"Baiklah!" Alvin yang tadinya sangat angkuh, langsung meninggalkan bangsal tanpa mengganti bajunya dan meminta orang untuk mengambil barangnya.Dia tidak berani mengganggu Nona besar keluarga Alfandy.Di sisi lain, Dimas Anggara membawa ibunya ke resepsionis untuk memeriksa keadaan bangsal, tiba-tiba seorang perawat menghubunginya melalui. "Tuan Dimas, di departemen penyakit dalam sudah ada bangsal yang kosong, kami telah mengaturnya untukmu!"Saat Mendengar itu, Dimas Anggara merasa sangat bingung, tapi langsung berterima kasih dah membawa ibunya kembali. Setelah perawat membawa mereka ke bangsal, mereka terkejut saat tahu bahwa itu adalah ruangan yang sama tadi, dan pria yang sombong itu telah menghilang."Apa yang terjadi? Siapa yang membantuku?" tanya Dimas Anggara dengan penasaran.Jika bukan karena bantuan seseorang, hal seperti ini pasti tidak akan terjadi, karena tadi Alvin berkata dia tidak mau memberikannya, namun dalam sekejap mata dia memberikannya.Perawat menggelengkan k
Di malam hari, mendekati jam sepuluh.Naya sedang duduk di sofa di aula, minum susu, mengenakan masker wajah, dan dengan santai melihat status WhatsApp. Setiap malam sebelum tidur, dia pasti meluangkan waktu untuk melakukan ini, bukan untuk bersantai dan hiburan, tapi untuk melihat beberapa berita, mungkin ada informasi bisnis atau sejenisnya. Namun, dia tidak sengaja melihat status Herlina.Keduanya adalah putri kesayangan dari keluarga bisnis, teman bisnis, dan juga pesaing. Malam ini, Herlina benar-benar makan malam dengan seorang pria, dari uraiannya, sepertinya pria itu mentraktirnya makan bersama, dia sengaja pamer.Naya tersenyum. “Sepertinya bukan diam-diam menikah, ternyata Nona Herlina yang melajang lama akhirnya punya pacar juga?”Cit! Cit!Saat ini, pintu rumah terbuka dan Dimas Anggara pulang.Naya meliriknya, awalnya tidak berniat untuk memperhatikannya, tapi tiba-tiba menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh, jadi dia dengan cepat melihatnya lagi. Setelah itu, dia benar-be
"Haha, seorang sampah, ingin bergabung dengan Semesta Abadi? Mimpi!”Ternyata itu adalah adik Citra, Riza.Meskipun terlihat seperti bajingan, tapi bagaimanapun juga, dia lulusan sarjana, jadi ia ingin mencoba peruntungannya di Semesta Abadi. Jika dia diterima, dia dan kakaknya bisa bekerja sama dengan baik. Kata-kata dari Riza menarik beberapa pria dan wanita muda di dekatnya."Hehe, lulusan SMA masih mau ikut melamar juga?""Jangan menertawakan orang lain, dia itu tentara!""Lamar saja bagian satpam! Jangan buang waktu semua orang di sini!"Setelah mendengar ejekannya ini, Dimas Anggara tetap tenang, tapi ada kegemparan di hatinya. Sebenarnya, bukan karena dia tidak belajar dengan baik saat itu. Tapi dia lebih memilih mengabdi sebagai tentara untuk menjaga perbatasan, membela keluarga dan membela negara selalu dilakukan oleh pria-pria dari keluarga Anggara. Ayahnya juga mengorbankan hidupnya untuk negara dan mati muda.Saat itu, jika dia tidak melakukan kesalahan di perbatasan utara
"Dimas, jujur, apa kamu pernah selingkuh?""Hah?” Dimas Anggara menatap Maria yang mengangkat tangannya dan bertanya pada dirinya sendiri, sudah mulutnya pun bergetar. ‘K-kenapa wanita ini seperti mau mengadili?!’Setelah beberapa saat, dia bertanya. "Ini pertanyaan wawancara?""Ya, benar!" Maria menjadi pewawancara yang tidak berkualitas, bahkan mencoba mengancamnya. "Jika jujur, kamu bisa lulus wawancara, tapi jika bohong, aku akan langsung memotongmu!" Maria juga bertindak seperti sedang memotong sayuran."Tidak!" jawab Dimas Anggara dengan tegas.Maria terkejut, dengan hati-hati menatap ekspresi pria itu. Dilihat dari kecerdasannya, serta pengetahuan yang dia pelajari, wajah pria ini tidak memerah, jantungnya berdetak kencang, tidak menutupi gerakannya, tatapan matanya terlihat tenang, sepertinya tidak berbohong sama sekali!‘Mungkinkah dia dan Herlina belum tidur bersama? Kalau dipikir-pikir, Herlina adalah putri orang kaya, mana mungkin begitu mudah menyerahkan tubuhnya?’ gumam
Maria membungkuk dengan penuh semangat dan berkata, "Hehe, Kak, tebak siapa yang aku wawancarai hari ini?""Aku malas menebaknya, jika ada urusan, katakan saja padaku!" Naya terus bekerja keras.Untungnya, Maria sudah menebak bahwa dia akan seperti ini, dia pun sudah terbiasa dan masih bersemangat. "Hari ini kakak ipar yang aku wawancarai!""Apa?” Naya segera mengangkat kepalanya.Jika dulu, Maria tidak percaya bahwa kakaknya benar-benar peduli pada seseorang? Orang yang dia pedulikan itu seorang pria!‘Astaga, dunia sudah mendekati kiamat!’ Dengan sikap kakaknya saat ini, dia merasa bisa kalah taruhan dengan Priska."Bukankah kamu cari pekerja sampingan untuk menjalankan proyek? Bagaimana bisa ada wawancara?" tanya Naya dengan penasaran."Hehe, mungkin kakak ipar butuh uang?" Maria menatap perubahan ekspresi kakaknya, dan tiba-tiba berkata. "Aku bertanya padanya, dia pergi makan malam dengan Herlina bukan untuk kencan, tapi karena rasa terima kasihnya sudah membantu ibunya kembali ke
Beberapa saat kemudian, dia berjalan keluar dari ruang rapat sambil memegangi ginjalnya yang sakit.Begitu melihat Maria, dia segera menyapanya dengan wajah tersenyum. "Halo Nona Maria!"Jika Maria tahu dia sakit dan memecatnya, semua masalah ini benar-benar akan merepotkan. Jadi tidak peduli betapa sakitnya dia, dia harus berpura-pura sehat."Bibi, kamu baik-baik saja?" Maria memandang ibu dari kakak iparnya yang sedikit meringis kesakitan dan berkata dengan prihatin. "Jika Bibi sakit, Bibi bisa minta cuti.""Ah …. T-tidak! Aku baik-baik saja, aku punya banyak tenaga!" Dewi dengan cepat melambaikan tangannya dan terpaksa untuk tersenyum.Begitu meluruskan pinggangnya, dia merasakan sakit yang menusuk, dan wajahnya menjadi pucat."Bibi, hari ini pulang saja, besok libur sehari. Aku akan meminta pengurus untuk tidak memotong gajimu, seperti ini saja, ya?!" ucap Maria tersenyum. “Kesehatan lebih penting dari segalanya, Bi!”Maria hanya bisa membantunya seperti ini saja, tidak mungkin m
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i