Deg!
Jantung Cesa mencelos kala mendengar penghinaan yang keluar dari mulut pria yang kini berstatus suaminya itu.
Tapi, Cesa tak bisa berkata apapun untuk membela diri. Dirinya memang sudah kotor. Apapun alasan dibalik hilangnya keperawanannya, tidak akan dibenarkan. "Terus, apa peduli, Om? Bukankah aku dinikahi hanya untuk menjadi mesin pembuat anak?" ucapnya mencoba tegar. "Harusnya Anda hanya perlu melempariku surat perjanjian dan tak perlu menghinaku!" lanjut Cesa. Diyakini dirinya jika dia tak boleh lemah. Hanya saja, ucapan Cesa membuat Zevin malah tertawa! “Menarik,” ucapnya, "sayangnya, aku tidak sudi anakku lahir dari perempuan murahan." “Jadi, aku tak akan menyentuhmu.” Pedas, kejam, dan menyakitkan. Cesa seketika menatap nanar Zevin, "Kalau begitu, ceraikan aku.”Cesa seketika menatap nanar Zevin, "Kalau begitu, ceraikan aku.”Rasa hormat atau takut menguap dari dalam diri Cesa akibat tajamnya lisan Zevin. Sungguh, dia lebih baik hidup di jalanan dibanding menghadapi pria itu.Zevin seketika melepas kedua tangan Cesa.Karena tak siap, gadis itu limbung dan terlentang di kasur."Jika bisa, aku tak akan pernah menikahimu!" ucapnya dingin lalu keluar tanpa menoleh sedikitpun–meninggalkan Cesa yang kini kembali menyusut air matanya."Tidak apa, Cesa! Kamu hanya harus kuat untuk papa!" gumamnya–menguatkan diri.Cukup lama dia menata pikirannya setelah drama-drama yang dialaminya hari ini.Tak sadar, dia pun tertidur.Hanya saja, beberapa jam kemudian, Cesa merasakan pundaknya disentuh seseorang."Nak, Bangun!"Vivian tampak menggoyang tubuh Cesa sembari menahan senyum.Melihat kebaya Cesa robek dan banyak bekas merah di dadanya, Vivian meyakini itu ulah putranya."Tante?” Cesa mengerjapkan mata, terkejut."Mama, Cesa. Bukan Tante!" tegas Vivian, "Se
Masih tertegun dengan keadaan tiba-tiba itu, Cesa melihat Diandra masuk dengan mata merahnya."Cesa! Kau?!" kagetnya."Tante Di, Cesa—"Ucapan Cesa terputus karena bingung harus berkata apa.Terlebih, Diandra tiba-tiba histeris dan meneteskan air mata. "Teganya kamu, Sa! Aku berfikir kamu gadis baik-baik, kenapa kamu justru merebut suamiku?"Zevin yang sudah tertidur, bahkan terbangun.Pria itu langsung berdiri dan menghampiri Diandra yang ada di depan Cesa."Maafkan aku! Aku tak bisa menolak perintah Mama!"Namun, Diandra menangis semakin kencang sambil memukuli dada suaminya, "Teganya kamu menyakiti aku, Mas!""Cesa hanya akan di sini sampai dia melahirkan anak untukmu, Di!" kata Zevin datar pada Diandra walau hanya berdiri tanpa merengkuh istrinya."Tetap saja aku sakit, apa tidak bisa adopsi saja, Mas? Aku tidak rela melihatmu dengan perempuan lain!" manja Diandra."Tidak!" lembut Zevin menenangkan Diandra.Perlakuan Zevin pada Diandra sungguh berbeda dibandingkan pada Cesa!Gadis
Sepanjang Malam Cesa hanya bisa meratapi nasibnya sambil meringkuk di bath up dingin itu.Dingin yang sekaligus bisa membekukan hatinya untuk suami dan istri pertama suaminya yang sama-sama kejam.Hingga tanpa terasa Cesa bisa terlelap saat dini hari.Baru saja matanya terpejam, Cesa merasakan panas yang luar biasa di kakinya.Sontak Cesa terbelalak dan berdiri keluar dari bath up."Hahaha— Dasar jalang pemalas!" hina Diandra sambil tertawa menang.Glek!Cesa menelan salivanya berat saat mendengar penghinaan itu dengan tatapan tajam.Diandra sungguh keterlaluan!Cesa marah? Tentu saja, siapa yang tidak marah.Pasalnya, Diandra menyalakan pengisi bath up dengan air panas saat dia tidur."Daripada Tante, sudah tua tapi tak punya etika!" sindir Cesa tak kalah pedas."Kau—" tunjuk Diandra meradang, "Kau yang tak punya etika pada orang tua!" pekiknya.Cesa muak mendengar ocehan Diandra dan memilih pergi meninggalkan kamar mandi."Merusak pagiku saja!" gerutunya pelan sambil berjalan keluar
Cesa menarik nafas panjang sambil tersenyum.Yah, senyuman menahan amarah dan penuh kepalsuan, "Baik, Pak!"Cesa kembali menuju pantry dan membuat secangkir kopi yang baru."Kenapa dia menghantui hidupku! Argghhhh!" kesal Cesa.Cesa merasa terjerat hubungan tak kasat mata dengan Zevin, hingga Cesa berfikir sedang terkena azab.Zevin sudah seperti malaikat maut di mata Cesa.Dengan menetralkan hatinya lumayan lama, Cesa kemudian kembali membawakan kopi untuk suami presdirnya."Silahkan diminum, Pak!" ucapnya dengan senyum manis.Pasalnya kini disebelah Zevin ada Arga- asisten pribadi Zevin.Zevin langsung menyambar cangkir itu dan sesaat kemudian bernasib sama dengan cangkir pertama.Prang!"Sudah dingin! Buatkan lagi!"Cesa tampak menghela nafas panjangnya lagi.Dia berbalik dan menuruti perintah Zevin dengan hati yang mulai panas."Sepertinya aku benar-benar berurusan dengan pasien rumah sakit jiwa!" kesal Cesa."Dingin otakmu!" pekiknya.Jelas-jelas kopi itu masih sangat panas bahkan
Tut!Seketika panggilan teleponnya dengan Arga berakhir.Dan Zevin tetap diam memandang lepas hamparan lampu.Mengingat kembali kejadian kemarin.Saat pertemuan bisnisnya di hotel Royal Pallace, dan tiba-tiba merasakan tubuhnya seperti terbakar.Zevin kemudian pergi ke kamar mandi berharap bisa mendinginkan kepalanya.Namun, justru mendapati wanita yang sepertinya juga dijebak seperti dirinya.Tanpa berfikir panjang, Zevin langsung menyambar tubuhnya dan membawa ke kamarnya."Dia masih perawan! Oh shiitt ... Aku merusak anak gadis orang!" batinnya.Zevin benar-benar terganggu dengan kegiatan panas dengan wanita asing itu, hingga tak bernafsu dengan Diandra lagi.Zevin kemudian menatap bekas gigitan di tangannya."Tanda cinta bahwa aku telah mengambil kesucianmu!" gumamnya pelan.Sejujurnya Zevin sangat bingung, jika dia menemukan wanita berkalung bunga peony itu, apa yang akan dia lakukan?Menjadikan dia istri ketiga?Atau memberi kompensasi berupa uang? Ahh, dia bukan wanita murahan.
Tentu saja Zevin mendengar suara benda pecah dan teriakan Cesa, tapi dia memilih abai. Zevin masih kesal dengan Diandra yang seenaknya sendiri pergi dan pulang kapanpun. Zevin mulai muak! Dan bertambah muak dengan adanya istri keduanya yang dipikirannya adalah seorang jalang. Karena itulah, dia begitu ingin membuat Cesa tidak betah di rumah ini. Zevin memilih untuk masuk ke dalam kamar dan berusaha mencari informasi tentang wanita berkalung bunga peony. Dia merasa tak bisa mengandalkan Arga dalam urusan ini. "Aku yakin, Kalung bunga peony itu bukan sembarang kalung, karena blue diamondnya itu bisa memancar di kegelapan!" gumam Zevin sambil membuka situs barang langka. Mencari dimana bisa menemukan benda itu, agar Zevin tau siapa pemiliknya. Set
Cesa masih shock dengan apa yang baru saja di dengar. Hingga tanpa dia sadari Felicia telah keluar dari pantry dengan seringai merendahkan. Cesa dengan berat menelan salivanya. Dengan hati yang masih mengganjal, Cesa berjalan menuju ruangan Presdir. "Permisi Pak, Silahkan diminum!" ucapnya sambil menaruh secangkir kopi di meja Zevin. "Siapa yang menyuruhmu meletakkan di meja!" desis Zevin. "Maaf, Pak!" jawab Cesa kemudian kembali mengangkat kopi itu. Zevin hanya menatap Cesa, "Arga, Keluarlah! Segera cek yang saya informasikan barusan!" titahnya tanpa melihat Arga. "Baik, Pak tentang kalung atau rekan yang—" Belum sempat melanjutkan ucapannya, Zevin lebih dulu menginterupsi, "Ya, Kalung!" Arga mengangguk dan kemudian undur diri. "Letakkan!" titah Zevin setelah Arga menutup pintu. Setelah meletak
Malam itu, Cesa menggandeng tangan suaminya menuju sebuah Bar terkenal kota tersebut. Jantung Cesa berdetak kencang. Kala melihat Zevin mulai mengeksekusi rekan bisnisnya. Setelah beberapa saat lalu anak buahnya berhasil mendapatkan video syur rekan bisnisnya—Sandoro Adiguna. Zevin masuk menghampiri rekannya yang tengah duduk di meja besar. "Wah, sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Presdir Zevin Atmaja!" sapa Sandoro sambil berdiri, "Surprise, ternyata kau punya mainan yang sangat cantik!" lanjutnya sambil melirik Cesa. Cesa hanya diam saja dan merasakan tangannya yang di gandeng menegang. Cesa bisa merasakan jika Zevin tengah marah dan meremas kuat tangannya. "Terima kasih atas sambutanmu, Tuan Sandoro!" ucap Zevin dingin. "Silahkan duduk, T
"EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya
Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya
Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp
Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir
Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang
"Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik
Deg! "Putar Balik!" pekik Zevin, "Kembali ke sekolah anak-anak!" Ciiitttt! Suara ban yang beradu dengan aspal beserta rem membuat para pengendara lain ikut mengumpat. Ditambah manuver Arga yang sangat tiba-tiba, membuat beberapa mobil lain ikut menginjak rem. Menghindari terjadinya kecelakaan beruntun. Segala cacian keluar dari mereka yang baru saja berhasil menghindari mobil Zevin. "Kecepatan penuh, Ga!" titah Zevin. Tidak! Tidak akan pernah Zevin biarkan, Demon menyentuh kembar seujung kuku pun! Jangan harap! Jika ada yang tergores sedikitpun dari mereka, Jangan pernah berharap maaf darinya. Bukan polisi lagi yang akan bertindak! Tapi dirinya, bahkan Zevin bersedia membunuh Demon dem
"Supir truk yang menabrak kita, sudah di temukan!" Deg! "Dengan, Eve?" tanya Cesa. Ekspresi Cesa yang sedikit tegang, membuat Zevin mendekat dan memeluk sang istri dengan erat. Tidak! Zevin tidak ingin istrinya banyak pikiran, "Sayang, tenang!" lirihnya. "Apa, Eve berulah lagi, Dad? Please, jangan tutupi apapun dari, Mommy!" pinta Cesa. Zevin kemudian mengurai pelukannya dan menangkup wajah sang istri sambil mengangguk. "Tapi janji, kalau Mommy, tidak boleh banyak pikiran ya!" ucapnya. Cesa mengangguk, "Dad, kali ini, kita harus berjuang bersama untuk rumah tangga ini!" jawabnya. Sejujurnya, Cesa tak ingin suaminya berjuang sendirian, dan mengorbankan dirinya. Bagaimana, Cesa bisa hidup nantinya jika kehilangan, Zevin? Membayangkannya saja sudah sakit! "Mom yakin, kita bisa lewa
"Tidak mudah, Tuan! Eve bekerja sama dengan Demon!" ucapnya. Deg!"Apa?" pekik Cesa terkejut. Tidak!Bukan hanya Cesa, tapi juga Zevin! Zevin tidak pernah memperkirakan jika Demon akan secepat ini bangkit apalagi setelah semua miliknya, orang-orang organisasinya hancur. "Bagaimana bisa mereka bekerja sama?" tanya Zevin dengan dada yang mulai bergemuruh. "Saya juga belum tau, Tuan! Pastinya selama ini, Demon sudah mengintai dan memanfaatkan momen ini!" jawab Arga. Deg! "Anak-anak!" pekik Zevin, "Ga, perketat penjagaan anak-anak! Apapun yang terjadi, jangan biarkan anak-anak jadi korban, Demon!" ucapnya."Iya, Tuan! Sudah saya tambah dan perketat pengawalan anak-anak, Tuan!" "Dad!" lirih Cesa. "Waktunya sudah tiba, Mom! Dia pasti datang untuk mengambilmu, sekaligus menuntut balas karena, Daddy, menghancurkan organisasi mereka!" ucap Zevin. "Lalu, Bagaimana ini