"Zevin!" ucapnya lirih, "Bajingan Lumpuh itu, Keparat! Selidiki dia!" titah Demon geram.
Jika benar Zevin! Berarti Cesa... Deg! Demon segera menghubungi Cesa dengan ponselnya, namun beberapa kali tak ada jawaban dari wanita itu. Sial! Cesa dalam kendalinya Zevin! Demon semakin kalut dengan teka-teki ini, ditambah kini ruang geraknya yang terbatas. Semua orang sudah tau wajah tersangka, hingga Demon kemudian berhenti di tengah hujan yang terdapat jurang dalam itu. Tak mungkin dia bisa bertindak apapun sekarang, bahkan jika tau siapa pelakunya!kalah telak dari personil dan kuasa! Namun Demon juga tak akan membiarkan orang yang menghancurkan hidupnya hidup dengan tenang. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan hidupnya yaitu menginjak pedal gas dengan kencang menuju jurang di depannya. DSaat ditengah mereka saling melepas rindu, tiba-tiba Vista bertanya pada neneknya. "Kenapa Nenek tak pernah menjenguk kita? Padahal Daddy punya pesawat sendiri, jadi tidak seperti Mommy yang tidak berkunjung ke Indonesia karena tak punya uang!" ucapnya. Dares pun hanya diam menunggu jawaban neneknya, karena dia juga begitu ingin tau jawaban dari neneknya. Vivian tersenyum, "Bagaimana kalau tunggu mommy yang jelaskan? Jadi semua bisa dengar termasuk kalian!" "Nenek tidak sayang dengan kami?" tanya Dares. Sontak Vivian menatap Dares, laki-laki kecil yang mengingatkan dirinya pada Zevin kecil kala itu. Tiba-tiba bayangan Vivian kembali ke masa saat suaminya masih ada dan bersama- sama merawat Zevin kecil. Mata Vivian seketika mengembun! "Sangat!" ucap Vivian sambil meneteskan air matanya, "Nenek sangat menyayangi kalian, bahkan melebihi Daddy kalian!" lanjutnya. Melihat nenek mereka menangis, Vista dan Dares langsung memeluk tubuh Vivian. Menyalurkan perasaan lewat dekapan hang
"Mas Demos bunuh diri terjun ke jurang?" pekik Cesa terkejut. Cesa benar-benar tidak pernah membayangkan jika orang yang selalu bersamanya adalah monster. Yah, bukan lagi psikopat yang terobsesi dengannya, namun monster yang menakutkan untuk banyak orang. Cesa benar-benar sesak seperti baru saja keluar dari kawasan berbahaya, bagaimana tidak? Demos adalah sindikat perdagangan orang, yaitu wanita dan anak-anak, juga mafia narkotika. Beruntung Cesa dan anak-anaknya tidak menjadi korban. "Bisa tidak jangan panggil Mas! Dia tidak cocok untuk kamu panggil [Mas], Sa! Aku benci dengan panggilan itu!" keluh Zevin kesal. Pasalnya istrinya itu terus memanggil Demon dengan panggilan yang sangat intim. Cesa kemudian menatap Zevin dengan jantung naik turun sambil mengangguk, "Bagaimana aku bisa bersama orang seperti itu selama ini, Om!" lirihnya Zevin tampak melunak lagi sambil mengangguk, mencoba mengerti perasaan terkejut Cesa. Dan setelah itu Zevin mencoba menjelaskan semua yang terja
"Apa yang kamu katakan, Nak? Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu!" pekik Cesa.Cesa terkejut dengan ucapan Dares, bagaimana bisa putranya itu menyimpulkan hal yang tidak benar. Padahal, Cesa tak pernah menjelaskan atau berkata yang tidak-tidak tentang Daddy mereka. Begitu juga Zevin yang menatap putranya dengan pandangan nanar. Perasaannya selalu tak karuan saat menatap Dares yang selalu ketus padanya. Sedih! Hatinya sakit untuk penolakan putranya itu. Zevin sangat ingin mendekap putranya itu, namun terhalang oleh kesalahan masa lalu. Cesa kembali menatap tajam ke arah Dares karena tak mendapat jawaban dari anaknya, "Kenapa Dares bisa berfikir seperti itu? Mommy tidak marah, Ayo bicara!" Tapi Dares tau arti tatapan Mommy nya, dia memilih menunduk. Takut! Takut jika dia salah bicara dan menyakiti Mommy nya! Tapi disisi lain, dia ingin melindungi Mommynya dari orang jahat, termasuk jika yang jahat itu Daddynya sendiri. "Jawab, Nak!" kejar Cesa. Zevin kemudian memega
Deg! Tentu ucapan Dares menggores hati Zevin. Namun, Zevin hanya bisa menerimanya dengan ikhlas. Sebagai balasan atas apa yang sudah dia lakukan. "Nak, Mommy mau tanya, jawab jujur okey?" kata Cesa. Dares kemudian mengangguk. "Jika saat ini boleh memilih, Dares akan kembali ke Dusseldorf menemui Ayah yang kejam disana, atau disini bersama Mommy, Daddy dan Vista?" tanya Cesa. Dares mengernyit, "Tentu disini bersama Mommy!" Cesa tersenyum, "Kalau Mommy dan Vista pergi ke awan, Dares akan disini bersama Daddy apa ke Dusseldorf menemui Ayah?" tanyanya lagi. Dares kemudian diam! Seolah sedang berfikir apa yang harus dia jawab. "Tapi kenyataannya Mommy dan Vista masih disini, bersama Dares!" jawabnya. "Tapi kenyataannya, Vista sudah hampir pergi ke Awan jika tidak ada Daddy! Sampai Daddy lumpuh demi menyelamatkan Vista!" ucap Cesa. "Daddy lumpuh karena operasi itu?" tanya Dares menatap Zevin. Zevin yang ditatap intens oleh putranya menjadi bingung, dan menatap Cesa. Cesa kemud
"Tidurlah di ranjang kita, Sa! Aku tau, kamu masih belum bisa menerimaku!" Deg! Cesa diam ditempatkan mendengar ucapan Zevin, "Om tampak lelah dan sensitif hari ini, Tidurlah di ranjang!" ucap Cesa. Zevin sendiri sudah berhasil duduk di Sofa sambil menatap Cesa dengan dada naik turun. Kemudian memaksakan senyum lebarnya untuk sang istri, "Tidurlah, Sayangku! Biarkan aku disini sampai kau mau menerima laki-laki lumpuh ini! Sampai saat itu, aku akan berusaha meyakinkanmu!" ucapnya. Setelah mengucapkan itu, Zevin memilih merebahkan dirinya di sofa itu. Cesa masih terpaku di tempatnya, jauh dalam lubuk hatinya dia ingin kembali dengan Zevin. Menggapai dan mewujudkan rumah tangga impian. Namun, ada rasa mengganjal dalam dirinya, Cesa masih merasa takut! Takut jika kejadian masa lalu terulang kembali, atau bahkan lebih parah. Cesa s
"Tetap tak bisa dipercaya karena tangan Om masih sehat!" ucap Cesa santai. Ha! Zevin terkejut dengan ekspresi jeleknya mendengar ucapan Cesa. "Sayang, aku janji gak bakal aneh-aneh! Tapi kalau ditumpuk guling mana bisa aku melihatmu atau memelukmu!" ucap Zevin. "Sudah tidur saja, Om!" ucapnya. Zevin kemudian merebahkan tubuhnya dengan kesal! Namun hatinya tetap tak bisa dibohongi jika senang, membuat Zevin tersenyum tipis.. Suasana kamarnya telah hangat kembali! "Bisa tidak jangan panggil, Om! Seolah saya sudah sangat tua!" gumam Zevin. Cesa kemudian tersenyum dan merebahkan dirinya menatap langit-langit kamar. "Memang Om sudah tua, kan? 43 tahun!" ucap Cesa jail. Membuat Zevin mengangkat tubuhnya 45 derajat menatap Cesa, "Walau sudah 43 tahun tapi kamu tenang saja, Sayang! Aku masih sangat perkasa!" goda Zevin
Setelah Cesa mandi, Cesa keluar dari kamarnya dan melihat suaminya sedang menunggu di ranjang... "Sudah selesai mandi?" tanya Zevin. Cesa hanya mengangguk dan berganti di walk in closet. Zevin tampak mengernyit, "Kenapa dia cepat sekali berubah? Bukannya tadi dia masuk karena salah tingkah!" batin Zevin. Zevin bertanya-tanya kenapa istrinya jadi kembali dingin dengannya. Tidak bisa! "Cesa tidak bisa mengabaikan aku lagi, tidak! Apa yang salah dengan ucapanku!" batin Zevin. Zevin terus duduk menunggu Cesa sambil berfikir apa salah kata yang sudah dia ucapkan. "Kenapa tidak mandi?" tanya Cesa. Zevin menoleh dengan muka jeleknya menyengir, "Bantuin!" manjanya. Cesa mencelos namun tetap membantu suaminya. "Maaf ya kalau bercandaan ku tadi kelewatan,
Zevin tak tau harus menjawab apa, dia hanya memeluk erat istrinya yang masih terus meracau. Cesa terus menangis! Kali ini dia ingin menumpahkan segala kekecewaannya! Kecewa pada dunia dan orang-orang didalamnya, Cesa merasa tak ada orang tulus di sekitarnya. Semua mendekat karena ada maunya saja, bahkan keluarganya tak bisa Cesa percaya. Lantas, kemana lagi dia harus berlindung? Pada siapa dia akan percaya? Saat semua kepercayaannya telah habis dikhianati. Kilatan balik masa lalu Cesa seketika memenuhi pikirannya, kala dia kehilangan kedua orang tua dan kakak kandungnya. Kemudian bersama paman dan bibi yang ternyata hanya ingin menguasai hartanya bahkan bisa menjebaknya hanya untuk menghancurkannya. Hingga mengorbankan diri menjadi istri kedua suaminya, dia dihina, dipandang sebelah mata, bahkan tak diinginkan. Membuat Cesa me
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini