Beranda / CEO / Istri Kedua CEO / 6. Pria Arogan

Share

6. Pria Arogan

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alvaro terus meneguk sebotol wine di tangannya karena ingin berhenti memikirkan masalahnya dengan Angela sejenak. Namun, ucapan wanita itu terus berputar-putar di kepalanya.

'Kalau kamu ngotot ingin memiliki anak dariku? Lebih baik kita berpisah.'

"Sialan! Beri aku minuman lagi!" pintanya pada bartender.

"Tapi Anda sudah terlalu mabuk, Tuan."

Alvaro menatap pemuda berusia awal dua puluh tahunan yang berdiri di hadapannya dengan tajam. "Berisik! Cepat buatkan minumanku, Bodoh!"

Pemuda itu tergagap lalu segera membuat segelas cocktail  sesuai perintah Alvaro. Namun, Alvaro malah ambruk sebelum minumannya selesai dibuat. Dia pasti sudah sangat mabuk.

"Hei Al, bangunlah! Apa kau mau tidur di sini?" tanya Felix sambil menepuk pipi Alvaro.

Alvaro megerjabkan mata perlahan, lalu memandang ke sekitar dengan bingung. Sepertinya alkohol sudah berhasil mengambil alih kesadaran lelaki itu. "Aku di mana?"

Felix meringis. Kepalanya terasa sangat sakit karena dipukul Cara dengan botol. Dia ingin segera pulang dan mengobati lukanya. Namun, Alvaro sedang mabuk berat. Dia tidak mungkin meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

"Aku di mana?" Alvaro terlihat linglung.

"Kau sedang berada di rumah sakit jiwa," jawab Felix asal.

"Aku pasti sudah gila," ucap Alvaro sambil tertawa. Dia benar-benar mirip orang gila.

Felix mendesah panjang. "Aku mau pulang. Kau mau ikut? Atau ingin tetap di sini?"

"Angela pasti menungguku di rumah. Aku harus pulang sekarang." Alvaro berjalan sempoyongan meninggalkan Paradise Club. Di otak lelaki itu hanya ada Angela, Angela, dan Angela. Dia sangat mencintai Angela dan rela melakukan apa pun agar wanita itu bertahan di sisinya.

"Perhatikan jalanmu, Alvaro!" teriak Felix karena Alvaro nyaris menabrak orang. Namun, Alvaro hanya melambaikan tangan tanpa berbalik menatapnya.

"Sialan!" Felix menggeram kesal karena Alvaro mengabaikan ucapannya.

"Hey, Bung! Perhatikan jalanmu!"

Alvaro segera meminta maaf pada orang yang tidak sengaja dia tabrak lalu bergegas keluar karena perutnya terasa sangat mual. Kepala pun terasa berat. Dia ingin muntah.

"Ugh!"

"Anda tidak apa-apa?"

Alvaro mengerutkan dahi. Samar-samar dia masih bisa melihat wajah gadis yang sudah menolongnya. "Caramell?"

Hidung Cara mengerut karena mencium aroma alkohol yang menguar dari tubuh Alvaro. Entah sudah berapa banyak botol minuman yang dihabiskan lelaki itu.

"Jangan sentuh aku!" Alvaro menyentak tangan Cara dengan kasar. Dia merasa jijik disentuh gadis itu. Alvaro tidak bisa membayangkan sudah berapa banyak pria hidung belang yang menjamah tubuh Cara.

Benar-benar menjijikkan!

Cara cepat-cepat melingkarkan kedua tangannya di pinggang Alvaro karena lelaki itu hampir terjatuh lagi. "Anda tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk, Tuan. Saya akan mencari supir yang bisa mengantar Anda pulang. Tunggulah di sini sebentar."

Alvaro berdecak kesal. "Lepaskan tanganmu!" teriaknya keras hingga membuat Cara terlonjak kaget. "Aku tidak butuh bantuanmu!"

Cara menghela napas panjang. Padahal dia hanya ingin membantu lelaki itu agar tidak jatuh saat berjalan menuju mobilnya.

Menyebalkan!

"Baiklah kalau Tuan tidak mau." Cara berbalik ingin pulang. Namun, gadis itu tiba-tiba berhenti melangkah karena Alvaro tersungkur saat akan membuka pintu mobil.

"Abaikan dia, Cara. Percuma saja kamu menolongnya." Cara ingin pulang, tapi kakinya malah menghampiri Alvaro. "Kenapa aku terlalu peduli sama orang asing, sih? Astaga!" gerutunya.

Cara pun berjongkok di depan Alvaro. Tangan kanannya terulur mengguncang lengan lelaki itu pelan. "Tuan, bangun."

"Erngh ...." Alvaro mengerang tertahan karena kepalanya terasa sangat berat.

"Tuan, bangun!" Cara mengguncang tubuh Alvaro lumayan kuat agar lelaki itu bangun. Namun, Alvaro tidak bergeming sama sekali.

Cara mengedarkan pandang ke sekitar untuk meminta bantuan. Namun, tidak ada orang lain selain mereka yang ada di parkiran. Sepertinya orang-orang masih asyik menari dan mabuk-mabukan di dalam kelab padahal hari sudah hampir pagi.

"Tuan, bangunlah. Anda tidak bisa tidur di sini?"

Alvaro berdecak kesal karena suara Cara mengganggu tidurnya.

"Tuan ...." Cara terus berusaha membangunkan Alvaro.

"Berisik!" sengit Alvaro kesal karena Cara benar-benar mengganggu tidurnya.

Cara menarik napas panjang, berusaha menahan emosi yang siap untuk meledak. Rasanya dia ingin sekali mencakar wajah Alvaro yang kelewat tampan karena membuatnya kesal.

"Tuan, Anda tidak bi--" Ucapan Cara terhenti karena ponsel Alvaro berdering. Nama Nenek Sihir terpampang jelas di layar ponsel lelaki itu.

Alvaro malah mencari posisi tidur yang nyaman, seolah-olah tidak terganggu suara dering ponselnya.

"Tuan ada telepon, sepertinya penting." Cara berusaha membangunkan Alvaro, tapi lelaki itu tidak memedulikan ucapannya sama sekali.

Kepala Alvaro semakin terasa berat. Dia hanya butuh tidur dan berharap besok Angela sudah kembali ke rumah. Cinta telah membuat Alvaro Dinata seperti orang kehilangan akal. Dia selalu membenarkan apa yang Angela lakukan padahal wanita itu jelas-jelas berbuat salah.

Benar-benar bodoh!

Ponsel Alvaro terus berdering, meraung-raung minta diangkat. Nama Nenek Sihir terpampang jelas di layar. Cara pun mencoba membangungkan Alvaro lagi. Namun, lelaki itu tetap tidak mau bangun.

Tiba-tiba ponsel Alvaro berhenti berdering. Tidak lama kemudian Nenek Sihir itu menelepon lagi. Sepertinya ada hal penting yang ingin Nenek Sihir itu sampaikan pada lelaki ini, pikir Cara. Haruskah dia menerima telepon itu?

Cara menatap ponsel Alvaro dengan ragu. Sepertinya memang ada hal penting yang ingin disampaikan oleh si penelepon, tapi di lain sisi dia tdiak ingin lancang menerima telepon orang lain.

Akhirnya Cara menerima telepon itu agar Nenek Sihir itu berhenti menelepon. Persetan bila ada orang yang menganggapnya tidak sopan. Cara benar-benar tidak peduli.

"Halo."

"Kamu di mana, Alvaro? Jangan bilang kamu ke kelab malam lagi?"

Cara refleks menjauhkan ponsel Alvaro dari telinganya karena suara di seberang terdengar cukup keras.

"Em, maaf ...."

Mama mengerutkan dahi karena mendengar suara perempuan yang mengangkat telepon Alvaro. "Siapa kamu? Di mana anak saya?"

"Maaf kalau saya lancang, tapi anak Anda sedang tidak sadarkan diri karena terlalu mabuk."

Mama menghela napas panjang lalu memijit pelipis yang terasa penat. Sebagai seseorang yang sudah melahirkan Alvaro, dia tahu kebiasaan buruk sang anak yang suka pergi ke kelab malam jika ada masalah.

"Bisa tolong antar anak saya pulang?"

"Tapi, saya ...."

"Saya akan memberi imbalan yang setimpal."

Kedua mata Cara berbinar. Isi kepalanya sontak dipenuhi uang, uang, dan uang. Tanpa berpikir lama gadis itu segera meng-iyakan perintah Mama.

***

Cara mendudukkan Alvaro ke kursi penumpang dengan susah payah karena tubuhnya jauh lebih kecil dibanding lelaki itu. Setelah itu dia segera mengendarai mobil Alvaro menuju alamat yang disebut oleh Mama. Cara memang sering menjadi sopir dadakan bagi pengunjung Paradise Club yang mabuk. Dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan penghasilan tambahan asalkan pekerjaan itu halal.

Satu jam kemudian Cara tiba di rumah Mama. Rumah Mama begitu megah dengan gaya arsitektur khas negara Italia. Seluruh dinding rumahnya didominasi cat berwarna merah dengan sentuhan sedikit emas. Lantainya terbuat dari marmer yang terlihat berkilau saat terkena cahaya lampu. Lukisan-lukisan di dinding koleksi Mama membuat rumah itu terlihat klasik dan elegan. Benar-benar mewah.

Mama terus mondar-mandir di depan pintu sejak satu jam yang lalu menunggu Alvaro datang. Wanita itu sontak berhenti bergerak ketika melihat sebuah Range Rover memasuki halaman.

"Pak, tolong bawa Alvaro ke kamar," perintah Mama pada tukang kebun dan sopir di rumahnya.

Mereka mengangguk patuh, lalu segera memindahkan Alvaro ke kamar. Mama sontak menutup hidung erat-erat karena aroma alkohol menguar jelas dari tubuh Alvaro.

"Astaga, anak ini! Berapa banyak botol yang dia habiskan?" Mama geleng-geleng kepala.  Wanita itu tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Alvaro kalau nekat menyetir dalam keadaan mabuk. Bisa-bisa dia akan kehilangan anak untuk selamanya.

"Maaf, Nyonya ...."

Mama sontak menatap Cara yang berdiri tidak jauh darinya. Karena sibuk mengomeli Alvaro dia sampai lupa mengucapkan terima kasih pada gadis itu.

"Saya ingin mengembalikan ini." Cara memberikan ponsel dan kunci mobil Alvaro ke Mama.

Mama pun menerimanya dan mengucapkan terima kasih. "Untung ada kamu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Alvaro kalau kamu tidak ada."

Cara hanya tersenyum menanggapinya. Gadis itu tanpa sadar menggigit bibir bagian bawah dan memilin kesepuluh jemari tangannya. Cara ingin meminta imbalan pada Mama, tapi sungkan.

"Ah, iya. Ini imbalan buat kamu. Makasih sudah mengantar anak saya pulang." Mama memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan ke Cara.

Cara tercengang. "Ini terlalu banyak, Nyonya."

"Tidak apa-apa. Ambillah, itu rezeki buat kamu."

Perasaan hangat sontak menjalari hati Cara. Ternyata di dunia ini masih ada orang baik dan peduli seperti Mama. Dia benar-benar tersentuh. Dengan uang itu, dia bisa melunasi kotrakan bulan depan. "Terima kasih banyak, Nyonya. Saya pamit pulang dulu," ucapnya sebelum pergi.

Mama mengangguk lalu kembali masuk ke rumah selepas kepergian Cara. Amarah terukir jelas di wajahnya yang sudah tidak lagi muda. Mama akan memberi Alvaro pelajaran agar berhenti mabuk-mabukan.

"Dasar anak nakal!"

***

[ Bersambung ]

Makasih sudah baca, jangan lupa sub, komen, dan review. Terima kasih 😘

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ekawati Hani
Calon mantu itu mah...
goodnovel comment avatar
Lisna Fitriani
seru t Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kedua CEO   7. Menuruti Mama atau Angela?

    Byur! Alvaro sontak bangun karena Mama menyiram wajahnya dengan air satu ember. "Bangun, Alvaro!" geram Mama dengan mata melotot. Alvaro mengusap wajahnya yang basah sebelum mendudukkan diri di atas tempat tidur. "Sshh ...." Dia meringis karena kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit. Perutnya pun terasa pengar. Sepertinya efek mabuk semalam baru terasa sekarang. Ah, rasanya benar-benar tidak nyaman. "Kenapa kamu bisa mabuk seperti itu, Alvaro? Kalau ada masalah itu diselesaikan, bukan lari ke minuman. Kamu itu bukan anak-anak lagi. Cobalah bersikap selayaknya orang dewasa, Al." Alvaro meringis. Kepalanya semakin terasa pening karena mendengar omelan Mama. "Berisik!" Mama sontak melotot. "Apa kamu bilang?" "Alvaro nggak bilang apa-apa," jawab Alvaro sambil beranjak ke kamar mandi. Dia ingin membersihkan diri agar tubuhnya tera

  • Istri Kedua CEO   8. Demi Ibu

    Cara terus menunduk sambil meremas kesepuluh jemari tangannya. Air mata turun semakin deras membasahi pipinya. Dalam hati dia tidak pernah berhenti berdoa untuk keselamatan sang ibu. Semakin hari penyakit kanker darah yang diderita ibunya semakin parah. Padahal Ibu sudah menjalani kemoterapi selama enam bulan terakhir. Namun, penyakit itu semakin menang melawan tubuh ibunya. Telapak tangan Cara semakin dingin dan basah. Jantung pun berdetak tidak nyaman. Gadis itu merasa takut, bingung, dan cemas. Cara takut Ibu tidak selamat karena hanya wanita itu yang dia miliki di dunia ini. "Tuhan, aku mohon selamatkan Ibu ...." gumamnya dengan suara gemetar. Dia benar-benar takut kehilangan sang ibu untuk selamanya. "Caramell." Cara sontak menghampiri lelaki berjas putih yang baru saja keluar dari ruang Unit Gawat Darurat. Dia, Aditya Kafka. Dokter muda yang telah merawat ibunya selama ini.

  • Istri Kedua CEO   9. Menjadi Istri Kedua

    Cara tanpa sadar meremas secarik kertas yang berada di genggaman. Kertas berwarna kuning tersebut berisi nomor telepon wanita yang memberi tawaran Elish untuk melahirkan anaknya. Namun, Elish malah memberikan tawaran tersebut pada dirinya karena sahabatnya itu tahu jika dia sekarang lebih membutuhkan uang.Cara meremas kertas tersebut semakin erat hingga meninggalkan kerutan di sana. Terlalu banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Gadis itu mendadak sangat bimbang sekarang.Apakah yang dia lakukan ini benar?Bagaimana jika sang ibu tahu dia akan melahirkan anak untuk orang lain.Cara yakin sekali Ibu pasti akan sangat kecewa jika tahu. Namun, dia tidak punya cara lain lagi untuk mendapatkan uang dalam waktu dekat."Tuhan, aku tidak tahu harus bagaimana lagi? Semoga ini

  • Istri Kedua CEO   10. Gadis Polos dan Pria Arogan

    "Mmhh..." Tubuh Angela meremang hebat. Wajahnya semakin memerah ketika suara ciuman mereka tertangkap oleh indera pendengarannya. Wanita itu ingin segera dipuaskan oleh lelaki yang kini sedang menindih tubuhnya.Suara lenguhan Angela yang tertelan dalam ciuman membuat suasana semakin terasa panas. Bahkan Alvaro tidak bisa lagi menahan tangannya untuk memberikan sentuhan lembut pada paha mulus Angela yang tidak tertutupi gaun."Erngh ...." Alvaro melepas pagutan bibirnya saat mendegar erangan keluar dari bibir Angela. Memberi kesempatan pada wanita itu untuk mengambil napas.Angela segera menarik napas sebanyak mungkin karena Alvaro tidak memberinya kesempatan untuk bernapas sama sekali. "Seharusnya malam ini kamu tidur di kamar Caramell, Al," ucapnya dengan napas terengah.Wajah Alvaro

  • Istri Kedua CEO   11. Takut Bercinta

    Tidak terasa sudah hampir satu bulan Cara tinggal di rumah Alvaro. Setiap hari gadis itu harus mengurus rumah, selain itu mengurus Alvaro karena Angela tidak becus mengurus suami. Yang bisa dilakukan wanita itu hanya bermalas-malasan dan menghabiskan uang Alvaro. Cara selalu bangun sebelum matahari terbit, setelah itu memasak, kemudian mencuci baju dan membereskan rumah. Benar-benar melelahkan karena dia mengerjakannya seorang diri. Alvaro pun tidak berubah. Lelaki itu masih suka marah dan bersikap kasar pada dirinya. Sejak awal dia memang tidak menyukai ide gila Angela untuk menikahi Cara demi memberi Mama cucu. Alvaro bisa langsung marah jika Cara berbuat salah, sekecil apa pun itu. Cara dulu selalu diam saat Alvaro menghina dan merendahkan dirinya. Dia menelan semua ucapan Alvaro yang terasa pahit seperti obat. Namun, dia sekarang mulai b

  • Istri Kedua CEO   12. Malam Pertama (21+)

    Cara kembali masuk ke kamarnya dan membanting pintu lumayan keras untuk melampiaskan kekesalan. Ucapan Alvaro tadi benar-benar melukai hatinya. Jika Alvaro menganggapnya perempuan murahan, maka dia akan bertingkah seperti jalang.Cara membuka lemarinya dengan kasar. Di dalam tergantung lingeri dengan berbagi model yang dia dapatkan dari Angela. Dia mengambil satu buah lingeri secara asal lalu memakainya. Cara sebenarnya jijik memakai pakaian kurang bahan tersebut. Namun, dia harus memakainya untuk menggoda Alvaro."Akan aku buktikan pada Tuan Alvaro kalau aku bukan jalang!"***Alvaro menghela napas panjang. Sepertinya Angela benar-benar sudah gila, pikirnya. Bagaimana mungkin wanita itu menyuruhnya untuk segera menghamili Cara? Apa Angela tidak tahu kalau dia tidak ingin melak

  • Istri Kedua CEO   13. Lelaki Paling Berengsek!

    Alvaro merasa menjadi lelaki paling berengsek yang pernah Tuhan ciptakan setelah penyatuan mereka semalam. Selama ini dia selalu menganggap Cara jalang. Namun, gadis itu ternyata berhasil membuktikan jika dirinya bukanlah jalang seperti yang dia pikirkan. Cara ternyata masih perawan meskipun pernah bekerja di kelab malam.Jujur, Alvaro merasa sangat beruntung dan bahagia menjadi lelaki pertama bagi Cara. Dia juga begitu menikmatinya semalam. Dia bahkan menginginkan gadis itu lagi.Cara mengerjabkan mata perlahan saat cahaya matahari jatuh mengenai wajah cantiknya. Gadis itu merasa ada sesuatu yang berat sedang menindih perutnya. Cara pun berusaha membuka mata walaupun masih terasa berat. Kedua alis gadis itu menyatu saat melihat dada bidang seorang pria.Kedua mata Cara sontak membelalak lebar. "Aa ... hhft ...."Alvaro segera membekap mulut Cara sebelum gadis itu berteriak. "Kau

  • Istri Kedua CEO   14. Es Itu Perlahan Mencair

    Cara menatap pantulan dirinya di depan cermin. Banyak bekas kemerah-merahan di leher juga dadanya, hasil perbuatan Alvaro semalam. Wajah Cara tiba-tiba dijalari rasa panas, meninggalkan semburat merah di kedua pipinya. Semalam adalah pengalaman pertama bagi Cara, menyerahkan kesuciannya. Gadis itu benar-benar tidak menyangka bercinta rasanya sangat nikmat. Dia bahkan terus menyebut nama Alvaro saat lelaki itu bergerak di dalamnya. "Aduh, kenapa aku jadi mesum gini, sih?" Cara tanpa sadar memukul kepalanya sendiri. Entah kenapa kejadian semalam begitu membekas di ingatannya. Lebih baik dia segera memakai baju dan menyiapkan sarapan untuk Alvaro. Cara mengobrak-abrik isi lemari pakaiannya. Gadis itu ingin mencari baju model turtle neck untuk menutupi lehernya yang terdapat kiss mark Alvaro. Namun, Cara lupa jika dia tidak mempunyai pakaian model tersebut. Semua pakaiannya hanya kaus berukuran longgar, itu pun warnanya sud

Bab terbaru

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Garis Biru

    Cara sedang berada di sebuah toko khusus perlengkapan bayi bersama Alvaro. Mereka ingin membeli kado untuk ulang tahun putri Jafier dan Adisty yang pertama.Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa putri Jafier dan Adisty sudah berulang tahun yang pertama. Padahal rasanya seperti baru kemarin dia meminta Alvaro untuk menikahi Adisty demi memenuhi amanah terakhir Sadewa. Namun, kenyataannya Adisty malah menikah dengan Jafier. Mereka bahkan sudah memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Allecia Disa Mahendra."Alva, bagaimana kalau kita beli ini untuk Disa?" Cara menunjukkan beberapa buah biku cerita yang ada ditangannya pada Alvaro."Bagus, buku ini pasti berguna untuk Disa."Cara pun mengambil beberapa buku cerita untuk Disa lantas meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu mereka berkeliling untuk melihat barang-barang yang lain. Sebuah sepatu khusus bayi berusia satu tahun berhasil menarik perhatian Cara. Sepatu berwarna merah itu pasti coc

  • Istri Kedua CEO   (S2) Mendambakan Buah Hati

    Dua tahun kemudian ....Alvaro mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis mucul bibirnya melihat Cara yang tertidur lelap di sampingnya.Alvaro pun mengecup bibir Cara sekilas lalu mendekap tubuh gadis itu semakin erat. Dia merasa sangat bahagia karena wajah Cara yang dia lihat pertama kali saat membuka mata."Sekarang jam berapa, Alva?" tanya Cara dengan mata terpejam.Alvaro pun melirik jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam tujuh, tapi dia mengatakan masih jam lima pada Cara."Tolong bangunin aku lima menit lagi." Cara menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvaro mencari posisi tidur yang paling nyaman dan kembali terlelap.Alvaro pun membiarkan Cara kembali tidur, bahkan lebih dari lima menit. Cara sepertin

  • Istri Kedua CEO   (S2) Honey Moon

    Sambil terus berciuman Alvaro langsung membaringkan Cara di atas tempat tidur dan langsung menindih gadis itu."Erngh ...." Cara hanya biasa mengerang di bawah tubuh Alvaro. Kecupan dan hisapan lembut lelaki itu selalu membuatnya kualahan."Alva ...." Napas Cara terengah. Gadis itu langsung menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya karena Alvaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas."Kamu mau membunuhku?"Kening Alvaro berkerut dalam mendengar pertanyaan Cara barusan. Sedetik kemudian dia tersenyum ketika menyadar Cara sedang sibuk mengatur napas."Aku tidak bisa menahannya lagi, Sayang. Maaf ...." Alvaro menarik Cara agar duduk menghadapnya lantas menurunkan resleting gaun gadis itu dengan perlahan.Sepasang buah dada Cara yang terbungkus strapless bra berwarna merah terpampang jelas di kedua matanya. Terlihat sang

  • Istri Kedua CEO   (S2) Kamulah Takdirku

    Hari bahagia itu akhirnya tiba. Cara terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin model Long Slevee A-Line yang mengembang di bagian bawah berwarna putih. Gaun tersebut membuat penampilan Cara terlihat lebih feminim lewat detail renda bermotif bunga yang panjangnya menyapu lantai. Sebuah mahkota perak berhias batu berlian yang ada di atas kepalanya membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Jantung Cara berdetak cepat, telapak tangannya pun terasa dingin dan basah. Cara tanpa sadar meremas gaun pengantinnya dengan kuat karena mobil yang ditumpanginya sebentar lagi tiba di Gereja yang akan dia gunakan untuk pemberkatan bersama Alvaro."Gaunmu nanti bisa kusut kalau kamu remas seperti itu, Caramell!" Daniel berdecak kesal karena Cara sejak tadi terus meremas gaun pengantinnya hingga berkerut.Daniel sebenarnya malas sekali menghadiri pemberkatan pernikahan Alvaro dan Cara. Namun, dia terpaksa datang ke acara ters

  • Istri Kedua CEO   (S2) Move On

    Tatapan teduh Jafier seolah-olah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja."Jangan menangis." Tubuh Adisty membeku di tempat karena Jafier tiba-tiba mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan lembut.Senyum hangat dan genggaman erat lelaki itu mampu mengubah perasaannya menjadi tenang dalam sekejab. Dalam seperkian detik Jafier telah berhasil menarik Adisty tenggelam dalam pesonanya.Namun, sedetik kemudian Adisty cepat-cepat tersadar kalau Jafier melakukan semua ini murni karena tanggung jawabnya sebagai suami, bukan karena alasan yang lain sebab lalaki itu tidak memiliki perasaan pada dirinya."Astaga, kalian manis sekali." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Cara karena melihat Jafier yang begitu perhatian pada Adisty.Adisty tergagap lantas cepat-cepat menarik tangannya dari genggaman Jafier karena malu. Suasana pun mendadak canggung selama beberapa saat. Semua kalima

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Undangan

    Mama menatap beberapa contoh undangan pernikahan yang ditunjukkan oleh pemilik percetakan yang datang ke rumah karena dia malas pergi keluar. Lagi pula kondisi kakinya masih belum pulih sepenuhnya.Ada sekitar dua puluh contoh undangan yang orang tersebut tunjukkan. Namun, hanya dua undangan yang berhasil menarik perhatian Mama."Bagaimana menurutmu undangan ini?" Mama menunjukkan undangan yang kertasnya terdapat bibit tanaman. Jika kertas undangan tersebut dibasahi lalu ditanam, lama-kelamaan akan tumbuh bunga yang sangat indaj. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga mereka berjalan harmonis."Unik, kan?""Iya, Ma.""Yang ini juga bagus. Gimana menurut kamu?" Mama menunjukkan udangan pilihannya yang kedua pada Cara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti, pita atau bros yang bisa digunakan oleh tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Alvaro.Kening Cara berkerut d

  • Istri Kedua CEO   (S2) Uang 25 Juta

    "Mama akhirnya merestui hubungan kita. Aku bahagia sekali." Alvaro menangkup kedua pipi Cara pantas mencium bibir tipis berwarna merah alami milik gadis itu berkali-kali untuk meluapkan kebahagiaannya."Aku tahu kamu sedang bahagia, tapi jangan menciumku terus." Cara berusaha menahan Alvaro yang ingin mencium bibirnya lagi."Aku sangat-sangat bahagia." Alvaro kembali menangkup kedua pipi Cara lantas mengecup mata, hidung, pipi, dan terakhir kening gadis itu dengan penuh perasaan bahagia."Alva, ih ...." Cara mendorong Alvaro agar menjauh karena dia merasa risih.Alvaro malah terkekeh lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Cara. Dia memeluk gadis itu begitu erat seolah-olah takut kehilangan."Sayang, kamu tahu tidak?""Tahu apa?" tanya Cara tidak mengerti."Aku bahagia sekali." Alvaro tersenyum sangat lebar. Apa lagi jika me

  • Istri Kedua CEO   (S2) Mendapat Restu

    Cara meminta Mello untuk duduk di depan kaca, lantas mengambil sebuah sisir untuk menata rambut gadis kecilnya itu sebelum berangkat ke sekolah. Dia mengikat rambut hitam Mello model ekor kuda sebelum dikepang."Bunda, kenapa orang dewasa suka saling menempelkan bibir?"Cara tersentak mendengar pertanyaan Mello barusan hingga refleks berhenti mengepang rambut anak itu."Ke-kenapa Mello tanya begitu?" Cara malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Mello."Mello tadi liat Bunda dan Ayah saling menempelkan bibir di kamar. Waktu di pesawat juga," ujar anak itu terdengar polos.Mulut Cara sontak menganga lebar. Dia benar-benar tidak menyangka Mello memperhatikannya dan Alvaro saat berciuman. Dia pikir Mello tidak peduli dan menganggapnya hanya sekadar angin lalu."Kenapa, Bunda?" tanya Mello pesaran."Em, itu karena ...." Cara tanpa sadar membasahi bib

  • Istri Kedua CEO   (S2) Pagi yang Panas

    "Jangan bilang seperti itu lagi. Mengerti?" tanya Alvaro setelah melepas pagutan bibir mereka."Aku benar-benar takut, Alva ...." Kristal bening itu kembali jatuh membasahi pipi Cara.Dia ingin menikah dengan Alvaro dan membesarkan Mello bersama-sama sampai maut memisahkan. Namun, Mama tidak merestui hubungan mereka.Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia memutuskan hubungannya dengan Alvaro?"Sshh, tenanglah. Mama pasti akan merestui hubungan kita.""Sungguh?" Cara menatap kedua mata Alvaro dengan lekat, berusaha mencari kesungguhan di sana."Ya, aku yakin sekali. Sekarang kita tidur lagi, ya?"Alvaro mengecup kening Cara dengan penuh sayang lalu meminta gadis itu untuk berbaring di sampingnya dan menggunakan lengan kirinya sebagai bantal. Sementara tangannya yang lain memeluk pinggang gadis itu dengan erat.Cara membenamkan wajahnya di

DMCA.com Protection Status