Erica terkejut. Namun, dia merasa senang mendengarnya. Dia langsung memeluk Leonel.“Terima kasih banyak, Leonel.” Erica meneteskan air mata.Leonel mengelus punggungnya.“Mulai sekarang, kamu jangan melangkah sendiri lagi,” kata Leonel.“Ya.”Erica memejamkan mata.’Sekarang aku tahu tidak semua lelaki di luar sana bajingan seperti Bapak. Leonel, aku harap kamu tidak seperti Bapak. Tolong jangan kecewakan aku!’ ucapnya dalam hati.Leonel melepaskan pelukan, memegangi wajah Erica.“Jangan menangis ayah seperti dia. Air matamu terlalu berharga, Erica.”Setelah perasaan Erica lebih tenang. Akhirnya Leonel kembali mengendarai mobilnya dan tiba di rumah jam 8 malam.“Kamu mandi saja, saya akan minta Bibi siapkan makan malam.”“Terima kasih,” kata Erica yang saat itu juga naik ke atas.Saat melepaskan pakaian di tubuhnya, Erica menatap cermin wastafel. Matanya masih sembab, dia menghela napas. Dia masih tidak percaya kalau dirinya akan bertengkar dengan Juan. Meskipun ini bukan kali pertama
Para karyawan yang mendengar itu terkejut. Mereka semakin mengira kalau Erica memang menggoda Leonel. Bahkan menjual dirinya kepada bos mereka.“Bu Alya, yang bener, kok bisa?” tanya seorang pelayan perempuan.Bu Alya tersenyum kepada mereka.“Hari gini, apa sih, yang tidak bisa.”Bu Alya mengambil minuman, setelah itu dia pergi meninggalkan bar, setelah selesai membuat kehebohan di tengah-tengah karyawan.Alex, yang selama ini mengagumi Erica, hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bu Alya.“Itu, kan bener.Erica open Bo. Kata aku juga apa, tidak mungkin tiba-tiba dia berubah drastis seperti itu, kalau tidak ada backingan!”“Sudah. Kalian jangan bergosip, kita tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.Kalau kalian penasaran, kenapa tidak tanya Erica langsung,” kata Alex yang saat itu langsung pergi.Nuna, baru saja mendengar ucapan Bu Alya. Dia nyaris tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.‘Apa benar Erica seperti ini sekarang? Apa demi uang Erica seperti itu.’S
Sudah waktunya Erica pulang dari kafe. Namun, ternyata Leonel menunggunya di bawah. Dia memang sengaja dan ingin melihat reaksi orang di sekitar.Selama ini tidak ada yang menyangka kalau Leonel adalah bos mereka. Mengingat Leonel sangat arogan dan kerap kali mengajukan komplain kepada beberapa karyawannya.Leonel terlihat sedang menatap laptopnya. Erica berjalan dengan hati-hati, dan menjadi pusat perhatian para bawahannya, tetapi Alex tersenyum kepadanya.“Bu Caca sudah mau pulang?” sapa Alex.“Ya. Kamu shift satu, kan?”“Ah, iya. Saya juga sedang berganti shift. Mau pulang bareng tidak? Sudah lama kita tidak pulang bareng,” kata Alex.Erica mulai merasa ada orang yang memperhatikannya. Dia menoleh ke arah meja nomor 28. Sepasang mata dingin kini telah mengawasinya. Tatapan Leonel, sangat mengerikan, seperti ingin memakan orang.“Ah, aku ada janji sama teman kampus. Jadi, sepertinya tidak bisa.”“Begitu ya, sayang sekali. Padahal aku ingin mengajak kamu makan bakso Pak Ujang.”Erica
Leonel menatap mata Erica yang menyala. Keduanya saling menatap dalam diam sesaat. “Tentu. Jika itu bisa membuat kamu percaya,” kata Leonel. Erica mengangguk.”Buat jaga-jaga saja. Paling penting kamu selalu mencintaiku, itu sudah lebih dari cukup.” Setelah itu Leonel menarik Erica membawanya ke ruangan kerja. Leonel menyuruh Erica untuk duduk di kursi. Setelah itu Leonel mengambil sebuah berkas yang berada di dalam brangkasnya. Leonel meletakkan di atas meja. “Kamu bisa mengeceknya kembali,” kata Leonel. Erica melihat perjanjian pernikahan yang telah dibuat oleh mereka. Setelah itu dia mengambil milik Leonel. “Aku akan menyimpannya.” “Menyimpan untuk apa?” “Takut kamu ingkar dan tidak memberikan nafkah kepadaku.” Leonel menyentil kening Erica. Lalu dia mengambil sebuah map. Lalu menyerahkannya kepada Erica. “Apa ini?” “Baca saja, kamu akan segera tahu apa itu.” Ia segera membuka map itu, dan dilihatnya sebuah dokumen tertulis atas namanya. “Apa ini, Leonel?” “Untukmu. Ta
Mata Erica melotot, saat itu juga Leonel melepaskan ciumannya dan tersenyum kepada Erica.“Ayo, sekarang kamu mandi dulu. Setelah itu kita makan malam,” ucap Leonel seraya menarik celemek dari tubuh istri kecilnya.Erica pun pergi mandi. Sepanjang langkahnya dia memegangi dadanya yang terasa berdebar kencang.Ia mengulas senyum karena bahagia. Di seberang sana Kenzo dan Tiara sedang makan di luar. Kini Tiara mulai cemburuan dan selalu menanam kecurigaan terhadap Kenzo.“Kenzo, besok kamu sibuk?” tanya Tiara.“Besok rencananya bertemu teman kampus. Kenapa?”“Akhir-akhir ini kita jarang sekali bertemu. Apa aku boleh ikut?” tanya Tiara mengulas senyum.“Cowok semua. Kamu di rumah saja, lagi pula mereka tidak bawa perempuan.”“Baiklah, kali ini saja aku akan mengalah.”Padahal dalam hati Tiara merasa sangat kecewa, karena Kenzo tidak membawanya.“Eh, Papa bilang bulan depan jika kamu tidak sibuk, kamu sudah mulai belajar bisnis bersama dengan Papa. Menurutku semakin cepat belajar, itu ja
Awalnya pertama Erica ingin merahasiakan pernikahannya karena Leonel mengajukan kontrak pernikahan. Namun, sekarang Leonel sudah tidak menginginkannya lagi. Erica berpikir apa sebaiknya ini adalah waktu yang tepat, dan dia tidak perlu lagi bersembunyi dari orang-orang di sekitarnya. Erica mengangguk pelan. “Aku akan memikirkannya kembali, jika itu memang yang terbaik … mari kita lakukan.”Leonel mengangguk lalu mencium kening Erica. Setelah itu mereka pun tertidur.Lucio yang berada di dalam kamarnya tengah menatap foto lamanya, dimana ada kedua orang tuanya yang terlihat sangat bahagia. Lucio juga tidak pernah menyangka kalau ini adalah foto terakhir dirinya bersama dengan kedua orang tuanya.“Ibu, sekarang Kakak sudah bahagia. Ibu bisa tenang di sana dan tidak perlu sedih lagi.”Namun, senyuman Lucio tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya terhadap Juan. Dia melipat potret bagian Juan, seolah foto itu hanya ada dirinya dan sang ibu dan kakaknya.Lucio bukan anak keci
Erica tercengang mendengarnya. Terlebih Bu Alya yang mendengarnya sangat jelas.“Barusan Bos bilang Erica adalah istrinya, apa aku tidak salah dengar?” gumamnya pelan.Manik mata Leonel menatap dingin ke arah Bu Alya.“Kenapa masih berdiri di sini, kembali bekerja,” kata Leonel dengan suara dingin dan tampang arogan yang khas.“Ba–baik Pak,” jawabnya dengan wajah menunduk.Klien perempuan itu berdiri mengulurkan tangannya kepada Erica.“Jadi, ini Nyonya Winson, senang sekali bisa bertemu dengan Anda. Anda terlihat masih muda, saya Wanda.”“Erica,” jawabnya seraya berjabat tangan.Leonel memberi instruksi agar Erica duduk di sebelahnya. Sejujurnya Erica sangat tidak nyaman duduk di sebelah Leonel, terlebih kini para karyawan terus memperhatikannya.“Istri saya memang masih muda. Namun, dia sangat luar biasa. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan kedokteran, tapi masih mau mengelola restoran,” kata Leonel seraya memegangi tangan Erica menatapnya tersenyum.Erica melirik Leonel dan men
‘Tatapan mata ini, persis seperti terakhir kalinya. Apa dia berpikir aku menjual diri lagi?’ ucapnya dalam hati. Erica terdiam sesaat, kemudian tersenyum. “Dijodohkan,” jawabnya mengarang cerita yang lebih indah. Tidak mungkin memberitahu kalau dirinya dijadikan alat pelunas hutang bahkan sempat melakukan kontrak pernikahan. Bu Alya tertegun mendengarnya. “Dijodohkan?” Raut wajahnya memperlihatkan rasa penasaran. “Kok bisa. Setahuku keluargamu orang biasa, dan Pak Leonel orang kaya raya, kok bisa dijodohkan dengan perempuan sepertimu.” Erica menaikkan sebelah alisnya. Dia cukup tercengang dengan pertanyaan Bu Alya. “Perempuan sepertimu? Memangnya kenapa denganku. Apakah menikahi orang biasa, adalah sesuatu yang hina?” Bu Alya terkejut dengan jawaban Erica. “Ya ampun, Ca, aku kan hanya tanya. Kok kamu jadi baper begitu sih, aku tuh cuman penasaran saja bagaimana kamu bisa menikah dengan Bos. Jika anak di bawah tahu, mereka juga pasti tidak kalah penasarannya sepertiku. Jangan
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada
“Ca, tenangkan dirimu. Hari ini, hari baik. Tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, oke.”Erica mangut-mangut. Dia duduk di sofa.“Kamu pergi saja temui Mama dan yang lainnya, aku ingin istirahat sebentar. Jam berapa penata rias mulai meriasku?”“Saya meminta merias kamu jam 6 saja, acaranya jam 7. Cukup untuk merias kamu,” kata Leonel.“Oke. Aku tidur sebentar,” kata Erica.Leonel mengecup kening Erica.”Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku langsung.”Leonel pergi menemui orang tuanya yang berada di kamar khusus. Mereka semua berkumpul di sofa, di sana juga ada Lucio yang cukup canggung berada di tengah-tengah keluarga dari Leonel.“Jadi, ini Lucio. Akhirnya aku melihatmu juga, selama ini kita tidak berkesempatan bertemu. Cukup tampan juga, tetapi pemalu. Wajar saja masih SMA, kalau dipoles sedikit pasti lebih menarik.”Lucio tersenyum tipis.“Kamu juga pas awal masuk SMA masih buluk,” kata Sarah.“Bibi —” Tiara mengerutkan keningnya dan menghela napas.Natalie tersenyum dan menggoda
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E