‘A-apa?!’ Akan tetapi, begitu Dimas Anggara mengatakan ini, tanpa menunggu Andri melakukan tugasnya, Bima mengangkat tangannya dengan bijak dan melangkah mundur, memilih untuk meninggalkan tempat tersebut. Betapapun sombongnya dia, dia tidak berani menghadapi anggota keluarga Alfandy di tempat keluarga Alfandy. Setelah adegan ini, penonton seolah jatuh ke dalam gua es, seakan-akan semua orang berada dalam bahaya! Mereka berada di tim yang salah sekarang, mereka semua harus pergi jika Dimas Anggara mempermasalahkan masalah ini satu per satu. Tapi Dimas Anggara bukan orang seperti itu, apalagi bodoh, jadi dia tidak akan memanfaatkan reputasi dan status Maria untuk menyinggung begitu banyak orang. Setelah berurusan dengan adegan itu, Maria tersenyum pada Herlina dan Karin. "Maaf, kak, aku ingin meminjam pria ini sebentar, kalian tidak keberatan, 'kan?" Tentu saja Karin tidak berani merasa keberatan, bagaimanapun juga ini adalah wilayahnya dan dialah yang membantu mereka menyelesaika
"Aku tahu siapa kamu, nona ketiga dari keluarga Alfandy, aku hanya ingin tahu apa hubunganmu dengan istriku?" Dimas Anggara bertanya dengan rasa ingin tahu. "Bodoh, aku tidak akan memberitahumu! Coba tebak sendiri!" Maria menjulurkan lidah kecilnya, berbalik dan pergi dengan dingin. Untungnya, dia dan kakaknya adalah tipe wanita yang sangat berbeda, pria ini tidak dapat mengenali mereka sebagai kakak adik. Dimas Anggara benar-benar mengerutkan keningnya, nama belakang mereka sama-sama adalah Alfandy, mungkinkah istrinya benar-benar ada hubungannya dengan keluarga Alfandy yang kaya? Setelah mengobrol dengan Dimas Anggara, Maria dengan sengaja kembali ke ruang perjamuan di lantai atas dan menghampiri kakaknya. Naya kebetulan sedang menjamu bos besar, pihak lain pergi dengan senyum di wajahnya setelah menerima janji kerja sama bisnis dari nona besar keluarga Alfandy. Lagi pula, di kota Jakarta, bisa bekerja sama dengan keluarga Alfandy sama saja dengan mendapatkan kode kekayaan. "Ka
"Kenapa? Nona Naya, apakah kamu ingin memeriksa keseharianku mulai sekarang?" Dimas Anggara membuat lelucon dengan santai. Naya tidak pernah bertanya ke mana dia pergi sebelumnya. Naya mengepalkan tangannya tanpa sadar, tetapi melepaskannya di saat berikutnya dan berkata sambil tersenyum dingin. "Siapa yang memiliki waktu untuk memeriksa keseharianmu? Aku hanya ingin memberitahumu bahwa meskipun kamu berkencan dengan wanita lain di masa depan, kamu tidak boleh pulang setelah pukul 11, kalau tidak jangan kembali! Apakah kamu mengerti?!" Dimas Anggara mengangguk entah kenapa, merasa bahwa wanita ini memiliki maksud yang lain dalam ucapannya? Tapi dia tidak berkencan dengan wanita manapun malam ini! Naya melihat bahwa dia membuat alasan untuk tidak menjawab dan sepertinya terdapat amarah di tenggorokannya, sepertinya pria ini benar-benar merasa bersalah? Benar saja, pria bukanlah hal yang baik, mereka adalah hewan primitif yang tidak dapat mengontrol tubuh bagian bawahnya! Hanya saja
"Tentu saja aku tidak mau!" kata Dimas Anggara dengan tulus, "Aku saja sudah merasakan tekanan saat bergaul denganmu sekarang!""Oh? Ada tekanan?" Naya penasaran dan ingin mengetahui bagaimana perasaan pria ini saat bergaul dengannya."Hmm, saat pria berpenghasilan lebih rendah dari wanita, pasti ada tekanan!" Dimas Anggara berkata terus terang. "Jika kamu adalah putri orang terkaya, aku mungkin akan lebih berhati-hati saat bergaul denganmu di masa depan! Untungnya, jarak di antara kita tidak terlalu besar, aku mungkin masih bisa menyusulmu jika aku bekerja keras!"“Pft.” Naya tidak bisa menahan tawanya.Pria dengan gaji tahunan 160 juta ini mengatakan dia ingin menyusulnya?!"Kenapa kamu tertawa?" Dimas Anggara merasa tawanya terdengar memalukan baginya."Oh, bukannya aku meremehkanmu, kamu harus bersemangat!" Naya berkata dengan santai, berbalik dan meninggalkan ruang tamu.Waktu sudah mendekati pukul 11, dia harus mandi dan istirahat sebelum itu, tidak ada yang boleh mengganggu jad
"Kamu mandi dulu, aku akan menaruhnya di atas meja di kamarmu, terserah kamu ingin menggunakannya atau tidak!" Dimas Anggara tidak memaksanya lagi, karena wanita ini memiliki mobilnya sendiri, tidak seperti dia.Naya mendengus dingin dan memasuki kamar mandi."Kamu lupa mengunci pintu!" Dimas Anggara menghela napas dan mengingatkan.Meskipun dia tahu bahwa Naya tidak mengunci pintu di kamar mandi, dia juga tidak akan mengambil inisiatif untuk membukanya. Akan tetapi, dia takut jika suatu hari seorang teman datang dan membuka pintu tanpa mengetahui ada orang di dalamnya, betapa memalukannya hal itu!"Aku tahu, kamu adalah seorang pria, tapi kenapa kamu begitu bertele-tele?" Naya memaki dengan dingin.Hanya saja setelah memarahi pria ini, dia merasa hatinya tidak bisa tenang untuk waktu yang lama. Dia harus mengakui bahwa kehidupan setelah menikah benar-benar berbeda dari sebelumnya, butuh waktu untuk membiasakan diri dengan gangguan tiba-tiba dari orang luar lain ke dunianya.Hari beri
"Tidak sampai setahun pria itu pasti akan ditendang oleh kakakku atau dia yang akan pergi sendiri karena tidak tahan! Masih ada tiga bulan sebelum perayaan Imlek, jika dia bisa bertahan sampai hari itu dan pulang ke keluarga Alfandy untuk merayakan hari paskal, maka aku kalah!" Dia berkata dengan penuh keyakinan.Bagaimana mungkin ada pria yang dapat menaklukkan wanita yang tidak suka dengan pria seperti kakak dalam tiga bulan? Terlebih lagi dia tahu jelas, kakaknya menikah hanya untuk sebuah perlawanan, pernikahannya tidak akan berhasil, apalagi sampai memiliki anak. Nantinya setelah kakek sudah kehilangan kesabaran, dia akan mendorong kakak kedua untuk menikah dan kakak tertua akan bebas.Priska justru tertawa. “Apa yang bisa dipertaruhkan dengan kakakmu itu? Dia hanya seorang wanita karier!”“A-apa?!” Maria masih tetap bersemangat dan melanjutkan. "Kalau aku menang, aku tidak akan menikah seumur hidup ini, jika aku kalah, aku akan menikah dan melahirkan anak laki-laki untuk Keluar
“Sial!”Saat ini Dimas Anggara duduk di rumah, dia hanya bisa menghela napas saat mendengar suara panggilan terputus. Hari ini dia ingin menemani ibunya pergi ke rumah sakit untuk berobat, setidaknya membutuhkan uang cukup banyak, sayangnya semua uangnya dia pinjamkan pada Riswan, sekarang dia benar-benar tidak ada uang lagi.Ding!Detik berikutnya, ponselnya menerima pemberitahuan transfer masuk senilai 50 juta.Naya juga meninggalkan pesan, [Tuan Dimas, jika uangmu tidak cukup minta saja, tolong jangan mencintai harga dirimu sendiri padaku!]Sebenarnya Naya bersedia memberikan semua ini padanya, Dimas Anggara tidak hanya membutuhkan uang untuk merawat keluarganya. Namun dia telah membantu membereskan proyek gudang strategis, jadi memberinya ratusan juta juga tidak berlebihan.Dimas Anggara justru merasa harga dirinya terluka, dja menggertakan giginya dan membalas. "Terima kasih, Nona Naya, aku pasti akan mengembalikan uang ini!"Melihat pesan balasannya, Naya merasa tidak nyaman. Pa
Dimas Anggara menghela napas, bukannya dia tidak ingin memberikannya, namun dia benar-benar tidak memiliki uang, kalau dia memberikan barang yang terlalu murah, dia takut dihina oleh wanita dingin itu. Dewi masih ingin mengatakan sesuatu, namun karena emosi sesaat dia memegang ginjalnya lagi dan kesakitan sampai berkeringat."Sopir, cepat! Tolong cepat sedikit!" Dimas Anggara berusaha mendesak, di saat yang bersamaan dia menghilangkan rasa sakit ibunya dengan menekan beberapa titik akupunturnya. 10 menit kemudian, akhirnya mereka sampai ke rumah sakit, Dimas Anggara langsung menggendong ibunya, berlari menuju ke bagian rawat inap penyakit dalam.Adegan ini, mengundang perhatian banyak orang di depan pintu rumah sakit. Naya kebetulan melihat kursi belakang Bentley di depan pintu, kemudian bergumam. ‘Mungkinkah …. wanita yang digendongnya adalah ibu mertua?'‘Kenapa dia? Kelihatannya lebih parah dari dugaanku?’"Bu Naya, sudah sampai rumah sakit!" Priska buru-buru turun dari kursi penu
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i