แชร์

2. Pelayan Baru

ผู้เขียน: LiaBlue
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-11-25 17:10:56

“Cepat siapkan semuanya. Kenapa kau masih bersantai? Kedua anakku sebentar lagi akan segera ke sini untuk makan!” teriak Siara kepada Lavira.

“Baik, Nyonya,” sahut Lavira patuh. Gadis itu dengan cepat menyiapkan seluruh makanan yang sudah dia masak ke atas meja makan yang luas itu.

“Lelet sekali kerjamu, sepertinya keluarga Amrin tidak mengajarimu dengan keras. Biar aku yang mengajarimu untuk bisa lebih ligat lagi,” papar Siara angkuh. Lavira hanya diam, gadis itu tidak menyahut karena dia memang tidak berani untuk melakukan itu.

“Ma … aku sudah lapar!” Suara teriakan seorang perempuan menggema di setiap sudut mansion mewah itu.

Siara menoleh dan mendengus malas kedatangan seorang gadis muda seumuran dengan Lavira. “Sudah berapa kali Mama katakan, jangan berteriak seperti di hutan, Feria. Kamu bisa tidak mendapatkan suami kalau tetap berperilaku seperti itu. Jadilah perempuan yang elegan,” tegur Siara jengah.

Gadis yang dipanggil Feria itu hanya tertawa kecil sambil menarik kursi dan duduk di atas kursi itu. “Aku sudah sangat lapar, Ma. Jadi aku tidak tahan,” tutur Feria.

“Ada saja alasanmu. Sudahlah, kau … ambilkan putriku makanannya. Dia suka ayam bakar dan sayur wortel,” ujar Siara kepada Lavira.

“Siapa dia, Ma? Aku baru melihatnya sekarang, apa dia pelayan baru?” tanya Feria.

“Dia ini penebus hutang dari keluarga Amrin,” sahut Siara.

Feria terkejut mendengar kalimat Siara. Setelahnya gadis itu menoleh dan menilai wajah dan seluruh penampilan Lavira. ‘Hemm, dia cantik. Tapi penampilannya sangat buruk. Sepertinya dia tidak dirawat dan tertindas di keluarga Amrin. Jelas sih, kalau tidak mana mungkin dia menjadi penebus hutang. Berarti … wajah cantiknya ini adalah wajah alami? Aku iri dan aku tidak suka,’ batin Feria kesal.

“Ini, Nona.” Lavira memberikan sebuah piring berisi nasi dan lauk pauk sesuai dengan perkataan Siara tadi. Feria nampak terkejut saat mendengar Lavira memanggilnya nona.

Merasa bingung, Feria menoleh ke arah Siara seakan bertanya. Siara hanya mengedikkan bahunya acuh seakan tidak peduli. Melihat itu Feria tersenyum licik. “Kau sangat sesuai dengan sepupu monsterku itu. Sama-sama jelek,” hina Feria.

“Feria, jaga bicara kamu. Nanti dia mendengarnya, kita bisa dalam masalah,” tegur Siara waspada.

Feria menatap Siara dengan pandangan malas. “Bagaimana bisa dia mendengar aku kalau dia saja selalu mengurung diri di dalam ruangan tidak jelas itu. Bahkan sampai seumur ini, aku tidak pernah melihat wajahnya. Padahal kita satu atap,” gerutu Feria kesal.

Lavira nampak begitu terkejut mendengar kalimat Feria. ‘Jadi … bahkan mereka saja tidak pernah melihat wajah Tuan Dakasa? Semisterius itu kah dia?’ batin Lavira tidak percaya.

“Sudahlah, tidak usah dipikirkan itu. Yang penting jaga bicaramu, kita tidak tahu jika mungkin saja dia selalu memantau kita. Aku masih waras dengan tidak ingin berurusan dengan makhluk tidak waras seperti dia,” papar Siara.

“Itu, Mama sendiri pun mengatainya,” ujar Feria.

“Ck, sudahlah. Sekarang makan saja makananmu, katanya lapar,” balas Siara malas.

Baru saja Feria ingin menyuap makanannya. Gadis itu menggantung gerakannya saat melihat Lavira masih berdiri di sana dengan kepala tertunduk. “Kenapa kau masih di sini? Kau bisa membuat nafsu makanku menghilang. Enyahlah kau, dasar gembel,” hina Feria begitu kasar.

“Maaf, Nona. Kalau begitu saya permisi,” pamit Lavira kaku.

Melihat kepergian Lavira, Feria menoleh ke arah Siara yang sudah menyuap makanannya. “Bagus juga dia ke sini, Ma. Jadi ada mainan, seru juga,” ucap Feria licik.

“Tentu, jadi kekhawatiranku selama ini tidak akan terjadi. Monster itu malah menikahi perempuan polos yang bodoh. Sangat mudah kita tindas, dengan begitu kita masih bisa menguasai mansion ini,” sahut Siara.

“Tapi kenapa Bang Fero masih belum pulang, Ma?” tanya Feria.

“Mungkin dia lembur, nanti kita hubungi dia. Makan saja,” jawab Siara.

*****

“Kau sudah menyiapkan semuanya?” tanya Avram kepada Rino.

“Sudah, Tuan. Seperti perkiraan Anda, Tuan Fero baru saja salah melakukan transaksi. Tapi saya sudah meminta dia untuk memperbaiki semuanya sebelum dia pulang,” balas Rino.

“Dasar pecundang tidak becus, akan sampai kapan dia menjadi bodoh seperti itu? Keadaan di bawah bagaimana?”

“Nyonya Siara dan Nona Feria memperlakukan istri Anda sebagai pembantu, Tuan,” ucap Rino.

Avram menoleh dan menatap datar Rino. “Aku tidak butuh laporan hal itu, Rino. Apa kau sudah tidak becus sama seperti Fero bodoh itu?” desis Avram nampak tidak suka dengan laporan Rino.

“Maafkan saya, Tuan. Nyonya Siara kembali membeli alat yang tidak penting. Harganya lumayan dan dia menggunakan nama Tuan Fero dari dana perusahaan,” jelas Rino.

“Baiklah, untuk saat ini akan aku biarkan saja dia terus bertindak. Kita lihat sampai mana dia bisa bertindak,” desis Avram.

“Makanan yang Anda pesan sudah mereka siapkan, Tuan. Apa Anda ingin makan malam sekarang?” tanya Rino.

“Nanti saja, aku ingin membersihkan diri dulu,” ujar Avram. Laki-laki itu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah pintu. Namun, baru beberapa langkah, Avram kembali menoleh ke arah Rino.

“Apa dia ada di kamar sekarang?” tanya Avram.

“Iya, Tuan,” sahut Rino.

Avram nampak diam seakan memikirkan sesuatu. Beberapa detik kemudian laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya keluar ruangan. Rino menghela napas pelan saat melihat tubuh Avram sudah benar-benar menghilang di balik pintu.

“Aku hanya berharap hati gelap nan beku itu segera mencair dan tersentuh cahaya. Dia juga berhak bahagia,” gumam Rino.

*****

Lavira berjalan memahami setiap inci ruangan yang mulai sekarang mungkin akan menjadi tempat dirinya membaringkan tubuh. Namun, Lavira tidak yakin dengan hal itu mengingat Avram juga akan berada di ruangan yang sama. “Kamar ini sangat luas, maklum karena kamar utama, ya. Tapi aku malah takut tersesat hanya di dalam kamar ini,” gumam Lavira di sela langkahnya.

Lavira terus berjalan sampai akhirnya langkah gadis itu terhenti di depan pintu kamar mandi. “Ah, aku lupa kalau aku belum mandi,” gumam Lavira lagi.

Gadis itu secara perlahan masuk ke dalam ruangan itu sampai lupa membawa pakaian ganti. Hari sudah cukup larut, tetapi Lavira baru sempat membersihkan diri sebab dia selalu disuruh dan diperintah oleh Siara dan Feria. “Hah, hari ini melelahkan. Sudah jam sebeles malam tapi aku baru akan mandi. Kira-kira dingin tidak, ya?” ucap Lavira.

Cklek …

Avram membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk dengan wajah datar itu. Laki-laki berumur dua puluh empat tahun itu diberitakan memiliki wajah menyeramkan atau berwajah buruk rupa. Berita itu muncul karena Avram sedari dulu mengurung diri. Sehingga dia terlihat seakan menyembunyikan wajahnya dari publik.

Jangankan orang lain, Siara, Feria dan Fero yang tinggal satu atap saja tidak pernah melihat wajah Avram. Siara mengaku melihat wajah Avram terakhir kali saat laki-laki itu berumur lima tahun. Sudah begitu lama, sampai mereka tidak bisa membayangkan seperti apa rupa laki-laki yang terkenal dengan julukan psikopat gila itu.

‘Apa itu barang perempuan itu?’ Avram membatin sambil menatap sebuah tas di atas lantai tepat di bawah ranjang king size itu.

ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Amzahroni Damanik
bagus juga.
goodnovel comment avatar
Nur Hamidah
bagus kalau buat pembukaan
goodnovel comment avatar
Nur Hamidah
cukup bagus
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Istri Kecil Penebus Hutang   3. Tidak Tidur

    Avram mengalihkan pandangannya saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Laki-laki itu bisa menebak jika perempuan yang sudah berstatus sebagai istrinya itu sekarang sedang mandi. Avram akhirnya mendudukkan tubuhnya di atas ranjang sambil menyibukkan dirinya dengan benda pipih di tangannya.Kening laki-laki itu berkerut saat melihat sebuah benda dari dalam tas Lavira yang berada di dekat kakinya. Secara perlahan Avram menunduk dan menatap benda itu dengan wajah bingung. “Benda apa ini? Kenapa bentuknya lain seperti ini? Ah, tapi … sepertinya aku pernah melihat benda ini,” gumam Avram mencoba mengingat sesuatu.Bebera detik kemudian mata laki-laki itu melotot saat mengingat sesuatu. Avram juga menarik kepalanya dan duduk tegak. “Kenapa dia tidak meletakkan benda itu di bagian dalam? Malah meletakkan dalaman di bagian luar,” gumam Avram tidak habis pikir.Setelahnya laki-laki itu kembali menyibukkan dirinya kepada benda pintar di tangannya. Wajah laki-laki itu masih ter

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-11-25
  • Istri Kecil Penebus Hutang   4. Tengah Malam

    Lavira secara perlahan membalikkan tubuhnya saat merasa Avram sudah keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu merasa bingung sekaligus penasaran dengan tujuan laki-laki itu saat ini. “Dia ingin ke mana malam-malam seperti ini? Bukannya dia tidak pernah keluar dari mansion ini, ya?” gumam Lavira penasaran.Cklek …Lavira terkejut saat mendengar suara pintu kamar kembali terbuka. Dengan gerakan cepat Lavira kembali memejamkan matanya sambil berdoa di dalam hati. ‘Aku harap dia tidak menoleh ke sini,’ batin Lavira berharap.Terkabul, Avram benar-benar tidak menoleh sama sekali ke arah Lavira. Mengetahui itu, Lavira dapat bernapas lega. Gadis itu mengintip setiap pergerakan Avram dari mata sedikit berkedip-kedip.Deg …Napas Lavira tercekat dengan jantung yang seakan berhenti berdetak. Gadis itu dapat melihat Avram mengambil benda kecil dari dalam sebuah lemari. Benda kecil yang sangat mengerikan di mata Lavira.‘Pi-pisau? Untuk apa dia membawa pisau malam-malam seperti ini? Terus dia ingin k

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-11-25
  • Istri Kecil Penebus Hutang   5. Mengamati

    Pelayan itu membantu Lavira untuk berdiri. Jelas hal itu membuat Lavira sangat terkejut. “Nona tidak apa-apa?” tanya pelayan itu nampak perhatian. “Oh, saya tidak apa-apa. Terima kasih, Mbak,” balas Lavira nampak kikuk. “Jeny, kenapa kamu malah membantunya? Tidak pantas sekali,” protes seorang pelayan. “Apa yang tidak pantas? Perlakuan kalian itu yang tidak pantas. Dia ini adalah istri dari Tuan Dakasa, jadi sopanlah,” balas pelayan yang dipanggil Jeny itu. “Heh, sopan? Seperti yang dikatakan oleh Nyonya Besar. Dia ini tidak lebih dari barang penebus hutang. Jadi untuk apa sopan kepadanya? Derajat dia di sini itu bahkan lebih rendah dari pada kita,” tutur seorang pelayan. “Hei,” tegur Jeny. “Tidak apa-apa, Mbak. Apa yang dia katakan memang benar,” sahut Lavira kaku. “Jeny, kau harus sadar. Jika kau membantunya, itu sama saja dengan kau melawan Nyonya Siara. Kau pasti akan mendapat masalah nanti,” ujar seorang pelayan. “Sudahlah, ayo kita pergi dari sini. Tidak penting,” papar s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-11-25
  • Istri Kecil Penebus Hutang   6. Tidak Diizinkan

    Lavira menggelengkan kepalanya cepat saat kesadaran menghampirinya. Gadis itu kembali menoleh dan menatap Avram yang ternyata juga sedang menatapnya. Napas Lavira tercekat melihat tatapan intens mata tajam Avram. Merasa tidak sanggup, Lavira mengalihkan kepalanya dengan gerakan kaku.“Ma-maaf, Tuan. Saya hanya ingin meminta izin kepada Anda. Saya akan pergi ke sekolah,” tutur Lavira dengan suara pelannya.Avram menatap penampilan Lavira dari atas sampai bawah. Laki-laki itu baru menyadari jika gadis itu sedang memakai seragam sekolah. Setelahnya Avram kembali sibuk dengan laptopnya seakan tidak tertarik.Lavira melirik ke arah Avram yang masih tidak bersuara. Melihat Avram kembali sibuk dengan pekerjaannya, membuat Lavira menghela napas pelan. ‘Anggap saja dia mengizinkan aku. Dia kan tidak membanta, itu artinya aku sudah dizinkan,’ batin Lavira.“Ka-kalau begitu terima kasih, Tuan.” Lavira berucap sambil menundukkan kepalanya ke arah Avram.Setelahnya gadis itu mulai melangkah mendek

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-09
  • Istri Kecil Penebus Hutang   7. Biodata

    ‘Dia memanggil perempuan itu dengan panggilan Nyonya Dakasa. Sedangkan aku selama ini hanya dipanggil Nyonya Siara,’ rutuk Siara di dalam hati.Lavira menatap Rino dengan pandangan tidak paham gadis itu tidak mengenal siapa Rino. Melihat kebingungan dan raut polos Lavira, Rino kembali bersuara. “Maafkan saya, perkenalkan nama saya Rino Putra. Saya adalah asisten sekaligus tangan kanan Tuan Dakasa,” tutur Rino memperkenalkan diri.‘Oh, jadi dia tangan kanan Tuan Dakasa? Tapi kenapa dia begitu sopan kepadaku, apalagi dia memanggilku Nyonya Dakasa?’ batin Lavira tidak paham.“Tuan Rino kenapa harus berucap sopan seperti itu kepadanya? Dia tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dia kan hanya penebus hutang,” papar Feria nampak tidak suka melihat Rino berbicara begitu lembut dan sopan kepada Lavira. Sedangkan saat bersamanya selama ini, Rino bahkan tidak pernah menanggapi kalimat Feria.“Mari, Nyonya. Saya antar ke sekolah,” Rino bersuara kembali menghiraukan kalimat Feria. Jelas saja hal

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-10
  • Istri Kecil Penebus Hutang   8. Ditampar

    “Hai, Lavira.” Suara seseorang mengalihkan perhatian Lavira dari makannya. Gadis itu menatap Joana dan Kili dengan pandangan waspada. Lavira bisa menebak apa yang akan terjadi kepada dirinya setelah ini.Jelas dari tatapan dan senyum jahat yang terlihat di wajah dua gadis itu. Lavira hanya bisa pasrah dengan nasibnya hari ini. Tidak lepas dari satu hari pun bagi Lavira yang selalu mendapat perlakuan buruk dari Joana dan satu temannya itu.“Wah, apa menu makan siangmu kali ini? Masih tidak berubah, ya. Apa kau tidak bosan?” Kili bersuara sambil menatap jijik ke arah dua potong roti tawar di atas meja itu.“Heh, namanya juga gembel. Bosan tidak bosa, ya harus dimakan supaya tidak mati.” Joana menyahut kalimat Kili sambil tertawa mengejek. Kili ikut tertawa mendengar kalimat Joana. Begitu pula dengan beberapa murid lain yang mendengar perkataan Joana.Lavira hanya dia, gadis itu memang tidak pernah membantah. Seperti apapun orang-orang menghina dan mencaci makinya. Lavira akan tetap dia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-11
  • Istri Kecil Penebus Hutang   9. Leher Putih

    “Lebam ini kenapa?” tanya Avram dengan suara dinginnya. “O-oh, i-ini karena ada kejadian di sekolah,” cicit Lavira.Avram masih menatap wajah Lavira dengan pandangan intens. Hal itu membuat Lavira merasa begitu gugup dan kehilangan akal. Bukannya semakin menjauhkan, Avram malah semakin mendekatkan wajahnya kepada Lavira.Lavira menahan napas saat jarak antara wajahnya dengan wajah Avram hanya sekitar tiga senti meter. Bahkan Lavira bisa merasakan hembusan napas hangat Avram menyapu kulit wajahnya. Detak jantung Lavira semakin berlomba di dalam sana.Cup … deg ….Lavira terdiam kaku dengan napas tercekat saat Avram mendaratkan bibirnya tepat di ujung bibir gadis itu. Ujung bibir Lavira yang masih mengeluarkan darah karena tamparan Joana dan Kili tadi di sekolah. Entah apa yang dipikirkan Avram sampai melakukan hal itu kepadanya.Ternyata tidak sampai di sana. Mata Lavira melotot saat gadis itu merasa lidah hangat Avram sedang bergerak di ujung bibirnya. Laki-laki itu seakan sedang men

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-12
  • Istri Kecil Penebus Hutang   10. Tidur

    “Shh ….” Lavira meringis saat Avram memberikan salep pada sudut bibirnya. Laki-laki itu tadi juga sempat mengompres pipi lebam Lavira dengan es batu.Avram menatap wajah Lavira yang saat ini sedang memejamkan matanya seakan menahan sakit. Secara perlahan tangan besar Avram terangkat mengusap salep pada sudut bibir Lavira. Merasakan sentuhan Avram, Lavira membuka matanya dan terkejut saat melihat Avram ternyata sedang menatap intens ke arahnya.Tring … Tring … Tring …Suara telepon genggam Avram memecahkan keheningan di antara sepasang suami istri itu. Avram menarik tangannya dan meraih benda pintar yang saat ini sedang berteriak di dalam saku celananya. “Hem,” deham Avram menjawab panggilan telepon dari Rino.“Kami sudah bersiap, Tuan,” tutur Rino di seberang telepon.Avram tidak menyahut kalimat Rino. Laki-laki itu malah menoleh dan menatap wajah cantik Lavira. Lavira terkejut saat dengan tiba-tiba Avram malah menatap ke arahnya.“Besok,” sahut Avram.“Maaf, Tuan?” tanya Rino tidak m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-12-12

บทล่าสุด

  • Istri Kecil Penebus Hutang   184. Tamat

    “Makan yang banyak, kamu tadi malam juga tidak makan, ‘kan? Banyak-banyak lauknya, ini, kamu suka ini.” Lavira memberikan sepotong ikan bakar kepada Elina. Elina terkekeh menatap Lavira yang begitu perhatian. “Makasih, Ma. Mama juga makan yang banyak, biar nanti kita sama-sama bulet, hehe.” Lavira ikut tertawa mendengar kalimat menantunya. Dia tak menyangka jika gadis kecil yang bertahun-tahun dia cari, akhirnya sekarang berada di depannya. Meski Elina belum mengingat siapa Alano dan keluarga, setidaknya sekarang Elina sudah menjadi istri Alano. Hal itu membuat Lavira merasa lebih tenang, dia juga tak menuntut Elina untuk mengingat dirinya. Seperti ini saja sudah membuat Lavira merasa senang. Sett ... Elina terkejut ketika tiba-tiba Alano memberikan secentong sayur brokoli di atas nasinya. Elina menoleh dan menatap Alano dengan wajah polos. Alano sendiri nampak santai, terus menyuap makanannya dengan ekspresi datar seperti biasa. Lavira tersenyum menatap itu, dia merasa senang keti

  • Istri Kecil Penebus Hutang   183. Nakal

    “Ini masuknya ke mana?”“Aku juga tidak tahu.”“Makanya lebih tarik, lebarkan sedikit lagi.”“Sudah tidak bisa ini, Mas.”Lavira dan Avram saling tatap tepat di depan pintu kamar Alano. Kamar yang mulai hari itu akan dihuni pula oleh Elina. Setelah tadi sepasang pengantin baru itu meminta izin untuk ke kamar lebih dulu. Lavira ingin menyusul dan mengantarkan makanan untuk Elina, sebab setahunya Elina belum makan malam.Namun, siapa sangka niat mereka malah mendapatkan perkata-perkataan demikian. Lavira tersenyum, dia berfikir hal yang diinginkannya. Kegiatan malam pertama para pengantin baru pada umumnya. Avram pun menatap senyum sang istri, dia terkekeh kecil.“Mereka akan kasih kita cucu ‘kan, Pa?” tanya Lavira cukup terdengarn polos.Avram kembali terkekeh geli. “Biarkan saja mereka, ayo kita kembali ke bawah. Kamu juga harus segera tidur, ini sudah larut.”“Iya, tapi ... Elin belum makan, Pa.”“Nanti kalau mereka sudah selesai, mungkin akan terasa lapar. Alan bisa bantu Elin ambil

  • Istri Kecil Penebus Hutang   182. Panggilan

    Sepasang insan sekarang sedang duduk di tepian ranjang sambil saling lirik. Mereka adalah sepasang pengantin baru yang baru saja sah setelah acara ijab qabul beberapa jam lalu. Alano dan Elina, mereka duduk dengan sudut mata sama-sama melirik satu sama lain.Alano pun menghela napas pelan. Dia nampaknya cukup bingung harus melakukan apa setelah ini. Lavira dan Avram tadi sempat menggoda dirinya. Alano si kaku, dia tak pernah memiliki kekasih. Dia tak tahu cara berhubungan dengan perempuan, tetapi dia adalah pria normal dan tak sepolos Avram dulu. Alano sudah dewasa, sehingga dia tahu kegiatan apa biasa dilakukan sepasang pengantin baru.Hanya saja, masalahnya sekarang adalah mereka pribadi. Alano dan Elina terbilang menikah tanpa ada kata cinta. Mereka hanya saling merasa nyaman satu sama lain untuk saat ini. Elina pun tertarik kepada Alano karena ketampanan pria itu, dan tentunya merasa nyaman. Elina sejujurnya tak paham dengan perasaannya sendiri, setiap kali melihat dan berdekatan

  • Istri Kecil Penebus Hutang   181. Ijab Qabul

    Elina menatap ke samping, di mana kedua orang tuanya berada. Dia tak menyangka jika dirinya benar-benar akan segera menikah dengan Alano. Kemarin-kemarin dia masih berpikir jika Alano hanya bercanda. Sampai akhirnya satu minggu kemudian kedua orang tua Elina datang ke Indonesia dan mengatakan jika mereka senang tahu Elina akan menikah dengan Alano.Elina meminta pernikahan ini tak usah ada pesta sebelum dirinya wisuda. Sebab dia tak ingin diserbu oleh para fans Alano selama di kampus. Hal itu akhirnya dituruti oleh Alano. Akhirnya mereka hanya akan mengadakan ijab qabul saja dulu, sebelum nanti mengadakan pesta mewah setelah Elina benar-benar wisuda.“Kami keluar dulu, Sayang. Nanti akan Mama jemput kalau sudah selesai.”“Iya, Ma,” sahut Elina sambil menarik napas.Cklek ...“Astaga, sahabatkuu ini. Kau menikungkuu!”Elina terkejut ketika tiba-tiba Mei masuk ke dalam ruangan tempatnya menunggu, Mei berteriak. Hari ijab qabul yang begitu tiba-tiba. Tak hanya mengejutkan Elina, tentu sa

  • Istri Kecil Penebus Hutang   180. Baru Kenal

    Elina menatap Lavira yang terlihat begitu antusias memperlihatkan berbagai macam bentuk mode gedung pernikahan. Perempuan itu masih tak paham dengan keadaan tiba-tiba ini. Baru tadi Alano mengatakan dia akan mengurus pernikaha, pria itu sudah memberitahu Lavira dan Avram. Sekarang Lavira nampak sangat semangat memperlihatkan berbagai macam dekorasi gedung pernikahan.“Kamu suka yang ini? Ini cantik juga, astaga, jadi bingung,” celoteh Lavira.“M-maaf, Tante. Ini beneran bakalan nikah?”Lavira menoleh dan menatap Elina yang nampak sangat bingung. Perempuan itu terkekeh, dia melirik Alano di samping Avram. Dua pria itu juga berada di sana, mereka duduk tak jauh dari tempat Lavira serta Elina berada. Kini mereka berempat sedang berada di sofa ruangan keluarga mansion Dakasa, setelah tadi Elina sudah sempat diajak makan malam oleh Alano.“Kamu tidak bilang lebih jelas sama, Elin, No? Dia kebingungan loh, ini,” ucap Lavira kepada Alano.“Udah, Ma. Dia mau.”“Masa iya, terus kenapa dia nany

  • Istri Kecil Penebus Hutang   179. PHP?

    “Kata orang-orang, dia itu psikopat. Jadi dia suka bunuh orang, aku ngeri kalau nanti menikah dengannya ... pas aku lagi tidur, malah dicekik dan mati.”Alano menatap Elina yang melanjutkan kalimatnya. Dia berdeham sambil tertawa kecil mendengar kalimat takut Elina. “Kalau memang begitu, seharusnya kau sedari tadi sudah aku cekik dan mati,” cetus Alano santai.Kalimat Alano itu membuat Elina terdiam. Perempuan itu kembali menggeliat pelan, sampai kelopak matanya bergerak pelan pula. Kening Elina berkerut ketika dia berniat membuka mata. Dengan mata sedikit memicing, akhirnya kini dua bola mata itu terbuka. Elina menatap sekitar sambil menggeliat, sampai pergerakannya terhenti ketika melihat paha seseorang tepat di samping tubuhnya.Mengikuti paha tersebut, Elina mendongak sampai akhirnya kedua bola matanya menangkap wajah tampan seseorang. Saat dua pasang bola mata itu beradu pandang, tepat ketika itu pula Elina melotot. Dia melotot karena terkejut melihat wajah tampan Alano di saat d

  • Istri Kecil Penebus Hutang   178. Setengah Tidur

    “Kami senang, akhirnya sekarang bisa tenang melepas Elin di Indonesia. Kemarin kami risau, masalahnya Elin keras ingin berkuliah di Indonesia, padahal kami belum bisa kembali ke sana. Akhirnya kalian bertemu lagi, kami senang. Maaf karena tidak memberitahu lebih cepat, sebab kemampuan kami yang serba terbatas.”Suara seorang perempuan dewasa di layar ponsel milik Avram terdengar. Ada sepasang suami istri di sana sedang berbicara dengan Lavira. Mereka adalah kedua orang tua Elina. Sesuai kalimat Alano tadi, mereka akan menghubungi kedua orang tua Elina. Akhirnya setelah sekian lama, mereka kembali bisa berkomunikasi. Orang tua Elina meminta maaf karena tidak bisa memberitahukan keberaaan Elina nan masih selamat dari kejadian kebakaran kala itu.“Tidak masalah, Kak. Kami mengerti, bukan salah kalian juga. Kalian juga sudah berusaha menghubungi, kami senang sekarang bisa melihat Elin lagi. Dia masih sama, tumbuh semakin cantik, dan gadis polos nan cerewet,” terang Lavira dengan nada rama

  • Istri Kecil Penebus Hutang   177. Menghubungi

    Rasanya Alano tak terlalu lama beraktivitas di dalam kamar mandi. Namun, ketika dia keluar, Alano sudah menemukan Elina terbaring di atas tepian ranjangnya. Sebelah kaki perempuan itu terjuntai dengan kedua mata tertutup. Hembusan napas perempuan polos itu terlihat tenang dan teratur, itu pertanda jika dia sedang tidur.Hanya beberapa menit ditinggal mandi. Elina tertidur di atas ranjang Alano, mungkin sudah terlalu lelah. Biasanya perempuan itu akan tidur siang jika pulang dari kampus. Hari ini kegiatannya terasa padat, pergi ke mansion Alano dengan segera alasan untuk melarikan diri. Apalagi setelah semua rencana dan alasannya gagal, perempuan itu bercerita cukup lama dengan Lavira. Sampai akhirnya masuk ke dalam kamar Alano dan diajak jahil oleh si pemilik kamar.“Dia benar-benar masih sama, suka tidur sembarangan. Kalau bergerak sedikit, dia bisa jatuh.” Alano menatap tubuh Elina yang memang begitu mepet di tepian ranjang.Perlahan pria itu menarik pinggang Elina, kemudian mengang

  • Istri Kecil Penebus Hutang   176. Kamar

    Elina duduk kaku di tepian ranjang kamar Alano. Setelah tadi sempat berbincang sebentar dengan Lavira. Akhirnya kini Elina berada di kamar Alano. Pria itu katanya sedang menyelesaikan pekerjaan di ruangan kerjanya di mansion tersebut. Lavira malah menyuruh Elina menunggu Alano di dalam kamar pria itu.“Aduh, aku harus apa sekarang? Masa aku harus berbaring di sini? Kalau nanti Pak Alan marah bagaimana?”Meski Lavira yang menyuruh Elina untuk menunggu di dalam kamar tersebut. Tetap saja Elina merasa tak enak jika harus tidur di kamar seorang pria. Apalagi pria itu adalah dosennya sendiri. Pergerakan Elina bahkan cukup terbatas. Sejujurnya dia penasaran ingin melihat-lihat isi kamar Alano, tetapi dia takut jika nanti Alano keburu kembali ke dalam kamar.“Emm, itu apa?” Elina melihat sebuah lemari dan terfokus kepada sebuah kotak kecil tanpa penutup di dalam lemari tersebut.Elina melangkah mendekat ke arah lemari dengan wajah penasarannya. Dia memicingkan mata sambil meraih sebuah kotak

DMCA.com Protection Status