu. Dia cemburu denganmu."Amarah dan kekecewaan membuncah di dada Kiara. Andra yang selama ini dia cintai ternyata tidak berdaya melindungi dirinya dari intrik para istrinya."Lalu kenapa kamu membantuku sekarang?" tanya Kiara dengan nada lirih."Entahlah," Alex menghela napas. "Mungkin karena aku melihatmu seperti adikku sendiri. Aku punya anak dan istri di kampung. Melihatmu dalam kondisi hamil sendirian membuat hatiku terenyuh."Kiara terdiam, hatinya bimbang. Dia tidak tahu harus percaya Alex atau
Air mata Kiara membasahi pipi Andra. Dalam pelukan sang suami, dia merasakan kehangatan dan kasih sayang yang selama ini dia rindukan. Bayangan Alex dan keraguannya perlahan memudar, digantikan oleh rasa cinta dan kepercayaan."Aku senang kamu kembali," bisik Kiara. "Aku tidak ingin kehilanganmu lagi."Andra tersenyum, menyeka air mata Kiara dengan ibu jarinya. "Aku tidak akan pergi lagi. Aku berjanji akan selalu menjagamu dan bayi kita."Kiara memeluk Andra lebih erat, merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar. Kiara tersentak, melepaskan pelukannya dari Andra. Rasa kantuknya hilang seketika. Siapakah yang datang malam-malam begini?"Siapa itu?" tanya Kiara dengan suara serak.Andra melangkah ke arah pintu. "Aku akan melihatnya."Pintu terbuka, dan Andra berdiri di sana dengan tatapan bingung. "Tidak ada siapa-siapa di sini," katanya.Kiara mengerutkan kening. "Tadi aku mendengar ketukan pintu."Andra menggeleng. "Mungkin kamu hanya bermimpi."K
Kiara menoleh ke belakang, khawatir Bima mengejar. Tapi yang terlihat adalah sebuah sedan hitam yang berhenti tepat di depannya. Pintu mobil terbuka, seorang pria berpakaian serba hitam dengan postur tegap keluar dari mobil. Naluri Kiara sebagai mantan atlet bela diri langsung bekerja. Dia siap menyerang, namun pria itu sigap mengangkat kedua tangan tanda damai."Nyonya Kiara? Maafkan keterlambatan saya," ucapnya dengan suara tenang dan profesional. "Nama saya Bayu, saya anak buah Tuan Andra."Kiara mengerutkan kening. Andra?"Mas Andra?" Kiara terbata-bata. "Suami saya? Dia di mana? Kenapa kau bisa menjemputku?"Bayu memperlihatkan ID card dengan logo perusahaan milik Andra. "Tuan Andra sudah lama mencari keberadaan Nyonya. Dia sangat khawatir. Beliau sudah menduga sesuatu yang tidak beres terjadi pada Nyonya."Rasa lelah dan takut Kiara seakan lenyap tergantikan oleh gelombang emosi lain. Lega, rindu, dan juga marah. "Kau tahu apa yang terjadi padaku?"Bayu mengangguk. Tanpa banyak
Di tengah perjuangan Kiara dan Andra untuk mendapatkan keadilan, Mimi kembali membuat drama. Dia berpura-pura sakitnya kambuh dan kanker yang dideritanya bertambah parah. Dia ingin menarik perhatian Andra dan ingin membuat Kiara cemburu.Mimi dirawat di rumah sakit dengan pengawasan ketat. Andra, yang masih diliputi rasa bersalah atas apa yang terjadi pada Kiara, tak tega melihat Mimi dalam kondisi yang lemah. Dia sering mengunjungi Mimi di rumah sakit dan memberikan perhatiannya.Hujan turun dengan lembut, mengetuk jendela kamar rumah sakit tempat Mimi dirawat. Suasana hati Kiara seakan-akan seirama dengan langit yang kelabu dan air mata yang turun dari langit. Dia merasa seolah-olah setiap tetes hujan adalah cerminan dari kepedihan yang dia rasakan di dalam hatinya.Kiara berdiri di luar kamar Mimi, memperhatikan melalui kaca jendela bagaimana Andra dengan penuh kasih merawat Mimi. Dia bisa melihat kelembutan di wajah Andra, kelembutan yang dulu pernah dia rasakan. Tapi sekarang, se
Beberapa hari setelah kejadian itu, Kiara secara tidak sengaja menemukan bukti kebohongan Mimi. Dia menemukan sebuah surat dari dokter yang menyatakan bahwa Mimi tidak benar-benar sakit kanker. Kiara marah dan kecewa. Dia tidak percaya Mimi tega berbohong kepada Andra dan menjebaknya. Kiara memutuskan untuk menunjukkan bukti itu kepada Andra. Dia ingin Andra tahu siapa Mimi sebenarnya.“Mas Andra, kita perlu bicara.”Andra mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dibacanya. “Ada apa, Kiara? Kamu terlihat tegang.”“Aku menemukan sesuatu yang perlu kamu tahu tentang Mimi.”“Tentang Mimi? Apa lagi ini, Kiara?” tanya Andra dengan kening berkerut.“Lihat ini. Surat dari dokter yang menyatakan bahwa Mimi tidak benar-benar sakit kanker. Semua ini… semua drama dan air mata… itu semua bohong.”Andra mengambil surat itu dengan tangan yang gemetar. “Ini… ini tidak mungkin. Mimi sakit, aku melihatnya dengan mata kepala sendiri.”“Kamu melihat apa yang dia ingin kamu lihat, Mas Andra. Dia meman
Setelah beberapa saat berpelukan, Andra dan Kiara duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang tentang masalah yang mereka hadapi. Kiara mendengarkan dengan seksama semua keluhan Andra. Ia memberikan semangat dan dukungan penuh pada suaminya.Mata Kiara bertemu dengan tatapan penuh harap Andra. Ia mengulurkan tangannya, menggenggam jemari suaminya erat."Aku yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama, Mas," ujarnya lembut, suaranya bagai belali yang menenangkan. "Kita harus tetap kuat dan saling mendukung."Andra mengangguk pelan. Ia merasa sangat beruntung memiliki istri seperti Kiara. Di tengah badai kehidupan yang sedang mereka hadapi, kehadiran Kiara bagaikan oase di tengah gurun. Namun, kekhawatiran masih menghantui pikirannya."Aku tahu, Sayang," jawabnya, "Tapi aku khawatir kalau Mimi akan melakukan hal-hal yang tidak terduga. Dia tidak akan menyerah begitu saja."Kiara tersenyum pahit. Ia pun merasakan kegelisahan yang sama. "Aku juga khawatir," akunya, "Tapi kita tidak
Andra merasa detak jantungnya semakin cepat saat dia mencoba membujuk Mimi. Darah mengalir dari luka di tangan Mimi, dan perban yang Andra pasang terlihat kurang rapi.“Mimi,” bisik Andra, “kita harus segera ke klinik. Lukamu perlu diperiksa lebih lanjut.”Mimi menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan, tapi akhirnya mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan pelan menuju mobil, Andra memastikan Mimi tetap tenang. Di dalam hati, Andra berdoa agar luka Mimi tidak terinfeksi.Mimi memandang Kiara dengan mata tajam, senyumnya menyiratkan kepuasan. Andra merasa jantungnya berdebar.“Kiara,” ucap Andra dengan suara bergetar, “aku akan mengantar Mimi ke klinik. Tapi setelah itu, kita harus bicara.” Kiara hanya mengangguk, dan Andra membantu Mimi berdiri.Mereka berdua keluar dari rumah, Andra memandang Kiara dengan ketegangan. Mimi berhasil membuat Andra meninggalkan Kiara sendirian. Ia merasa puas dengan keberhasilannya. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa untuk menjalankan rencana jah
Suara Mimi memecah keheningan di apartemen itu. Kiara dan Andra saling pandang dengan tatapan was-was. Jantung mereka berdebar kencang. Dengan langkah ragu, Andra melangkah maju. Di ruang tamu, berdirilah Mimi dengan senyum merekah di wajahnya. Tatapan matanya menusuk tajam ke arah Kiara.Mimi dengan nada mengejek. “Oh, ternyata kalian berdua ada di sini. Lama tidak bertemu, Andra. Kau terlihat segar sekali.Andra tergagap. “Mi... Mimi, apa yang kau lakukan di sini?”Mimi mendekati mereka. “Hanya ingin menyapa suami tercinta. Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”Kiara berdiri di belakang Andra, tubuhnya gemetar. Ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah mimpi buruk.Kiara berusaha tenang.” Apa maksudmu datang ke sini?”Mimi tertawa kecil. “ Maksudku? Tentu saja ingin bertemu dengan orang-orang yang kucintai.”Mimi melirik ke arah perut Kiara, lalu kembali menatap Andra.“Oh ya, selamat ya. Sepertinya kau akan segera menjadi seorang ayah.”Nada bicara Mimi terdengar penuh sindiran
Kiara memeluk erat Andra, suaminya, di ambang pintu rumah mereka. Senyumnya tak henti mengembang, melupakan semua kesedihan yang pernah merundunginya. Menjadi istri kedua karena paksaan memang pahit, tapi Andra telah membawa kebahagiaan baru dalam hidupnya.Pernikahan mereka memang tak lazim. Andra, pengusaha kaya raya. Kontrak pernikahan mereka jelas: Andra menginginkan bayi dari rahim Kiara, dan Kiara akan diceriakan Andra setelah melahirkan. Tak ada cinta di awal pernikahan mereka, hanya rasa saling membutuhkan. Kiara menikah demi menebus hutang keluarganya.Namun, seiring waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Kiara. Andra yang dingin dan kaku ternyata penyayang dan perhatian. Dia selalu meluangkan waktu untuk Kiara, mendengarkan ceritanya. Perhatian kecil Andra yang tulus itu menghangatkan hati Kiara yang dingin.Kiara pun berusaha menjadi istri yang baik bagi Andra. Dia menemaninya, dan selalu ada saat dia membutuhkan. Perlahan tapi pasti, Andra pun mulai luluh hatinya. Di
Hangatnya pelukan Andra menyelimuti Kiara, mengusir hawa dingin yang menyelimuti malam itu. Air mata mereka telah mengering, digantikan oleh perasaan cinta dan kasih sayang yang kembali mekar di antara mereka."Maafkan aku, Kiara," bisik Andra, suaranya bergetar. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu."Kiara menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu, Mas Andra. Aku tahu kau sangat perhatian denganku dan bayiku. Bukannya dia yang kalian tunggu sejak awal?"Andra tersenyum, senyum yang tulus dan penuh penyesalan. "Ya, kamu benar. Aku berjanji, Kiara. Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku akan menjadi suami dan ayah terbaik untukmu dan anak kita."Kiara tersenyum, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia tahu bahwa Andra tulus dalam penyesalannya, dan dia ingin memberinya kesempatan kedua."Aku percaya padamu, Mas Andra," bisiknya.Andra memeluk Kiara lebih erat, merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia bersyukur karena Kiara masih mau memberinya kese
Kiara yang diliputi rasa ingin tahu, memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang asal-usulnya yang selama ini menjadi rahasia. Dia beralih ke media sosial milik adiknya, Alex, sebagai sumber informasi. Namun, karena sudah lama tidak aktif di media sosial, Kiara mengalami kesulitan dalam menemukan akun Alex yang menggunakan nama samaran.Meskipun terkendala, Kiara tidak menyerah. Dengan semangat yang kuat, dia terus mencari dan menelusuri akun demi akun. Upayanya tak sia-sia. Berkat kerja keras dan keteguhannya, Kiara akhirnya berhasil menemukan akun Alex. Rasa lega dan bahagia menyelimuti dirinya saat dia membuka profil Alex dan mulai menjelajahi kehidupan digital sang adik angkat.Kiara mulai menjelajahi postingan dan foto-foto Alex, mencari petunjuk apa pun yang bisa mengantarkannya pada informasi tentang asal-usulnya. Dia berharap bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, siapa orang tuanya? Mengapa dia ditinggalkan? Dan apa rahasia di balik masa lalun
Di ruang tamu, Kiara dan Bi Sumi sibuk dengan kesibukan baru mereka. Membuat rajutan yang didapat teorinya dari internet. Kiara terlihat antusias dengna kesibukan barunya. Bi Sumi berceritanya dengan senyum hangat.“Nyonya, orang tua saya adalah penggemar kerajinan tangan,” katanya. “Ayah saya pandai membuat ukiran kayu, sedangkan ibu saya ahli dalam merajut dan menjahit.”Kiara terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Bi Sumi memiliki latar belakang keluarga yang kreatif. “Bagaimana mereka bertemu?” tanya Kiara.Bi Sumi mengambil napas dalam-dalam, matanya menerawang ke masa lalu. “Ayah dan ibu saya bertemu di sebuah pameran seni,” katanya. “Mereka berdua tertarik pada sebuah pameran kerajinan tangan di kota kecil tempat mereka tinggal. Ayah saya terpesona oleh ukiran kayu yang dibuat oleh ibu saya, dan ibu saya terkesan dengan kain rajutan buatan ayah saya.”Kiara merasa ada benang merah yang menghubungkan cerita Bi Sumi dengan hidupnya sendiri. Dia juga mencintai kerajinan tan
Kiara berjuang untuk mempertahankan pernikahannya dengan Andra meski tahu jika hati andra sudah kembali kepada Mimi, istri pertama. Mimi sangat licik memanfaatkan kelemahan Andra dengan menjeratnya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tidak punay pilihan lain, Mimi masih istri sahnya Andra, dan tidak mungkin dia memintanya berpisah sesuai janji Andra yang dulu. Meski tahu, jika Mimi sudah jahat kepada Kiara dan juga bayi yang dikandungnya.Kiara merasa terjebak dalam perasaan yang tak berujung. Pernikahannya dengan Andra, yang dulunya penuh cinta dan harapan, kini terasa seperti medan perang. Setiap hari, Kiara berusaha mempertahankan hubungan mereka, meski tahu bahwa Andra telah kembali ke pelukan Mimi, istri pertamanya.Andra, pria yang dulu pernah membuat hati Kiara berbunga-bunga, kini menjadi sosok yang terpecah di antara dua wanita. Mimi, wanita licik yang memanfaatkan kelemahan Andra, berhasil menariknya kembali ke dalam hubungan asmara. Kiara tahu bahwa Mimi tak akan berhen
Mimi memanfaatkan situasi ini dengan cerdik. Dia tahu bahwa Andra memiliki hasrat yang tinggi ketika emosinya tidak stabil. Dengan rayuan dan perhatian yang konstan, dia perlahan-lahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya.Di tengah kekacauan batinnya, Andra menemukan secercah ketenangan dalam diri Mimi. Tawanya yang merdu dan sentuhan lembutnya bagaikan balsem yang meredakan luka hatinya yang tergores oleh pengkhianatan Kiara. Sejenak, Andra melupakan segala masalahnya dan tenggelam dalam perhatian Mimi yang tulus dan penuh kasih sayang.Mimi, dengan kejeliannya, melihat kesempatan ini untuk kembali merebut hati Andra. Dia tahu bahwa saat Andra dilanda emosi, hasratnya pun membara. Dengan rayuan yang menggoda dan perhatian yang tak henti-hentinya, Mimi perlahan menarik Andra kembali ke dalam pelukannya. Kata-kata manisnya bagaikan mantra yang membius Andra, membuatnya lupa akan rasa sakit yang ia alami.Andra, yang masih terluka dan rapuh, tak kuasa menolak godaan Mimi. Dia terb