“Jadi, kamu ingin saya mengusirnya? Baik. Saya akan mengusirnya sekarang,” jawab Leonel memutar tubuhnya hendak melangkah. Namun, Erica tiba-tiba menarik tangan suaminya.“Apa lagi?”“Jangan usir dia, biarkan saja,” kata Erica.Leonel menatap mata Erica yang kini terlihat ragu-ragu. Lalu Leonel mengacak rambut Erica.“Kerjakan saja tugasmu, saat makan siang tiba saya akan memanggilmu.”“Apa tidak apa-apa aku tidak turun sekarang?” “Tidak apa-apa. Lagi pula Mama sedang istirahat, di bawah hanya ada tukang penggosip.”Erica mengerti apa yang dikatakan suaminya. Setelah itu Leonel langsung turun ke bawah. Erica menghela napas dan kembali ke ruangan pakaian, dia mencari pakaian yang bagus dan juga mengecek perhiasannya.Dia ingin sekali terlihat berbeda di hadapan Kenzo. Dia ingin Kenzo tahu, kalau Leonel membuatnya bahagia.“Paman, bibi kecil mana?” tanya Tiara yang melihat Leonel kembali sendirian.“Dia masih mengerjakan tugas kampus.”“Oh … tidak apa-apa, kuliah kedokteran memang past
Erica menangkap keterkejutan semua orang. Kenzo melihat Tiara yang menatapnya dalam keterkejutan sama seperti orang di sekitarnya. Sementara Erica diam menundukkan wajahnya.“Kenzo, bagaimana kamu tahu kalau Erica alergi udang?” tanya Natalie penasaran, mengingat Kenzo dan Erica katanya tidak akrab.Leonel menatap tajam Kenzo, dan menatap Erica dengan tatapan sama tajamnya.“Erica, alergi udang semua orang sudah tahu. Saat acara kampus, Erica tidak sengaja memakan olahan yang tercampur dengan udang. Saat itu dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Kebetulan acara kampus saat itu juga ada dari kelas kami,” jawab Kenzo.“Oh begitu, pantas saja.”Leonel tersenyum dingin dan berpikir kalau karangan Kenzo sangat bagus. Tetap saja dia tidak senang melihat semua itu, sedangkan Kenzo terlihat sangat gugup.“Sekarang semua orang yang berada di sini sudah tahu. Jadi, jangan lagi memberi istriku udang,” kata Leonel dengan suara dingin.Natalie menghela napas.“Maaf, aku sama sekali tidak tahu.”
Erica yang mendengar itu terkejut. Kenzo menunduk, sedangkan Tiara sama sekali tidak terkejut. Karena sebelumnya Kenzo sudah memberitahunya lebih dulu.“Kenzo, kamu …” Natalie tidak melanjutkan ucapannya.“Sudah. Mereka memang masih muda, dan masih terlalu dini untuk menentukan tanggal pernikahan. Kenzo bukan pria matang seperti Leonel, untuk saat ini bertunangan sudah cukup. Biarkan Tiara dan Kenzo saling mengenal di dalam lagi,” ucap Archer.Philips sependapat dengan ucapan putra pertamanya.“Jodoh tidak akan pernah tertukar. Biarkan Kenzo dan Tiara sama-sama menjalani masa mudanya, setelah mereka siap mereka pasti akan menikah.”Eleanor juga tersenyum.”Pernikahan memang tidak untuk diburu-buru. Natalie, jangan berkecil hati.”“Tidak, Ma. Jika itu memang yang terbaik, aku akan ikuti saja.”Leonel meraih pundak istrinya, dia membelai rambut Erica dan memamerkan kemesraan di hadapan keluarganya. Erica terlihat canggung, sesaat dia melirik Kenzo yang saat ini masih menunduk.“Sekali
DEG!! Mata Erica melotot, katup bibirnya terangkat. Dia tercengang hingga tidak bisa berkata-kata. Mata mereka berdua menatap begitu dalam, jantung Erica kembali berdegup kencang. “Beraninya bocah sepertimu mengatai saya. Apa kamu tidak pernah belajar di sekolah selama ini? Apa kamu tidak tahu apa arti dari tanggung jawab? Lalu yang selama ini saya lakukan, yang saya berikan kepadamu, APA?” dengus Leonel dengan nada tinggi. Cairan merah seketika datang seperti ombak dan menumpahi wajah cantiknya, bersama dengan rasa sesak di dada. Leonel melepaskan cengkeraman di dagu Erica. Lalu membelakanginya. “Kamu bilang kamu seorang peternak anak. Lalu di matamu saya apa? Apa di dunia ini, ada pria yang lebih baik dari saya, memberikan uang, memberikan semua fasilitas yang kamu butuhkan. Apa mantan kekasihmu bisa memberikan seperti apa yang saya berikan? Saya rasa dia tidak.” Leonel mengepal tangannya melangkah. Dan air mata Erica semakin deras. “Maafkan aku, Leo. Aku mengerti apa itu tang
“Kamu mabuk?” ucap Leonel yang langsung memangku tubuh istrinya dan menurunkannya di tempat tidur. Saat Leonel hendak beranjak, Erica menarik kembali pakaian tidur suaminya. Sehingga kedua tangan Leonel menekan kasur. “Aku tidak sedang mabuk, ayo kita buat anak!” kata Erica dengan wajah memerah. Leonel menatap kelopak mata istrinya bergetar. Dia melihat katup bibir istrinya yang terbuka, bibir yang mungil dan cantik berwarna pink, seperti mawar. Mata mereka saling menatap dengan begitu lekat. “Kamu sedang membujuk saya? Kenapa, kamu menyesal?” tanya Leonel. Tatapan Erica berubah menjadi teduh. “Tadi aku berpikir banyak hal. Kamu sudah memberikan aku banyak hal yang tidak aku punya. Sekarang aku akan memberikan apa yang tidak kamu miliki, jadi sentuh aku!” kata Erica mengangkat tangan Leonel pada wajahnya. “Jika kamu sedang ingin menghibur saya, sebaiknya kamu jangan lakukan. Saya tidak ingin kamu menyesal esok harinya.” “Aku tidak sedang menghiburmu, Leo,” kata Erica. “Lantas
Wajah Erica memerah. Namun, hatinya semakin terasa menghangat. Entah kenapa dia merasa senang. Perasan yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan, dan rasa itu tidak bisa diartikan dengan begitu mudah.“Mulai hari ini, saya ingin kamu menjalani hidup dengan baik,” kata Leonel yang saat itu juga mulai mencium pipi kanan Erica, hidung, pipi kiri, kemudian turun ke dagu, turun lagi ke leher. Turun lagi ke dada, dan kembali ke bibir.Keduanya kembali saling melumat satu sama lain. Tangan Leonel sudah berhasil melepaskan penghalang dari dalam sana. Erica merasakan sesuatu menekannya dari bawah. Matanya terbuka, sedangkan mata Leonel masih terpejam. Dan setelah itu, tekanan semakin berat dan semakin terasa ingin menerobos sebuah terowongan yang sangat tajam. Menggali dan menggalinya lagi.Ya, lebih dalam lagi, Leonel membuka matanya dan menghentakkan miliknya di bawah sana, setelah maju mundur. Kecupan keduanya terlepas, sebuah irama merdu tercipta di kamar yang redup dengan perasaan panas,
Siska tersenyum lebar kepada Erica dengan tatapan kesal. Dia menarik tangan Erica menjauh dari mobil dan membawanya ke arah pohon di seberang taman.“Siksa, apa yang sedang kamu lakukan, lepaskan tanganku.”Siska melepaskan pegangan tangannya seraya menunjuk kepada Erica.“Dasar bajingan kamu. Berani sekali kamu mengadukan aku kepada Ayah. Erica, gara-gara kamu aku harus membayar hutang.”Erica tertegun mendengarnya, dia merasa heran, kenapa wanita seperti Siksa tidak sadar juga dan tidak memiliki urat malu.“Itu hutangmu. Bukan hutangku, kamu hanya meminjam namaku. Sekarang aku tanya, apa aku memakai uang itu untuk kepentingan pribadi? Tidak. Kamu yang memakan semua uang itu. Jadi, lunasi saja sendiri. Harusnya sebelum meminjam uang kamu berpikir, bagaimana caranya membayar, bukannya melimpahkan yang kamu perbuat kepada orang lain,” kata Erica menatap tajam Siska.PLAK!!Siksa menampar Erica, membuat para mahasiswa yang melintas melirik mereka.“Apa yang lo lihat sialan, enyah!” ter
Raisya yang mendengar itu semua ikut meneteskan air mata karena terharu. Dia langsung buru-buru menyeka air matanya.“Emangnya, Kenzo tidak pernah ajak kamu makan hotpot?” tanya Raisya.Erica terdiam sesaat, dia tersenyum miring.“Sudah berlalu. Bukannya tidak mampu, tapi aku tahu diri. Aku hanya gadis miskin saat itu, selain itu ibunya tidak begitu menyukaiku. Dan selalu mengatakan kalau aku hanya menyukai uang anaknya.”Erica sadar betul, kalau Kenzo memang menerima uang dari ibunya. Karena hingga detik ini, dia belum juga bekerja. Jadi, wajar saja kalau dia masih menerima uang dari orang tuanya.Namun, justru Erica selalu kurang nyaman. Oleh sebab itu, mereka selalu makan di tempat sederhana. Walaupun Kenzo pernah beberapa kali magang, tapi ketika ketahuan oleh orang tuanya, dia akan berhenti.Raisya yang mendengar itu menghela napas.“Pada dasarnya kamu dan Kenzo memang tidak berjodoh. Jodohnya memang Om Leo,” kata Raisya dengan wajah sumringah.“Kalau dia dengar kamu memanggil Om
Mendengar jawaban Leonel, Erica cukup mengerti apa yang diinginkan Leonel saat ini. Setelah itu mereka kembali ke rumah, Leonel memangkunya menuju ke kamar. Perlahan Leonel menurunkan tubuh Erica di atas tempat tidur, Erica duduk dan melepaskan sandal rumahnya.“Kamu tidak perlu repot-repot memangku aku, aku bisa jalan sendiri.”“Aku tahu, tetapi selagi bisa aku ingin memangkumu. Mungkin saja dua tahun lagi aku tidak sanggup memangkumu. Aku sudah cukup tua, walaupun aku masih terlihat tampan dari luar.”Entah kenapa Erica tidak senang mendengarnya. Dia menarik tangan Leonel untuk duduk di sisinya, perlahan tangannya membelai wajah Leonel menatapnya lembut. Mata keduanya saling menatap begitu lekat, ada kehangatan dari kedua mata yang saling menatap.“Di mataku kamu masih muda. Jika suatu hari nanti kamu tidak sanggup bekerja lagi, jangan dipaksakan. Aku yang akan merawatmu, biar aku yang bekerja. Kamu hanya perlu berada di rumah bersama anak kita,” kata Erica.Leonel tersenyum. “Jadi
Leonel membelai rambut Erica. “Karena saya sayang kamu, dan janin di dalam perut kamu. Sekarang kamu memiliki tanggung jawab lebih, yaitu calon anak kita.”Erica diam menatap suaminya, lalu dia tersenyum. Leonel kini sudah memegangi pipi Erica yang semakin hari semakin berisi. “Terima kasih, karena sudah sayang sama aku.”“Itulah tanggung jawab seorang suami. Kamu lapar tidak, ingin makan sesuatu?” tanya Leonel.Erica mengangkat kepala, dia seperti sedang memikirkannya. Lalu, dia teringat sesuatu.”Aku ingin makan mie ayam di pinggir jalan. Mie ayam Pak Joko.”“Di mana? Biar saya belikan,” kata Leonel.“Emh, sebenarnya aku ingin makan di tempatnya. Kalau di rumah kadang rasanya agak beda gitu, boleh tidak?” tanya Erica dengan mata berbinar.Leonel yang melihat ekspresi sang istri tidak berdaya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “Baiklah kita pergi sekarang,” kata Leonel.Erica mengangguk, Leonel mengambil sebuah jaket untuk Erica kenakan.“Di luar habis hujan, cuaca pasti dingin.
Tiara terbelalak mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Leonel akan bersikap keras terhadapnya. Hingga membentaknya di hadapan Kenzo, saat itu juga Tiara tidak bisa menyembunyikan air matanya. Dia menangis di hadapan Kenzo.“Sejak menikahi Erica, Paman sudah banyak berubah. Bahkan sekarang membentakku hanya untuk orang asing seperti dia. Jangan-jangan anak yang dikandung Erica bukan anak Paman, tapi anak dia!” tuduh Tiara kepada Kenzo.Kenzo terkejut mendengarnya.”Kau! … Tiara, aku memang masih mencintai Erica, tetapi tuduhanmu terhadapku sangat keterlaluan.”Leonel mengepal tangannya. Darahnya mendidih, jika saja bukan keponakannya. Mungkin Tiara sudah mendapatkan tamparan dari Leonel.“Tiara, saya peringatkan padamu sekali lagi. Jangan membuat masalah dengan Erica, kedua jangan membuat ulah yang merugikan Erica, ketiga Erica bukan orang asing, dia istri saya. Keluarga saya, ibu anak saya. Saya lebih tahu anak siapa yang dikandung Erica, karena saya yang menghamilinya!” dengus Leon
Leonel terkejut mendengarnya. Melihat reaksi suaminya Erica tertawa, perlahan kedua tangannya menyentuh kedua pipi Leonel.“Leonel, aku bercanda. Aku mencintaimu!” ucap Erica dengan wajah tersenyum.Tanpa sebuah kalimat Leonel langsung mencium bibir Erica dengan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak ada sebuah kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan Leonel saat ini. Kalimat pun tidak cukup, kalimat yang begitu sederhana, tetapi membuatnya sangat bahagia.Lalu kecupan hangat itu terlepas dan keduanya sama-sama mengukir sebuah senyuman yang hangat.“Erica, saya sangat-sangat mencintaimu dan juga anak kita. Akhirnya aku akan menjadi seorang ayah, kamu harus sehat. Mulai sekarang jangan pikirkan apapun lagi, apapun yang kamu inginkan, kamu hanya perlu memberitahu saya. Anak kita dan kamu tidak boleh kekurangan apapun.”“Aku tahu. Sejak kecil aku hidup penuh dengan kekurangan, sekarang aku tidak akan lagi seperti itu. Terutama anakku dan Lucio, masa depan mereka harus cerah. Dan ti
Erica meraih tangan Leonel sembari mengukir sebuah senyuman.“Tidak apa-apa,” sahutnya yang kemudian meraih tubuh Leonel dan memeluknya.Erica menepuk-nepuk pundak Leonel. Dan keduanya saling memeluk satu sama lain.“Kamu tidak ingin bertanya siapa perempuan tadi?”Erica menghela napas secara perlahan dan menghembuskannya.“Masa lalu tidak perlu diungkit. Semua orang memiliki masa lalu, termasuk aku. Kisah kita memang terlalu pelik, tetapi kita berdua berjalan untuk masa depan. Dan aku tidak mau sedih terus menerus, aku tidak ingin kehamilanku juga terganggu.”“Aku sudah melupakannya. Apa kamu percaya?”“Kamu sudah dengar tadi, kalau aku percaya padamu. Jadi, aku juga berharap kamu juga percaya dengan masa laluku. Saat ini yang aku cintai hanyalah kamu, Leonel.”Pelukan itu melonggar, mata-mata yang sayu menyapu kesedihan. Tatapan hangat pada malam penuh ujian. Keduanya berusaha bersikap kuat, Leonel mengelus rambut Erica lalu mengecup keningnya.“Caca, saya berjanji. Saya tidak akan
Tiara menggelengkan kepala seraya menyeka air matanya.“Tidak Ma, Tiara sedikit sedih saja melihat Paman terlihat bahagia. Aku harap Erica perempuan baik, dan bukan perempuan matre yang hanya menginginkan uang dari Paman!”Natalie terkejut mendengarnya. Biasanya Tiara tidak akan memanggil Erica dengan sebutan nama langsung. Natalie merasa ada yang aneh, di sisi lain dia tidak melihat keberadaan Kenzo dan Dahlia.Saat ini Dahlia sedang menarik Kenzo yang sudah mabuk. Dia berada di balkon.“Bisa-bisanya kamu mabuk di saat seperti ini. Ayo pulang dengan Mama, jangan sampai kamu berkata yang tidak-tidak.”Saat itu juga Dahlia menyuruh ajudannya untuk membawa paksa Kenzo yang sudah mulai melantur. Sementara Erica dan Leonel menikmati pesta resepsi mereka, berbagai acara terus berlangsung.Teman-teman yang bekerja di restoran juga datang ke pesta, mereka masih tidak percaya karena Erica memang menikahi Leonel. Bahkan saat ini sedang mengandung putra dari Leonel.Pesta resepsi pun selesai. K
Erica yang sama sekali tidak mengenali Jasmine tersenyum dengan begitu ramah. Mauren langsung berjalan menarik gaunnya dan buru-buru mengarah ke arah pelaminan. Namun, semua itu terlambat. Karena Jasmine sudah lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Leonel dengan wajah tersenyum.“Leo, selamat atas pernikahan dan kehamilan istrimu!” kata Jasmine yang perlahan tatapan matanya berubah menjadi sorot kesedihan, kerinduan.Leonel meraih tangan Jasmine, keduanya berjabat tangan. Tatapan Leonel datar, lalu Jasmine mendekatkan tubuhnya ke wajah Leonel.“Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya,” bisik Jasmine memeluk Leonel tanpa ragu. Dia juga mencium pipi Leonel di hadapan Erica, setelah itu dia langsung memutar tubuhnya dan turun dari pelaminan.Erica yang melihat semua itu tertegun. Dia tidak bisa berkata-kata, beberapa tamu yang melihatnya juga tercengang.“Erica, nanti aku akan menjelaskan padamu.”Erica mengangguk pelan.”Aku percaya padamu!”Jawaban Erica mengejutkan Leonel, karena
Mendengar kabar bahagia itu membuat Eleanor dan Philip terkejut dalam kebahagiaan. Karena pada akhirnya yang diinginkan mereka terkabul. Tiara juga tampak bahagia, begitu juga dengan sang ayah Archer, Sarah dan Henry benar-benar terkejut dalam kebahagiaan.“Ternyata benar Erica sedang hamil, sejak awal Mama curiga kalau Erica hamil,” kata Eleanor seraya memegang tangan suaminya.“Baguslah. Keinginanmu sekarang sudah tercapai,” kata Philip dengan wajah tersenyum.Namun, tidak dengan Natalie yang terdiam bersama dengan Dahlia dan juga Kenzo. Sedangkan Jasmine yang mendengar kabar itu benar-benar syok, sampai gelas di tangannya terjatuh ke lantai, saat itu juga dia langsung membalikkan badan meneteskan air mata.“Kita pulang saja, yuk.” Mauren mengelus punggungnya.Jasmine menggelengkan kepalanya.“Aku masih ingin melihatnya di sini. Aku ingin melihat kebahagiaan mereka,”jawab Jasmine yang saat itu pergi ke toilet.Mauren menghela napas, dia tahu tidak akan mudah membujuk Jasmine Mauren
Jasmine mengulas senyum kepada Leonel, dia juga tidak segan-segan mengangkat gelasnya mengajak Leonel bersulang. Di waktu yang sama manik mata Erica dan Jasmine bertemu.‘Perempuan itu sangat cantik.’Erica sama sekali tidak mengenali Jasmine, dan beberapa tamu Leonel. Natalie dan Archer menyadari kehadiran Jasmine bersama dengan Mauren.“Sekarang kamu sudah melihat wanita yang dinikahi Leonel, apa kamu sudah puas?” kata Mauren.“Cantik dan masih muda. Tapi, tetap saja aku yang lebih mengenal Leo dari dia, aku juga yang pertama kali bertemu dengannya. Dia hanyalah gadis kecil yang beruntung dinikahi pria yang aku cintai.”Mauren menghela napas.”Jangan berulah di pernikahan mereka.”“Aku tidak sebodoh itu. Meskipun hatiku tidak rela, apa yang bisa aku perbuat saat ini. Menghancurkan pesta pernikahan mereka tidak akan membuat Leonel kembali kepadaku, bukan?”Mauren mengelus punggung Jasmine dengan wajah tersenyum.Kini Leonel dan Erica berada di kursi pernikahan mereka tersenyum kepada