Seketika Zevin ternganga dengan tubuh yang lemas.
Seolah tulangnya luluh lantah, putri yang baru saja ditemuinya, putri yang membuka tangannya lebar untuk merengkuhnya ternyata berada dalam keadaan yang tidak baik. Malaikat kecilnya kesakitan! 'Apa ini semua karma dari perbuatan salahku!' batin Zevin meratap. Zevin merasa jika semua ini karenanya, Zevin sangat bersedia menggantikan sakit yang putri kecilnya tanggung. Jika bisa nyawanya akan jadi tebusan dan biarkan mereka bertiga hidup bahagia tanpa dirinya. Semua kata hanya berhenti di kerongkongan, Zevin sangat terpukul dengan kabar yang diberikan oleh Dokter Irene. Cesa hanya melirik sekilas, dan dia tau Zevin masih dalam keadaan shock. "Kemoterapi akan menyakiti gadis sekecil Vista, Dok!" lirih Cesa. Dokter Irene menghela nafas panjang, "Ini sudah Ibu tunda satu tahun lamanya, Saya yakinMelihat Daddynya yang begitu mencintai adiknya, dan terlihat dingin namun menyelesaikan masalah dengan sangat tepat, membuat Dares mengagumi Zevin. Biasanya dia dan Mommynya akan kebingungan dan berakhir Mommynya menangis sepanjang malam dalam diamnya. Namun kali ini, semua terasa ringan setelah ada Zevin. Dares mengakui itu! "Tapi dia memang Daddymu, Nak!" jawab Cesa. Cesa berusaha membuat Dares menerima Zevin, agar Dares dan Vista tak lagi bertengkar. Untuk urusan hatinya? Untuk tawaran permintaan kembali pada Zevin? Entahlah, Cesa belum memikirkan itu. Rasanya semua masih teringat jelas di memory nya. "Hmmm, ya, Mom! Tapi kemana dia empat tahun ini? Dimana saat Vista selalu merengek meminta Daddy? Dimana saat kita kesusahan karena Vista sangat drop!" ucap dingin Zevin. Cesa hanya menghela nafas sambil mengusap kepala Dares!
"Kau membawa bukti itu, Sa! Bersama jas yang aku kenakan malam itu!" jawab Zevin pelan. Zevin masih menikmati bisa tidur di pangkuan wanita pemilik hatinya itu. Deg! "Apa kotak musik itu? Apanya bisa menjadi bukti?" Ketus Cesa. Zevin kemudian mendongak, "Ada dimana kotak musik itu?" tanya Zevin sambil tersenyum. Deg! Kali pertama melihat Zevin senyum kepadanya! Yah, kepada Cesa, bukan kepada anak-anak atau kepada orang lain. Jantung Cesa berdetak kencang. "Aku buang!" pekiknya. "Serius? Disana ada surat dan berlian untukmu, apa itu tidak bisa menjadi bukti?" ucap Zevin. Cesa mengernyit, "Surat? Berlian? Tidak ada!" ucapnya. Zevin kemudian memegang tangan istrinya lagi, "Ada space di bawah kotak musik itu, disana aku menyimpan sebagai permohonank
'Daddy! Dia benar-benar Daddyku!' batin Dares senang. Daddy yang sangat perhatian! Namun berbeda hati berbeda dengan ekspresi Dares yang masih tetap dingin menatap Zevin kemudian mulai menyuapkan Beef wrapnya. Menyisakan Cesa yang bergeleng-geleng, sedikit terharu ternyata Zevin tidak hanya mencintai Vista. Namun juga memperhatikan Dares yang bersikeras membencinya. Walau Cesa tau, hati Dares tidak benar-benar membencinya, Dares memang dingin tapi dia hangat dan perhatian pada keluarganya. 'Apakah Zevin sebenarnya juga begitu?' batin Cesa. Cesa memilih melanjutkan makanannya bersama Zevin dan Dares. Diapit oleh dua orang kembar beda usia nyatanya memang membuat Cesa lebih tenang menunggu dokter selesai memeriksa Vista. Setelah mereka selesai sarapan, tak kunjung ada dokter keluar, membuat pikiran Cesa dan Zevin menjadi khawatir.
Jantung Zevin berdetak kencang saat Cesa menyebutkan permintaannya dengan menyebut [Anak kita] Seolah Zevin merasa di terima oleh Cesa sepenuhnya. Zevin sontak mengangguk, "Pasti! Apapun untuk anak kita, Sayang!" Zevin bisa melihat air mata mengambang di pelupuk mata Cesa, air mata antara sedih dan lega. "Dokter, saya antar Istri dan anak saya, setelah itu saya kembali untuk langsung ke ruang ICU!" pamitnya. Dokter itu mengangguk, Dan Zevin dengan cepat menggendong Dares yang masih lelah dalam pelukan Cesa sambil berdiri menggandeng Cesa. Dibawanya di ruang rawan VIP yang sudah Zevin siapkan. Ruangan itu tidak hanya ada ranjang untuk pasien, namun ada springbad dan fasilitas lainnya di bilik lain. Zevin menidurkan Dares di bilik itu, kemudian duduk didekat Cesa. "Apapun yang terjadi, a
'Iya suami tua yang kejam, aku akan kuat!' batin Cesa. Cesa kemudian menerima paperbag itu dan memberikan satu kotak untuk Dares, "Makan, Sayang! Daddy siapkan untukmu!" Dares mengangguk dan menerimanya, "Oke, Mom!" Dion pun pergi kemudian pergi, meninggalkan Cesa dan Dares yang menikmati sarapannya. Dengan hati yang kian tak karuan, Cesa memakan suapan demi suapan dengan air mata. Hati Cesa tersentuh merasakan perhatian Zevin, Zevin bahkan menyiapkan setiap detail kebutuhannya dan Dares disaat dirinya sedang dalam keadaan yang sulit juga. Laki-laki dingin itu begitu perhatian. Sejujurnya hati Cesa mulai tergerak, entah kenapa Zevin begitu gampang membuatnya terpengaruh. Namun sisi hati Cesa yang lain, tak ingin kembali dan merasakan neraka dunia lagi.Cesa takut! 'Apakah benar ucapan Zevin, jika dia dan Diandra bercerai?' batin Cesa
Sore harinya, Vista dan Zevin sudah di pindahkan dari ruang ICU menuju ruang rawat yang sudah Zevin siapkan. Namun, ranjang yang semula satu, sekarang sudah ditambah menjadi dua ranjang berdampingan untuk Vista dan Zevin. Cesa terlihat senang saat putrinya dan Zevin sudah membuka mata walau masih terlihat lemas. Perawat pergi setelah memberitahukan apa yang boleh dan tidak untuk Zevin dan Vista. Dares sudah duduk disamping Vista sambil menggenggam tangan yang tidak di gips. "Adik masih sakit?" tanya Dares Vista hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban. "Maafkan Dares ya? Jangan sakit lagi, Dares sedih kalau Vista sakit!" ucap Dares. "Iya, Kak! Vista sayang Dares banyak-banyak!" jawab Vista lirih. Cesa kemudian mendekat dan duduk di samping ranjang seberang Dares. Oto
Jantung Zevin nyeri, sesak, dan sakit luar biasa saat mendapati istri kecilnya menahannya untuk tidak menyakiti Demon. Sebegitu buruk kah dia di mata Cesa? Bahkan disaat dirinya lemah seperti ini, masih dianggap akan menyakiti Demon! Apa Cesa tidak mendengar ucapan pedas Demon, yang mengkritik dirinya didepan anak-anaknya. Apakah Demon begitu berarti? Harga diri dan wibawa Zevin telah hancur di depan anak-anaknya! Ditambah lagi pembelaan Cesa! Zevin semakin tak punya harga diri dan wibawa lagi, hancur sudah bersama dengan hatinya saat ini. Mengabaikan semua rasa sakit di hatinya, Zevin menatap intens pada Cesa, "K—kau mencintainya?" Dua kata itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini, dua kata yang sebenarnya tak pernah siap Zevin dengar jawabnnya. Zevin takut mendengar kenyataan jika istri kecilnya mencintai laki-laki lain, mengingat hubun
"Daddy Lumpuh?" tanya Dares dengan cepat. Deg! Jantung Zevin berdetak kencang bukan karena kata [Lumpuh] yang Dares ucapkan, tapi karena sebutan baru dari Dares. [Daddy] Kebahagiaan memenuhi hati Zevin! Bahkan seumur hidupnya, Zevin sangat ingin di panggil Daddy setiap waktu okeh putranya. Panggilan itu terasa begitu indah hingga membuat Zevin berkaca-kaca menatap Dares sambil mengangguk. Hal itu membuat Dares berfikir jika Daddynya itu sedang sedih, dan membuat hati Dares tak tega. Dares kemudian mendekat dan memeluk Daddy dan Vista sekaligus. Pemandangan yang membuat Cesa juga ikut berkaca- kaca, ditambah lagi kondisi Zevin yang menyedihkan. Hati Cesa juga terasa pedih sekali. Apa yang telah terjadi? Kenapa tiba-tiba kaki Zevin lumpuh? Aku harus marah atau sedih saat ini! Hati Ce
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini