Wajah Erica memerah. Namun, hatinya semakin terasa menghangat. Entah kenapa dia merasa senang. Perasan yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan, dan rasa itu tidak bisa diartikan dengan begitu mudah.“Mulai hari ini, saya ingin kamu menjalani hidup dengan baik,” kata Leonel yang saat itu juga mulai mencium pipi kanan Erica, hidung, pipi kiri, kemudian turun ke dagu, turun lagi ke leher. Turun lagi ke dada, dan kembali ke bibir.Keduanya kembali saling melumat satu sama lain. Tangan Leonel sudah berhasil melepaskan penghalang dari dalam sana. Erica merasakan sesuatu menekannya dari bawah. Matanya terbuka, sedangkan mata Leonel masih terpejam. Dan setelah itu, tekanan semakin berat dan semakin terasa ingin menerobos sebuah terowongan yang sangat tajam. Menggali dan menggalinya lagi.Ya, lebih dalam lagi, Leonel membuka matanya dan menghentakkan miliknya di bawah sana, setelah maju mundur. Kecupan keduanya terlepas, sebuah irama merdu tercipta di kamar yang redup dengan perasaan panas,
Siska tersenyum lebar kepada Erica dengan tatapan kesal. Dia menarik tangan Erica menjauh dari mobil dan membawanya ke arah pohon di seberang taman.“Siksa, apa yang sedang kamu lakukan, lepaskan tanganku.”Siska melepaskan pegangan tangannya seraya menunjuk kepada Erica.“Dasar bajingan kamu. Berani sekali kamu mengadukan aku kepada Ayah. Erica, gara-gara kamu aku harus membayar hutang.”Erica tertegun mendengarnya, dia merasa heran, kenapa wanita seperti Siksa tidak sadar juga dan tidak memiliki urat malu.“Itu hutangmu. Bukan hutangku, kamu hanya meminjam namaku. Sekarang aku tanya, apa aku memakai uang itu untuk kepentingan pribadi? Tidak. Kamu yang memakan semua uang itu. Jadi, lunasi saja sendiri. Harusnya sebelum meminjam uang kamu berpikir, bagaimana caranya membayar, bukannya melimpahkan yang kamu perbuat kepada orang lain,” kata Erica menatap tajam Siska.PLAK!!Siksa menampar Erica, membuat para mahasiswa yang melintas melirik mereka.“Apa yang lo lihat sialan, enyah!” ter
Raisya yang mendengar itu semua ikut meneteskan air mata karena terharu. Dia langsung buru-buru menyeka air matanya.“Emangnya, Kenzo tidak pernah ajak kamu makan hotpot?” tanya Raisya.Erica terdiam sesaat, dia tersenyum miring.“Sudah berlalu. Bukannya tidak mampu, tapi aku tahu diri. Aku hanya gadis miskin saat itu, selain itu ibunya tidak begitu menyukaiku. Dan selalu mengatakan kalau aku hanya menyukai uang anaknya.”Erica sadar betul, kalau Kenzo memang menerima uang dari ibunya. Karena hingga detik ini, dia belum juga bekerja. Jadi, wajar saja kalau dia masih menerima uang dari orang tuanya.Namun, justru Erica selalu kurang nyaman. Oleh sebab itu, mereka selalu makan di tempat sederhana. Walaupun Kenzo pernah beberapa kali magang, tapi ketika ketahuan oleh orang tuanya, dia akan berhenti.Raisya yang mendengar itu menghela napas.“Pada dasarnya kamu dan Kenzo memang tidak berjodoh. Jodohnya memang Om Leo,” kata Raisya dengan wajah sumringah.“Kalau dia dengar kamu memanggil Om
Leonel yang melihat pesan itu menatapnya lekat-lekat, dan perlahan sebuah senyuman terukir dari wajah tampannya.“Jadi, kamu mau mengancam saya dengan cara seperti ini. Kita lihat, apakah kamu bisa melakukannya.”Namun, saat tengah malam datang. Keduanya yang berada di tempat berbeda merasakan kehampaan. Erica tidak bisa tidur, dia berguling ke kiri dan ke kanan. “Kenapa tempat tidurnya terasa besar,” gumamnya pelan.Erica menghela napas dan memiringkan tubuhnya ke arah biasa Leonel tidur. Perlahan tangannya mengelus ruangan kosong di sebelahnya.“Kira-kira, saat ini apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sudah tidur?”Mengingat pesannya hanya dibaca saja dan sama sekali tidak dibalas. Selain itu, dia menolak panggilan darinya.Leonel yang saat ini berbaring tengah menatap langit-langit kamar. Dia mengingat Erica, dia juga tidak bisa tidur. Ia tidak mengerti kenapa dirinya merasa sepi, dengan kesendirian ini.Padahal selama ini dia selalu tinggal sendiri, tidur sendiri. Dan terbiasa s
Erica yang mendengar panggilan itu merasa geli. Karena tidak seperti Leonel yang biasanya.“Kabarku baik. Suami tuaku, apa kabar? Eh, nanti marah lagi, deh dan matikan telepon.”Leonel yang berada di seberang sana tersenyum miring.“Bagaimana dengan situasi di rumah? Apa semuanya terkendali?”Erica menghela napas.“Awalnya terkendali, sebelum negara api menyerang!” jawab Erica membuat Leonel tercengang.Katup bibir Leonel terangkat, dia tercekat hingga tidak bisa mencerna ucapan istri kecilnya ini.Erica mendengar keheningan dari seberang sana, membuat Erica sedikit gugup. Dan berpikir kalau Leonel, pasti kembali marah.“Om, suami tampanku, aku baik-baik saja,” kata Erica mengoreksi ucapannya.Leonel yang berada di seberang sana tersenyum.“Erica, saya sudah menyiapkan tiket untukmu. Akhir pekan datanglah ke sini,” kata Leonel.Erica yang berada di seberang sana terkejut mendengarnya.“Maksudmu, aku datang ke tempatmu?”“Ya. Apa kamu tidak mau?”“Bukannya tidak mau. Tapi, aku harus be
Erica menghela napas, dia menatap layar ponselnya. Tidak ada pesan dari suaminya, Erica juga tidak berniat untuk memberitahukan apa yang baru saja terjadi kepada suaminya.Erica merasa kalau Natalie pasti akan mengorek-ngorek masa lalunya. Terlebih dia tidak ingin mereka tahu masa lalunya dengan Kenzo.“Aku harus bagaimana? Aku tahu, aku tidak akan bisa menyembunyikan rahasia ini selamanya. Cepat atau lambat mereka pasti akan tahu masa laluku.”Erica menunduk memikirkan hari suram itu tiba. Jantungnya berdegup kencang, rasanya dia ingin lari dari pernikahan ini. Namun, dia tidak bisa. Dia masih membutuhkan dukungan dari Leonel.“Pokoknya, sebisa mungkin aku harus menjauh dari Kenzo. Tapi, bagaimana?”Tepat pada saat itu, posel Erica berdering. Rupanya itu adalah Juan, Erica menatap ponselnya, dia tampak ragu apakah dia harus menerimanya atau tidak.Setelah panggilan pertama tidak terjawab. Panggilan kedua kembali terdengar menyapa ponselnya. Akhirnya Erica memutuskan untuk menerima pa
Ucapan Erica membuat Leonel kehilangan kata-kata. Ucapan istri kecilnya seperti rumus yang sangat untuk dipecahkan.Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. “Tidak perlu dipikirkan. Seperti yang kamu katakan, kita jalani saja. Biarkan waktu yang menjawab kisah kita akan seperti apa.”“Erica,” panggil Leonel.“Hn?”“Saya menunggu kamu di sini,” kata Leonel.Erica tersenyum.”Jangan menungguku. Nanti malah semakin rindu! Ah, sudah malam. Aku harus tidur.”Jantung Leonel berdegup kencang. Panggilan itu dimatikan sepihak oleh Erica.Leonel menghela napas, dia meraba dadanya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan perasaan ini.“Tidak mungkin. Bocah seperti dia berhasil mencuri hatiku!” ucapnya pelan.Erica yang berada di kamar menampar wajahnya. Dia merasa bodoh, karena harus mengatakan itu semua kepada Leonel.“Bagaimana kalau dia menganggap aku menggodanya? Huh!”Namun, Erica tidak bisa membohongi dirinya. Leonel memang telah menyentuh hati kecilnya. Namun, Erica juga tidak ingin mudah ja
Erica tertegun, dia menatap Leonel dengan wajah polosnya. Tatapannya lembut, dan terasa hangat.Namun, jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia merasakan kehangatan. Dan juga rasa yang senang, karena ada yang mau merindukannya. Di tengah orang-orang terkasihnya meninggalkannya.“Terima kasih. Aku senang jika ada orang yang merindukanku. Itu artinya masih ada yang merindukanku.”Leonel meraih bagian kepala belakang istrinya, dia mencium kening Erica dengan begitu hangat. Erica memejamkan mata, sebuah senyuman hangat terukir di wajah cantiknya. Dia merasa menjadi istri yang sesungguhnya. Kecupan itu berakhir, dan Leonel menunduk menatap Erica. Tepat pada saat itu, Erica membuka mata. Sepasang mata hangat saling menatap, hingga bibir keduanya bertautan dengan sangat hangat. Saling membalas satu sama lain.“Saya senang kamu ada di sini.”Erica semakin tersenyum.“Aku juga senang karena kamu memberikan liburan gratis.”Setelah itu mereka menyelesaikan mandi. Karena, sudah hampir m
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada
“Ca, tenangkan dirimu. Hari ini, hari baik. Tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak, oke.”Erica mangut-mangut. Dia duduk di sofa.“Kamu pergi saja temui Mama dan yang lainnya, aku ingin istirahat sebentar. Jam berapa penata rias mulai meriasku?”“Saya meminta merias kamu jam 6 saja, acaranya jam 7. Cukup untuk merias kamu,” kata Leonel.“Oke. Aku tidur sebentar,” kata Erica.Leonel mengecup kening Erica.”Jika kamu butuh sesuatu hubungi aku langsung.”Leonel pergi menemui orang tuanya yang berada di kamar khusus. Mereka semua berkumpul di sofa, di sana juga ada Lucio yang cukup canggung berada di tengah-tengah keluarga dari Leonel.“Jadi, ini Lucio. Akhirnya aku melihatmu juga, selama ini kita tidak berkesempatan bertemu. Cukup tampan juga, tetapi pemalu. Wajar saja masih SMA, kalau dipoles sedikit pasti lebih menarik.”Lucio tersenyum tipis.“Kamu juga pas awal masuk SMA masih buluk,” kata Sarah.“Bibi —” Tiara mengerutkan keningnya dan menghela napas.Natalie tersenyum dan menggoda
“Tidak. Saya sangat bersyukur bisa menemukanmu di tengah keramaian wanita di luar sana, meskipun usia kita jauh berbeda. Tapi, saya tidak pernah menyesal bertemu denganmu. Karena saya tahu, ini jalan hidup saya.”Erica menatap mata suaminya yang tampak teduh. Dia memeluk Leonel, dalam hati kecilnya, ia berharap kalau Leonel tidak pernah mengecewakannya. Bagaimanapun, dia sudah mengorbankan masa mudanya untuk sebuah pernikahan dan rela hamil di saat dia sedang kuliah.“Bagaimana, apa kamu sudah siap? Jika kamu sudah siap kita akan pergi ke hotel, acaranya jam 7 malam. Kamu bisa istirahat sampai sore di sana,” kata Leonel.“Ayo kita pergi sekarang. Keluarga kita sudah berada di sana,” kata Erica.Leonel mengangguk, dia meraih tangan Erica mereka menuruni lift dan menaiki mobil menuju hotel milik keluarganya. Di seberang sana, Catalina saat ini sedang membeli sayur di tukang sayur yang ada di mobil. Dia melihat ibu-ibu seperti biasa tengah berkerumun bersama dengan ibu penjual sayur.“E