“Belum, Pak, terima kasih untuk makan malamnya.”
“Bagaimana dengan perutmu?” tanya Leonel dengan suara pelan.
“Sudah membaik. Sekali lagi terima kasih,” kata Erica.
Leonel pun memutar tubuhnya menghadap Erica.
“Berbalik, saya tidak sedang berbicara dengan tembok.”
Dengan jantung berdebar, akhirnya Erica memberanikan diri menoleh dan melihat sepasang mata lembut yang kini sedang menatapnya.
Entah mengapa Erica merasa kalau Leonel yang berada di atas tempat tidur adalah lelaki yang hangat.
“Apa kalian dua saudara?” tanya Leonel.
“Ya, hanya Lucio yang saya miliki saat ini.”
Leonel memejamkan matanya.
“Besok aku akan pergi bertemu rekan bisnis sebentar. Setelah itu aku akan mengajakmu jalan-jalan.”
“Benarkah?” tanya Erica.
Leonel tidak menyahut. Erica tersenyum, dia menatap wajah tampan suaminya.
‘Saat tidur pun masih terlihat tampan.’
Erica memejamkan matanya dan tertidur begitu saja.
***
Entah sudah berapa lama mereka tertidur. Erica merasa tubuhnya hangat, tetapi seperti ada yang tidak benar. Dia merasakan sesuatu sedang menindih tubuhnya. Perlahan Erica membuka matanya yang masih mengantuk, di waktu yang sama Leonel juga membuka matanya. Mata mereka berdua bertemu, dan saling menatap.
“Selamat pagi,” kata Erica tersenyum.
“Bisakah kamu melepaskan pelukanmu!” ucap Leonel dengan mata dingin.
Erica mengerutkan keningnya, dan terdasar kalau sebenarnya mereka saling memeluk satu sama lain. Erica pun langsung mendorong tubuh Leonel dan hampir membuat lelaki itu terjatuh ke lantai.
“Kamu ….”
“Maaf Pak, saya tidak sengaja.Jelas-jelas Bapak yang memeluk saya, dan menikmati kesempatan dalam kesempitan,” tuduh Erica membela diri.
Leonel tertegun, lalu tersenyum miring.”Itu hanya alasan kamu saja. Jelas-jelas kamu yang memeluk saya duluan.”
Erica terbelalak atas ucapan suaminya. Leonel beringsut masuk ke dalam kamar mandi. Saat ini dia mandi dengan air hangat dan teringat kembali sepanjang malam dia memeluk istrinya.
“Memangnya salah memeluk istri sendiri? Meskipun kami terikat kontrak, tapi kami masih suami-istri. Dasar bocah!” Monolog Leonel. Ini adalah pelukan pertama mereka sejak mereka menikah.
Erica langsung pergi dari kamar dan pergi ke teras melihat bunga-bunga yang bermekaran.
“Bisa-bisanya kami tidur berpelukan!” kata Erica dengan jantung berdebar. Erica memegangi kedua wajahnya yang terasa panas.
Saat Erica kembali ke ruangan utama, dia melihat ada makanan di atas meja. Namun, dia tidak melihat Leonel.
“Apa dia sudah pergi?” gumam Erica
Erica pun sarapan sendirian. Leonel lebih memilih sarapan di bawah. Selain itu dia bertemu dengan kliennya di restoran hotel.
“Pak Leo, saya Taka. Saya berterima kasih, karena Bapak masih meluangkan waktu. Ini proposal yang saya ajukan.”
Leonel yang baru selesai sarapan membacanya dengan teliti. Mereka pun berbincang cukup serius,mengenai proyek pembangunan resort di Kyoto.
“Saya akan mempertimbangkannya.”
“Semoga ada kabar baik dari Anda.”
Keduanya kembali berjabat tangan. Setelah itu lelaki bernama Taka pergi, Leonel melihat jam tangannya, sudah 1 jam. Leonel kembali ke kamar hotel.
Saat dia kembali, dia tidak melihat Erica di kamar. Tanpa bersuara, dia mencari keberadaan Erica dan menemukan Erica berada di ruangan pakaian yang saat ini sedang memakai handuk kimono.
‘Dia di sini rupanya, sepertinya tidak ada saya, dia merasa lebih bebas.’
“Hari ini aku pakai pakaian yang mana, ya?” gumamnya.
Erica tidak menyadari keberadaan suaminya dan melepaskan pengait kimono yang selama ini mengikat pinggangnya. Dan handuk itu jatuh ke lantai. Erica menyibak rambut panjangnya ke depan. Sehingga punggung yang seharusnya seputih salju, malah dipenuhi luka lebam membiru.
“Bagaimana, kamu bisa mendapatkan semua luka itu?” tanya Leonel menghampiri istrinya yang kini menatap melotot ke arahnya.
Erica menoleh dan berbalik kepada suaminya dengan mata melotot menjerit meraih handuk di bawah sana. Dan langsung menutupi tubuhnya kembali, dengan meremas handuk itu begitu lekat.
“Ke-kenapa Bapak di sini?” tanya Erica terbata dengan wajah merah menahan malu.
Namun, Leonel tidak memedulikan ucapan Erica, tangannya terangkat dan menarik ujung handuk dibagian pundak. Erica melotot dan menepis tangan Leonel.
“Jangan sembarangan menyentuh saya,” kata Erica membuang muka.
Leonel menatap tajam Erica.”Kenapa ada luka di tubuhmu?” tanya Leonel mendesak.
“Bukan urusan Bapak,” jawab Erica.
“Apa katamu? Saya ini suami kamu, saya berhak tahu apa yang terjadi padamu, sebelumnya maupun saat ini,” kata Leonel meraih dagu Erica dan mencengkeram dagu Erica sehingga wajahnya menengadah menatap menatap mata tajam.
“Saat ini kamu tanggung jawab saya, dan saya berhak tahu apa yang terjadi padamu saat ini. Siapa yang melakukan semua ini?” desak Leonel dengan nada tinggi.
Alih-alih menjawab, Erica meneteskan air mata. Melihat Erica menangis, membuat Leonel melepaskan cengkeramannya.
Lalu, tanpa sepatah kata Leonel membopong Erica yang masih menangis ke kamar dan menurunkannya di sofa. Dengan wajah yang menuduk perasaan Erica bercampur aduk antara malu karena tubuhnya terekspos, antara sedih karena dia sudah cukup menderita selama ini.
Leonel pun pergi, membawa kotak obat-obatan dan kembali kepada Erica. Leonel bersimpuh di hadapan Erica.
“Kenapa kamu menangis? Kamu takut pada saya?” tanya Leonel menatap mata Erica lekat.
Erica diam, tetapi dia menaikkan pandangannya dan menatap Leonel yang kini bersimpuh di hadapannya. Erica menyeka air matanya, dan menghela napas.
“Tidak apa-apa, jika kamu tidak ingin memberitahu saya. Tapi, biarkan saya mengobati lukamu,” kata Erica.
Mata mereka saling menatap, sebenarnya Leonel juga sedikit gugup. Namun, luka di tubuh istrinya tetap harus diobati.
“Karena kamu tidak menjawab, saya anggap setuju.”
Leonel pun duduk di samping Erica, dan perlahan menurunkan handuk kimono yang dikenakan oleh istrinya. Dengan hati-hati Leonel mengoleskan salep pada punggung yang terbuka.
“Apa sakit?” tanya Leonel.
“Tidak.”
‘Dia berbohong, mana mungkin tidak terasa sakit!’
Leonel meniupi punggung Erica, Erica yang menunduk meremas kimononya. Jantungnya kembali berdebar.
“Apa belum selesai?”
“Sedikit lagi,” jawab Leonel mengolesnya dengan hati-hati.”Sudah. Setiap hari oleskan salep ini di lukamu, jika masih terasa sakit kita pergi ke Dokter saja.”
“Terima kasih,” jawab Erica yang saat itu langsung berdiri.
“Erica,” panggil Leonel.
Erica yang hendak pergi menoleh ke belakang.
“Mengenai saya melihat tubuhmu, kamu tidak perlu malu. Cepat atau lambat kita akan memperlihatkan tubuh masing-masing, bukan?”
Seketika mata Erica melotot dan wajahnya kembali merah. Erica beringsut ke ruangan pakaian dan tergesa-gesa memakai pakaiannya. Namun, dia tidak mengelak. Meskipun ini pernikahan kontrak, tapi keduanya sepakat untuk memiliki anak.
Leonel menghela napas.
“Siapa yang melakukan itu padanya, apa wanita itu?” gumam Leonel yang langsung teringat kepada Catalina.
Saat itu juga Leonel meraih ponsel dan langsung menghubungi Thomas.
“Ya, Pak.”
“Thomas, saya memiliki tugas penting untukmu. Saya ingin hari ini juga adik lelaki Erica dipindahkan ke rumah saya. Selain itu saya ingin kamu mengurus perpindahan sekolah adiknya ke sekolah elit di ibu kota. Urus juga perpindahan asrama, satu lagi, fasilitasi dia dengan baik dan tanyakan apa yang dia butuhkan.”
“Baik Tuan.”
Setelah itu panggilan berakhir. Namun, Leonel kembali lagi menghubungi notaris.
“Selamat pagi Pak Handi, saya ingin meminta tolong.”
“Silakan Pak Leonel,” jawabnya.
“Saya punya tanah, yang saat ini ditempati oleh keluarga Pak Andre dan Bu Catalina. Saya ingin Anda mengganti nama kepemilikan menjadi atas nama Erica. Jika perlu, Anda bisa bekerja sama dengan pengacara saya.”
“Baik saya mengerti Pak Leo.”
“Terima kasih,” ucap Leonel mematikan panggilan itu dengan satu tangan yang masuk di dalam saku celana.
Leonel menghela napas dan pergi mencari Erica yang saat ini sedang duduk di sebuah kursi yang menghadap ke arah garden kecil di depan kamar mereka.
Leonel berdiri di samping pintu mellihat lurus ke depan, dimana terlihat gunung dari kejauhan yang sangat indah.
“Ayo pergi,” ajak Leonel.
“Kemana ?” tanya Erica memutar kepalanya menatap Leonel.
“Bersenang-senang. Meskipun ini perjalan bisnis, tapi saya harus mengajakmu jalan-jalan. Agar saat nanti ketika bertemu dengan orang tua saya, kamu memiliki jawaban.”
Erica mengerti apa yang dimaksudkan oleh suaminya.
Hari itu mereka pergi ke sebuah kuil Kinkakuji, salah satu kuil terkenal di Kyoto. Yang berada di daerah Kinugasa.
Erica memakai topi, dipadukan dengan blouse juga rok di bawah lutut. Dia juga membawa tas soren kecil. Begitu juga dengan Leonel, dia memakai celana panjang dipadukan dengan kemeja santai. Dia juga memakai topi.
Keduanya berjalan dari pintu utama menuju loket, yang lumayan agak jauh. Erica melihat keramaian lalu-lalang pengunjung yang datang.
Mereka masuk ke dalam kuil Kinkakuji yang terkenal dengan bangunan emasnya. Pemandangan di tempat itu sangat indah, Leonel melirik ke arah Erica.
“Jangan jauh-jauh dari saya, nanti kamu tersesat," kata Leonel. "Pegang tangan saya."
Reader, otor mau infokan. Kalau ada revisi dari bab 3-8 ya, revisian besar, Jadi, silahkan di baca ulang agar tidak bingung dengan alurnya. Terima kasih.
Erica tertegun, melihat Leonel mengulurkan tangannya. Namun, sebelum Erica menjawab, Leonel sudah lebih dulu meraih tangannya. Erica merasa ada sedikit kehangatan di dalam hati kecilnya. Dia merasa diperhatikan, dan dijaga. Setelah membeli tiket, mereka masuk ke area kuil. Keduanya berjalan-jalan dengan santai, dan berhenti di sebuah kuil di tengah-tengah danau. “Indah sekali. Apa benar kuilnya terbuat dari emas murni?” tanya Erica. “Ya,” jawab Leonel kembali melangkah. “Eh, Pak, tunggu. Kita foto bersama dulu,” ajak Erica. “Saya tidak suka berfoto,”jawab Leonel. Erica yang mendengar itu tercengang. Namun, dia tidak tinggal diam saja dia memotret keindahan tempat itu. Dan dengan paksa, dia menarik Leonel. “Pak, ayo, nanti Mama Bapak tanya, loh.” Leonel terdiam dan menatap Erica, dia berpikir kalau ucapan Erica memang ada benarnya juga. Akhirnya Leonel mau berfoto bersama. Namun, tatapannya sangat dingin dalam potret itu. “Pak, senyum dikit, kek. Jangan kaya es batu begitu.”
Leonel melirik ke arah istrinya. Sebelum Kenzo bereaksi, suara Tiara sudah lebih dulu terdengar menyapa Leonel yang merupakan pamannya.“Paman, aku senang sekali Paman bisa datang ke perayaan pertunangan kami,” kata Tiara tersenyum, lalu menatap Erica dengan tatapan lekat, kemudian kembali tersenyum.“Ah, ini Bibi kecilku.”“Kenzo, perkenalkan ini Bibi kecil dan Pamanku,” kata Tiara.Dengan mata merah, dia mengulurkan tangannya kepada Leonel dan juga Erica yang saat ini berusaha profesional.Tiara meraih tangan Erica, hal itu membuat Erica sedikit terkejut.“Sepertinya kita seumuran. Paman sangat keren. Bibi kecil, Paman maaf karena kemarin aku masih di luar negeri. Jadi, tidak sempat datang ke acara pernikahan kalian.”Erica terlihat tidak nyaman, dia ingin sekali segera meninggalkan tempat ini. Leonel merasakan kegelisahan Erica saat ini.“Istriku, apa kamu baik-baik saja?” tanya Leonel.Kalimat istri membuat Erica terperangah sejenak. Lalu, manik matanya bertemu dengan mata Kenzo y
Meskipun jantungnya berdebar, dan sedikit takut. Namun, keduanya saling membalas ciuman dengan hangat. Leonel melepaskan ciuman itu, menatap wajah Erica dan mengelus wajahnya. Kali ini tatapannya terasa lembut. “Erica,” panggil Leonel. Erica membuka mata dengan katup bibir yang terangkat, menatap Leonel dengan wajah semu merah. “Ya.” “Apa kamu masih mencintai mantanmu?” tanya Leonel, sekilas sorot matanya terlihat dingin. Erica menurunkan pandangannya.”Tidak.” Leonel meraih dagu istrinya, sehingga wajahnya menengadah menatap Leonel. “Aku tanya sekali lagi, apa kamu masih menyukai lelaki itu?” “Tidak! Aku bukan wanita bodoh yang masih mau mencintai bajingan seperti dia.”Mata Erica kembali memerah, sementara mata Leonel semakin tajam.”Dia lebih memilih keponakanmu daripada aku. Aku sangat membencinya!” Mata mereka saling menatap dengan begitu lekat. “Saya pria dewasa, bukan anak seumuran kalian. Jadi, pengalaman percintaan seperti ini sudah saya lalui. Saya peringatkan kamu, j
Erica yang mendengar suara suaminya terkejut dan langsung melotot. Erica dapat merasakan hangat napas suaminya, hal itu membuat Erica semakin berdebar.“Saya ingin mandi, saya harus pergi ngampus.”“Kamu masih masa cuti, hari ini jadwal kita adalah menemui orang tua saya. Setelah itu pulang ke rumah,” jawab Leonel.Erica memutar tubuhnya menghadap Leonel.“Maksudmu, kita akan pergi ke rumah sakit?” tanya Erica.Jemari tangan Leonel perlahan mengelus wajah Erica, manik mata Erica melirik kepada tangan hangat yang kini masih mengelus wajahnya.“Ya, ingat. Jangan sampai kamu membahas perihal kontrak pernikahan. Hari ini kamu harus menjadi istri yang mencintai suaminya, jika sampai kamu melakukan kesalahan, saya akan menghukummu!” kata Leonel dengan tatapan yang berubah menjadi dingin, dan kalimatnya terdengar mengancam.“Lalu, bagaimana dengan kuliahku?”“Setelah semua urusan resmi kita selesai, kamu sudah boleh ngampus. Dan ingat, rahasiakan pernikahan kita dari teman-temanmu.”Erica t
Wajah Erica seketika berubah menjadi merah. Namun, tidak dengan Leonel yang sama sekali tenang seperti biasanya.“Istriku, sudahlah jangan menggoda mereka. Leo dan menantu kita pasti lelah, sejak kemarin mereka tidak ada istirahat. Biarkan mereka pergi, kamu juga harus istirahat.”Eleanor tersenyum kepada suaminya seraya memegangi tangannya.“Kali ini aku akan mendengarkanmu.”“Ma, kami akan pulang ke rumah dulu,” kata Leonel.“Hati-hati,” kata Eleanor.Erica membungkuk kepada mertuanya, mereka berdua meninggalkan rumah sakit. Eleanor tersenyum lebar dan menurunkan pandangannya.“Sekarang aku bisa bernapas lega putra kecilku sudah menikah. Aku harap dia bisa melupakan masa lalunya yang pahit. Erica ini, meskipun dia terlahir dari keluarga biasa, tapi aku yakin dia pilihan terbaik untuk menjadi istri Leo.”“Aku juga berpikir begitu. Semoga dia tidak mengecewakan kita di masa depan.”Leonel saat melepaskan genggaman tangannya, dia menghela napas. Keduanya masuk kembali ke dalam mobil ya
Leonel menurunkan pandangannya. Dia teringat malam dimana Leonel hampir menabraknya.‘Sepertinya malam itu, adalah malam perpisahan mereka.’Leonel menebaknya begitu saja. Menghitung hingga hari dia menikah dan pertunangan Tiara.“Pak, apa ada yang ingin Anda tanyakan lagi?” ucap Thomas.“Saya ingin kamu mengawasi mereka.”“Apa Anda cemas kalau Nyonya kecil akan kembali ke pelukan Tuan Kenzo?”Leonel yang mendengar itu langsung melirik Thomas dengan tatapan mematikan. Thomas langsung menunduk dan menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak lagi berbicara.“Sekarang kamu sudah boleh pergi.”Thomas pergi meninggalkan ruangan kerja Leonel. Setelah kepergian Thomas Leonel langsung berdiri, dan kembali ke kamarnya menggunakan pintu khusus. Saat dia masuk ke dalam, dia melihat Erica sedang merapikan meja belajarnya. Leonel berdiri menyilangkan kedua tangannya.Erica pun menoleh kepada suaminya.“Anda sudah selesai?” tanya Erica.Leonel berdehem.”Kamu tidak perlu formal pada saya, lagi pula sek
Erica terdiam dan hanya menangis dalam pelukan suaminya. “Berhenti menangis, menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Jangan menangis untuk orang tidak berguna seperti mereka.”Pelukan Leonel terasa hangat. Entah mengapa Erica selalu merasa, setiap kali Leonel memeluknya, semua beban di hatinya seolah hilang. Erica merasa sedikit kenyamanan dan merasa dilindungi oleh pria yang belum lama ini dia nikahi.Meskipun begitu Erica tahu kalau pernikahan mereka hanyalah sementara. Erica tidak ingin menaruh harapan atau bergantung padanya.“Jika kamu mau, saya bisa membalaskan rasa sakitmu?”Mendengar itu Erica melepaskan pelukan suaminya dan menggelengkan kepala.“Jangan.”“Kenapa?”“Kejahatan tidak harus selalu dibayar oleh cara yang sama. Biarkan Tuhan yang membalasnya.”Leonel menghela napas.“Cara berpikirmu terlalu kolot,” kata Leonel menyilangkan kedua tangannya.“Biar saja. Kenapa Kakak sangat baik sama aku mau nolongin aku?”Leonel tersenyum miring.“Jangan salah paham, saya melaku
Leonel diam selain menatap Erica dengan dingin.“Kenapa kamu melakukan semua itu? Jika kamu ingin melihat aku sedih, kamu sudah berhasil.”Erica turun dari ranjang rumah sakit. Melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Leonel.‘Dua tahun, selama ini kamu membohongi aku! Kenzo, sandiwaramu sangat luar biasa!’Erica teringat kembali masa-masa dimana Kenzo yang selalu bepergian, dia bilang akan menemui sepupunya di luar negeri, tetapi ternyata orang yang dimaksudkan adalah Tiara.Erica yang saat ini berjalan seorang diri menjauh dari gerbang rumah sakit tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis terisak menyusuri jalanan. Ternyata selama dua tahun dia sudah banyak dibohongi. Meskipun sudah menikah, Erica tidak bisa menyembunyikan rasa sakit hatinya. Manik matanya menatap kepada cincin di jemarinya, ada perasaan benci pada pernikahan ini.“Kenapa takdir begitu kejam terhadapku?”Erica baru sadar kalau dia tidak membawa apapun, tanpa uang dan ponsel. Ia tidak ingin kembali lagi ke rumah s
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada